Roasting kopi di pinggir jalan depan rumah karena keterbatasan tempat memang baru pertama kali saya lakukan bersama beberapa rekan yang antusias melihat cara kerja Gene Cafe. Alat roasting buatan Korea ini memang merupakan salah satu best seller yang banyak dijual karena mudah dioperasikan dengan pengaturan tombol watu dan suhu.

Setiap tahapan proses-nya bisa dilihat secara jelas saat perubahan warna berlangsung karena drum-nya menggunakan material kaca tahan panas. Alat inilah yang kami jadikan percobaan untuk melihat sejauhmana efektivitas-nya dalam melakukan roasting. Ya, di pinggir jalan.

Di Indonesia dipasarkan oleh PT Maharaja Coffee dengan harga 7.5 juta dan cukup banyak dimiliki khususnya untuk sampling roast karena kapasitas maksimum-nya hanya seperempat kilogram.

Dalam box-nya sudah dilengkapi dengan buku manual yang cukup detail dalam memberikan petunjuk bagi yang baru pertama kali menggunakan Gene Cafe. Perusahaan Genesis yang memproduksi alat ini memberikan beberapa panduan kombinasi antara suhu dan durasi roasting.

Misalnya untuk light roast mereka menganjurkan waktu selama 12 menit dengan suhu 230 derajat Celsius yang akan menghasilkan karakter strong acid, warna kopi yang coklat muda, dan rasa yang  ringan.

Sedangkan untuk Medium roast disarankan selama 14 menit dengan suhu 240 derajat Celsius dengan rasa kopi sekit asam, sweet flavors.

Bila suhunya dinaikan maksimal atau 250 derajat dengan waktu 23 menit, maka hasilnya adalah Italian Roast, rasa kopi yang sangat pekat, keasaman sangat rendah, dan warna biji kopi yang tentu saja hitam, digunakan untuk espresso.

Mohon dicatat bahwa di atas adalah panduan umum karena menurut Gene Cafe, tegangan listrik yang tidak stabil akan mempengaruhi hasil roasting.

Bagi saya roastingtetap penuh misteri, terlalu abstrak untuk diukur dengan berbagai parameter, tapi Gene Cafe telah membuat kegiatan ini menjadi begitu menarik.

Jadilah sore itu bersama rekan penikmat kopi Hendri, Vianne, Yudis, dan Mirza nongkrong di pinggir jalan depan rumah saya untuk melakukan roasting dengan Gene Cafe.

Biji kopi saya dapatkan dari Kasmito Darma, pengusaha kopi luwak yang konon telah menggunakan alat ini bertahun-tahun dengan hasil yang memadai.

Pertama, kami mengukur kopi yang akan di roast dan dimasukan ke dalam chamber yang ditegakan dengan menggunakan dudukan khusus lalu dipasang ke bagian tengah Gene Cafe. Selanjutnya tinggal langkah penting yaitu menentukan suhu dan berapa lama waktu sangrai-nya.

Maka 19 menit dan suhu 240 derajat pun dipilih dan mulailah proses roasting-nya. Suara mesin cukup halus dengan sedikit asap  karena jumlah kopi yang sedikit, sekitar 100 gr dan semakin lama mesin akan mengeluarkan panas.

Perubahan warna kopi mulai terlihat pada lima menit pertama dan terus naik intensitasnya seiring dengan lamanya waktu roasting. Kami tidak mendengar suara crack atau letupan kecil akibat kopi yang memuai kecuali pada menit ke 17 saat roasting akan berakhir.

Putaran chamber menggunakan rotasi axis yang bukan hanya berputar dalam bentuk lingkaran, tapi juga atas dan bawah agar proses pemanasan berlangsung secara merata.

Saat waktu sudah berakhir, proses cooling atau pendinginan dimulai selama lima menit, dan chamber terus berputar. Menurut buku petunjuk, kita bisa melakukan pendinginan manual dengan langsung mengeluarkan biji kopi dari chamber dengan menekan tombol TEMP (START/STOP) pada saat cooling.

Selain itu kita juga bisa menghentikan roasting secara manual apabila dianggap warna kopi sudah sesuai walau prosesnya masih berjalan dengan menekan TEMP (START/STOP) selama 2-5 detik. Dua fitur ini belum kami coba dan hanya membiarkan proses pendinginan dilakukan oleh Gene Cafe.

