Kalau saja Kasmito Darma tidak diasupi kopi luwak setiap hari oleh kakak iparnya dulu, mungkin tidak akan pernah ada Maharaja Coffee. Sudah hampir tiga tahun ini Kasmito betah berada di domain penjualan kopi luwak liar yang pasarnya terus diperebutkan oleh banyak perusahaan yang menjual eksotisme kopi ini. Di kantor sekaligus gudang penyimpanan peralatan kopi dan tempatnya melakukan aktifitas melakukan pengolahan  kopi yang berlokasi di jalan Pangeran Jayakarta, Jakarta kami bermaksud mencoba mesin roasting-nya yang diimport dari Taiwan.

Dengan berbagai alasan, dulunya Kasmito enggan menampilkan produknya di sini, tapi saya tetap “maksa” untuk mengenalkan penggiling kopi sakti merek Latina kepada para pembaca. Alat giling kopi serbaguna ini yang diproduksi oleh sebuah pabrik yang dulunya membuat mesin jahit di Taiwan ini sangat layak karena kualitas akhir, kemudahan dan ketahananya yang sudah teruji. Terbukti penggemar penggiling kopi semakin bertambah dan sudah dipercaya sebagai grinder serba bisa yang harganya sangat terngkau.

Kini Maharaja Coffee sudah melengkapi tokonya dengan berbagai alat seduh kopi merek Hario, Melita, dan terakhir Kalita yang sebagian banyak sudah pernah saya tulis di sini.  Niatan saya berangkat dari keinginan untuk lebih memperkenalkan berbagai cara atau metode seduh kopi dan siapapun bisa memilih peralatan yang sesuai dengan kebutuhannya. Beberapa produk dari Maharaja sedang disiapkan untuk kembali ditulis dan beberapa alat cukup menarik dari sisi inovasi sederhana, namun penting. Jadi tunggu saja publikasi berikutnya sembari menunggu kiriman barang dari Maharaja.

 

Setengah bercanda saya mempertanyakan kenapa Maharaja menamakan produk-produknya dengan nama “Latina” yang entah selalu mengingat saya kepada genre film “kenikmatan sesaaat” itu 🙂 Tapi sudahlah, yang jelas merek ini sudah banyak dikenal dan tentu saja membawa hoki kepada Kasmito termasuk mesin sangrai kopi dengan kapasitas 1 kilogram ini yang kemarin sore digunakan untuk me-roast kopi.

Kapasitas satu kilogram sepertinya cukup ideal untuk kebutuhan kedai kopi dan produsen biji kopi spesial yang sudah cukup banyak digunakan di berbagai daerah di Indonesia. Ada juga yang berkapasitas 500 gram dan bisa diletakan di atas meja, tapi menurut Kasmito banyak pembeli menganggap volumenya kurang banyak dan lebih memilih yang satu kilogram.

Jadilah biji kopi Java Robusta kami pilih sore itu untuk dicobakan di mesin ini dan pemanasan untuk mencapai suhu 180 derajat Celsius hanya berkisar 20 menit saja. Menggunakan gas sebagai bahan bakar untuk pemanas dan listrik untuk menggerakan motornya dan sebanyak 1.2 kg kopi siap untuk dimasak.

Me-roast kopi selalu menarik untuk diperhatikan apalagi saat-saat awal aromanya sungguh sedap, kadang seperti roti yang di toast, dan khususnya di bulan puasa ini seperti wangi kue lebaran yang sedang dimasak di dalam oven. Biarlah, itu cuma fantasi saya, tapi saya jadi paham mengapa banyak roaster kenalan saya seringkali enggan mengubah pekerjaannya dan tetap memilih berada di depan mesin yang mengeluarkan panas sembari khusyuk dengan ketiga panca indera mata, telinga, dan penciuman. Inilah sebuah keterampilan sekalgus seni yang  tak akan pernah habis untuk dipelajari.

 

Sayangnya di Indonesia belum ada sekolah yang khusus dengan spesialisasi goreng menggoreng kopi. Tapi catatan primbon saya menyatakan bahwa dalam yang tak lama lagi sepertinya sekolah atau kursus memasak kopi akan segera hadir untuk menyediakan tenaga trampil dibidang ini yang masih sangat jarang. Finger crossed !.

Baiklah, waktu sudah sekian menit dan bunyi letupan kecil sudah terdengar dua kali, dan tanganpun semakin rajin melihat warna biji kopi yang semakin gelap. Ini saat-saat kritis dimana sedikit kelengahan akan mengakibatkan kegagalan proses roasting yang tentu saja tidak bisa diulang. Tapi hal itu bisa dihindari apalagi Kasmito menempatkan satu alarm yang berbunyi lima setelah roasting berlangsung selama 10 menit. Tujuannya sederhana saja katanya, agar roaster berkonsentrasi di saat-saat akhir. Jadilah waktu yang ditentukan sudah habis dan hasilnya pun bisa Anda lihat di foto bawah.

