ECM, pabrikan mesin espresso Italia, mengeluarkan tiga jenis Michelangelo, yaitu tipe DS, SC, dan Milenium. Perbedaan masing-masing kelas tidak terlalu signifikan selain pada kapasitas heat exchanger (1300ml) yang lebih besar pada tipe Milenium dibanding dengan tipe yang lainnya (650ml pada tipe SC). Inilah mesin komersial yang pertama di unbox walau bukan dilakukan di rumah, tapi di “Rumakopi” sebuah cafe Jl. Suryo bilangan Jakarta Selatan yang akan segera buka pada beberapa hari mendatang.

Berbeda untuk mesin di rumah yang sering saya unbox di sini, cafe memerlukan “big gun”sebuah mesin yang mampu bekerja terus menerus dengan kapasitas setidaknya lebih dari 30-50 cup per jam dengan dan dengan hasil yang konsisten.  Pada sisi inilah mesin kelas profesional yang ditandai dengan boiler berkapasitas lebih dari 10 liter, pompa rotary untuk menyedot air yang lebih cepat, sambungan air langsung (direct plumbing), daya listrik yang lebih besar. Kesemua fitur itu tentu saja harus ditebus dengan harga yang jauh berlipat.

Menggunakan mesin profesional tentu lebih menyenangkan, dan Vianne, pemilik cafe sudah berbaik hati kepada saya untuk melakukan brewing pertama kali. Paket mesin ini sudah dilengkap dengan grinder Compak K3 Elite Touch yang doserless dan bisa diatur volume kopi yang diinginkan. Tentu saja sebelum melakukan brewing, saya harus melakukan setting grinder untuk mencapai tingkat kehalusan yang sesuai. Tidak dilakukan pressure adjustment pada tekanan pompa karena akan dilihat dulu tekanan yang dihasilkan pada manometer.

Brewing atau shots pertama harus diulang karena masih under extract, cairan espresso memenuhi gelas shots di bawah 20 detik. Shots kedua sebagaimana foto di atas sudah mencapai 30ml dalam waktu 25 detik, angka keramat saya.

Work flow lengkap dengan tahapan-tahapannya sebagai berikut :

  • Nyalakan mesin (3200 watt)
  • Pompa mulai menyedot air ke dalam boiler tapi elemen pemanas belum bekerja, sebuah mekanisme safety agar mesin tidak overheat.
  • Tunggu sekitar 45 detik, heating elemen mulai menyala
  • Durasi pemanasan 30-45 menit.
  • Flushing beberapa kali dengan menggunakan portafilter dan membuka steam wand.
  • Setting grinder
  • Test pertama, gagal, coba lagi, sambil melihat manometer untuk tekanan boiler dan pompa
  • Hasilnya sudak layak dipajang sebagaimana foto di atas
  • Froth milk, untuk single serving, kira-kira 7 detik
  • Mengatur volumetrik sesuai dengan waktu yang diinginkan. Cukup mudah, tapi sebaiknya dilakukan pengaturan ulang secara berkala agar ekstraksi tetap konsisten.
  • Housekeeping

Tidak banyak komentar saya tentang mesin yang baru saja trial ini, tapi jarak antara group head dengan dip tray akan lebih baik kalau dilengkapi dengan fitur dudukan atau tatakan khusus untuk espresso shot tepat di tengahnya. Selebihnya, inilah ECM Michelangelo  mesin kelas komersial pertama yang tampil di blog ini yang saya unbox bersama rekan Hendri Kurniawan “tukang nongkrong” sekaligus menjadi dewan penasihat dengan bendera “Espresso1st”di cafe ini. Salam.

* * * *

Latte bukan buatan saya, tapi Hendri Kurniawan 🙂

Meliana Gunawan, arsitek dan desainer interior, yang sebentar lagi akan punya profesi ganda sebagai barista di “Rumakopi”.

8 replies
  1. Andreas
    Andreas says:

    Dah mampir ke sana ……. tempatnya cozy ….. kopinya okay, kmarin pesan Latte …. sistem free pouring …. plus ada hiasan latter artnya …. plus bisa ngobrol sama Vianne ….. nice place to have an inspiration ….

  2. budiman
    budiman says:

    Mas Tony mesin kopinya bagus. Teman saya membuka cafe di Lampung pakai mesin d’angelo. Saya pikir mungkin mesin ini. Harganya sekitar 60jt. Nanti kalau sudah buka, sekitar november, saya undang bapak datang dan meliput kami. Btw, siapa calon barista itu? Ibu ya? Nice pic!

  3. Mirza Luqman Effendy
    Mirza Luqman Effendy says:

    edun iyeu mah kang, tidak sabar untuk mencoba salah satu tempat duduk di rumakopi, sambil ngopi pastinya

  4. bayuwardoyo
    bayuwardoyo says:

    hwaduh.. kayaknya asik juga ngumpul2 di rumakopi pas pre-opening nih kang.. sekalian ngegosip soal kamera tentunya.. (coffee + camera = good chat hehehe..)

  5. budi
    budi says:

    Nice pak Toni.
    Omong2 lokasi cafe barunya dimana? Siapa tau bisa mampir.

    Oya, ttg jarak portafilter ke tatakan (drip tray) untuk mesin komersil memang jauh pak. Krn didesain untuk dipakai buat tall cup kayak paper cup nya Starbuck. Kalo jaraknya kayak mesin rumahan, cup ukuran “Venti” jadi nyangkut dong 🙂

    Di Jalan Suryo pak, Senopati lurus aja, siapa tahu juga kita bisa ngopi bareng 🙂
    Sebenarnya Michelangelo bisa dilengkapi slider, opsi tambahan seharga US$100.

Trackbacks & Pingbacks

  1. […] This post was mentioned on Twitter by Hendri Kurniawan, Hendri Kurniawan. Hendri Kurniawan said: Sneak preview: http://bit.ly/9YHPsV […]

Comments are closed.