Sebenarnya kopi yang baru di roast masih mengandung gas dan sebaiknya didiamkan beberapa waktu hingga berhari-hari sebelum dinikmati. Tapi karena keburu ingin tahu, kami langsung mencoba hasil roasting pinggir jalan tadi sore dan dinikmati bersama-sama.

Walau rasanya harus lebih ditingkatkan lagi karena waktu roasting yang agak terlalu lama, Gene Cafe sudah sangat mumpuni untuk melakukan roast dengan hasil yang bisa dilihat dalam foto2 di bawah.

Tentu saja saya akan mencoba dengan mengurangi atau menambah temperatur serta waktu roasting seraya melihat perubahan yang terjadi. Roasting memang membuat penasaran dan semoga hasilnya akan lebih baik. (Maaf ada kesalahan tulisan Genecafe yang seharusnya di pisah Gene Cafe pada caption2 foto di bawah)

* * * * *

14 replies
  1. Sabam Malau
    Sabam Malau says:

    Pak Tony, Mirza and Kurniawan. Bagaimana khabar? Saya tadi sudah order Gene Cafe Roaster CBR-01 Red dari Maharaja Coffee. Saya juga juga order Latina 600N (Electric Grinder) dan Coffee Mill GB-9361 (Hand Grinder) dari Maharaja Coffee. Mudah-mudahan transaksi dengan Maharaja Coffee dapat terealisasi sesegera mungkin sebab para petani kopi sedang menunggu kicauan saya untuk membantu mereka (hahaha…, itu memang dunia saya).

    Terima kasih atas kemunculan cikopi.com ke dunia ini karena “Perlu dan Bermanfaat”.

    Salam. Horas.
    Sabam Malau

    Kabar baik pak Sabam.
    Selamat atas belanja mesin roasting dan grinder Latina dari Maharaja, semoga bermanfaat tentunya.
    Pak Sabam berkicau, petani Medan pun tentram 😀

    Salam/TW

  2. Sabam Malau
    Sabam Malau says:

    Mantap bro………….
    enak tenan………….
    “Good Coffee with good friends”. I like this statemen.

    Thanks Pak Toni.

    Salam. Horas.
    Sabam Malau

  3. Dave
    Dave says:

    aku tertarik dengan mesin roasternnya. bisa tlg diinfo ga belinya dimana dan harga nya berapa ? tlg infonya email ke d_v_d_w@hotmail.com y.
    thanks.

    Produk ini dijual oleh Maharaja Coffee, klik saja side bar untuk iklan.

  4. qertoev coffee
    qertoev coffee says:

    kami pernah beli alat ini 5 unit dengan harga yg lebih mahal dari yg pak kas jual kecele deh

  5. Gunawan
    Gunawan says:

    Cool Roaster, recomended yg mau menikmati kopi fress from home slalu.
    Agar kopi indonesia tetap berjaya di negri sendiri dan juga mancanegara.

  6. kasmito
    kasmito says:

    Sedikit tambahan,
    Kopi papua yang di provide bukan kopi luwak,
    Melainkin papua wamena.
    Menurut beberapa sumber, di papua tidak ada luwak,
    Tidak juga Harimau atau gajah, karna ekologi beda dgn
    Indonesia wilayah barat.

    Terima kasih koreksinya Pak. Maafkan “kebodohan” saya yang salah melihat label. 🙂

  7. Charles
    Charles says:

    Widih, ada Pak Hendra di situ. Wah mantab nih micro roaster, bisa dapetin fresh coffee tiap hari.

    Sayang gak ikutan neh, ketua suku dari Tenabang 🙂

  8. Andreas
    Andreas says:

    Wah ….. sayang ndak bisa ikut ….. wah pak Hendra dgn “murid2″nya nich ….. hehehehhe

    Seru ! next time kita adain lagi dg mesin sampe roaster lain. Tetap di pinggir jalan 🙂

  9. mang koko bari nagog
    mang koko bari nagog says:

    hade euy…. rasa kopi pasti lebih segar dan dan bikin merem melek. good stuff….

Comments are closed.