 

Hasil roasting selalu berkurang sekitar 20% karena kadar air sudah tersedot oleh panasnya mesin dan kamipun segera memasukan biji kopi masak ke dalam kantong alumunium dengan valve kecil untuk mengeluarkan udara yang dikeluarkan. Tiga atau empat hari biasanya waktu ideal untuk menikmati kopi tersebut saat aroma dan rasa sedang mencapai puncaknya dan kadar gas did alam biji kopi sudah jauh berkurang. Jadi untuk sementara kopi Java Robusta yang harganya cukup mahal itu saya simpan dulu.

Terakhir, ini bukan mesin roasting hardcore dari Eropa yang pernah muncul dalam tulisan terdahulu, tapi di tangan seorang roaster yang terampil, jangan ragukan hasil akhirnya. Dengan mesin inilah selama bertahun-tahun Maharaja Coffee memproduksi kopi luwak dan berbagai jenis single origin lainnya. Spesifikasi lengkap mesin roasting ini bisa Anda lihat di Maharaja Coffee. 

Demikianlah kunjungan pertama saya ke Maharaja Coffee dan berbincang dengan Kasmito Darma yang kelahiran Bagansiapiapi, Riau.

* * * *

 

10 replies
  1. Eng
    Eng says:

    Dear Pak Kasmito,

    Bisakah pak Kasmito men-sharing cara penggorengan biji kopi Luwak yang benar dan berkualitas dengan mesin? Saya selama ini menggunakan tradisional dan jauh beda rasanya dengan yang menggunakan mesin yang jauh lebih cepat waktunya dan lebih merata warna biji kopinya setelah digoreng, hemat waktu tentunya dan kualitasnya pun lebih bagus.

    Mudah-mudahan Bapak bisa menceritakan pengalaman Bapak dan share dengan saya, thanks

    Eng

  2. budiman
    budiman says:

    Mas Tony, katanya akan ada sekolah roaster kopi? Di mana dan kapan? Mantap nih. Mas Tony punya info tentang mesin roasting?

    – Masih cukup lama, tapi prosesnya sedang berjalan yang akan dilakukan oleh perusahaan mesin roasting ternama di dunia.

  3. Budiono Kwee
    Budiono Kwee says:

    Untuk pak Ksmito, kalau Latina yg kapasitas sekitar 500gr per batch type apa ya pak. Mungkin pak Kasmito bisa kirim ke email saya data tehniknya.
    Terima kasih.

  4. kasmito
    kasmito says:

    pak Iwan, kami bisa supply sparepart Latina roaster/grinder. tapi minta provide foto mesin dan part yg rusak, serta tahun pembelian, karena dari manufacturer melakukan revisi/improvement terus menerus utk meningkatkan performa dan teknologi dari pada mesin roaster ini. sehingga partnya bisa bereda walau seri sama.

  5. kasmito
    kasmito says:

    mas Toni, ada sedikit revisi tuk roasting time dan temperature. Roasting drum temperature sampai kopi bisa mateng kisaran 230 derajat celcius.

  6. Christine Tandibua'
    Christine Tandibua' says:

    Wahhh P’Kasmito, akhirnya .. 🙂 senang bekerjasama dengan Bapak. Kritik yang Bapak berikan sungguh amat sungguh membangun saya untuk menghasilkan produk yang lebih baik dan lebih baik lagi.

  7. iwan kickocoffee
    iwan kickocoffee says:

    Walau bukan yang terbaik, roaster Latina sudah sangat mumpuni untuk menghasilkan roasted bean yang nikmat. Kopi saya dihasilkan dari yang batch 600 gram. Tapi penyedot chaff roaster yang saya gunakan dah rusak. Buat Pak Kasmito, bisa bantu saya gak Pak?

  8. Endang
    Endang says:

    Maafkan saya sebelumnya pak Toni apabila saya keliru. Apa betul ini kunjungan pertama anda ke Maharaja Coffee ? Sebab saya sudah pernah membaca mengenai MC dan saya merasa membacanya pada postingan cikopi yang dulu-dulu, sehingga saya merasa tidak asing mendengar mengenai MC walaupun saya tinggal jauh dari Jakarta. Sekali lagi maaf ya pak Ton kalau saya salah.
    Salam.

    Postingan tentang Maharaja sih banyak, tapi kunjungan sih ini yang pertama kali.

  9. zaki sungkar
    zaki sungkar says:

    Mantabbb…., jangan lupa kang Tony kalau catatan primbon itu benar dan akhirnya sekolah/kursus me”masak” kopi itu dibuka, mohon dengan sangat dibahas ya kang 🙂 *finger crossed*

Comments are closed.