Mungkin ini yang dinamakan roaster syndrome, saat menjelang tidur masih tetap sibuk memikirkan kombinasi waktu dan temperatur setelah sebelumnya merasa kurang puas dengan hasil roasting yang baru dilakukan. Andai saja suhunya dinaikan lagi mungkin hasilnya akan lebih baik, atau tadi mungkin terlalu lambat mengeluarkan kopi dari drum, sambil menilik lagi catatan durasi atau lamanya waktu roasting, dalam lembar kertas penuh berisi coretan yang hanya dipahami olehnya sendiri. Tapi untungnya saya masih belum pada taraf “sehebat” itu, karena masih menerapkan rumus sakti ATG (Asal Tidak Gosong) hasil pesantren kelas Tsanawiyah ke para Kyai masyhur dibidang Ulumul Masywi al-Qahwah atau ilmu goreng kopi. Alatnya cukup dengan mesin roasting tipe W600 dari pabrikan Wiliam Edison.

 

Bagi Anda yang baru membaca artikel ini, mesin roasting buatan Wiliam Edison, pria kelahiran kepulauan Riau ini sudah pernah saya terbitkan di sini Mesin Roasting seharga 7 jutaan. Saya tentunya gembira karena mengetahui bahwa mesin ini sudah menjadi pembuka pintu gerbang bagi siapa saja yang ingin mengawali aktivitas menggoreng kopi dengan menggunakan alat yang harganya cukup terjangkau. Beberapa rekan yang saya kenal sudah membeli mesin ini dan sejauh ini tak ada keluhan berarti.

Jadi di hari-hari belakangan ini saya sedang sibuk berkencan dengan W600, tipe mesin roasting yang berkapasitas 1 kilogram dan menggunakan gas sebagai sumber energi utama untuk memanaskan drum-nya. Sumbangan biji kopi mentah saya dapatkan dari beberapa rekan yang sudah berbaik hati “menyetor” biji kopi guna memberikan kesibukan kepada saya setiap pulang kerja di malam hari.

Rekan Arif Said yang sudah punya jam terbang tinggi dibidang ini pernah mengatakan kepada saya bahwa roasting itu sulit terutama masalah konsistensi. Saya tentu hanya bisa mengamini pendapatnya karena pada kenyataannya itulah salah satu masalah pelik yang sering dihadapi para roaster. Mungkin saja  pusingnya para roaster tersebut yang menyebabkan imsomsia karena sindrom tengah malam menjelang tidur tersebut. Tentunya taraf saya masih sangat jauh dibandingkan mereka yang sudah menganggap “log book” atau catatan roasting sebagai sumber informasi utama bagaikan hafalan kitab kuning di banyak pesantren.

Jadi sementara para roaster sibuk memecahkan masalah inkonsistensi,  biarlah saya sibuk belajar mempertajam pendengaran untuk bisa mendengar letupan kecil saat biji kopi mulai merekah serta menajamkan mata untuk melihat warna dari kehijauan hingga coklat.

Detail saat roasting dengan mesin ini tentu tak perlu saya ceritakan lagi karena tulisan sebelumnya cukup memberikan gambaran kinerja mesin 100% buatan dalam negeri  ini. Tapi, singkatnya, saat pemanasan hanya membutuhkan waktu sekitar 20 menit dengan api sedang untuk mencapai suhu 180 derajat Celsius sesuai indikator analognya. Setelah itu kopi saya tuangkan ke dalam funnel-nya sebanyak 500 gram dan melihat penurunan suhu yang hanya berkisar 20 derajat menjadi 160-an.

Selanjutnya duduk manis sambil sesekali memutar kenop gas agar suhu tetap konstan di 170 atau kadang dinaikan ke 180, hanya itu fluktuasinya. Walau terus terang tak paham apa akibatnya, yang penting turun naik layaknya mereka yang sudah biasa berada di depan mesin ini. Selebihnya komat kamit berdo’a tolak bala agar kopi saya tidak gosong sambil terus memeriksa perubahan warna di tuas sampel. Saat crack pertama biasanya terdengar suaranya walau agak samar, setelah itu adalah saat penantian letupan kecil kedua, sebuah tahapan yang sangat penting. Saat bunyi crack terdengar walau kadang tertutup oleh putaran drum, kopi langsung dikeluarkan (full city)  dengan kisaran waktu 19-21 menit dan langsung didinginkan di depan kipas angin sembari sesekali diayak ke atas dan bawah.

Kadang kopi langsung saya coba, tapi lebih banyak didiamkan dulu minimal 1 hari untuk melihat perubahan rasa dan aromanya. Ini cuma selera personal dimana hari ke-3 dan selanjutnya adalah saat puncak untuk menikmati hasil gorengan sendiri. Walau rasanya masih banyak kurang di sana sini, tapi selalu ada perasaan yang berbeda saat menikmati hasil gorengan kopi sendiri. Jadi saya bisa mahfum jika banyak roaster tetap setia dengan profesinya dan menyandang kebanggan saat orang lain mengapresiasi hasil roasting mereka.

Tulisan ini baru menyentuh sisi permukaan sebuah proses roasting yang variabelnya begitu banyak dan kompleks, dan tidak serta merta ingin mengajak Anda mulai mempelajari proses roasting. Tapi bila cukup tergoda, tak ada salahnya untuk mulai melirik opsi mesin roasting yang banyak beredar di pasaran yang harganya hingga ratusan juta rupiah. Tentu saja, ajaran Kyai Langitan untuk masalah roasting, Christian Heryanto dari Froco untuk memulai dengan wajan teflon ada baiknya dilakukan terlebih dahulu.

Untuk Wiliam Edison, saya terima bingkisan hadiah ulang tahun blog ini, dan rasanya terima kasih saja tak cukup. Tapi percayalah, bahwa orang seperti Anda bukan hanya sudah melakukan sebuah gebrakan di dunia kopi dengan memproduksi mesin yang harganya sangat kompetitif, tapi sekaligus mengirimkan pesan untuk mengajak siapa saja belajar menjadi roaster, baik untuk sebuah profesi yang masih jarang diminati, tapi sangat dibutuhkan, atau untuk para pecinta kopi pada umumnya yang ingin selalu menikmati fresh coffee.  

 *  *  *

63 replies
  1. Warno Hadi
    Warno Hadi says:

    Saya tertarik dengan mesin itu, apalagi kalau ada yang kapasitas sekali masuk 3-5kg. Tolong minta penjelasan cara memesan mesin tersebut.

  2. ali wafa
    ali wafa says:

    Tks banyak pd kwn2 roaster,diskusi dan argumen2nya cukup mumpuni utk menambah pengetahuan ttg kopi,kami sbg petani kopi sangat senang krn pertumbuhan pecinta kopi meniningkat…..tq ali wf {Atu Lintang -Gayo}

  3. Darmanto
    Darmanto says:

    Selamat siang William Edison,
    Saya ada usaha Kopi Gayo, dan sejakigus buka Cafe dan Resto, tapi andalanya adalah sajian Kopi Arabika Gayo. Selama ini kami membeli biji kopi yang sudah matang alias sudah di rosting, Untuk mengoptimalkan pendapatan saya berniat merosting sendiri, melalui media promosi saya coba cari, ketemulah mesin buatan Maksindo Malang, tapi begitu saya uji coba mesin bermasalah sering mati, saya pesan dengan kapasitas 5 kg, yang saya ingin tanyakan ke Bapak Edison adalah bagimana efektivitas mesin 1 kg dengan 5 kg dibidang mutu rosting, dan rekomendasi Bapak Kapasitas berapa yang mana, rencana kami akan akan pesan kepada bapak

  4. Surip masikin
    Surip masikin says:

    saya berminat dengan mesing yang sauadara jual , dan saya di Kab. bener meriah – aceh mohon saudara kirim spek ke email saya yang kapasita 1kg dan 3 kg, lengkap dengan gambarbya terimakasih

    • fajar
      fajar says:

      untuk harga kapasitas 5-10KG brp ???dan pengerjaan berapa lama setelah pesan saya butuh cepat…klo ada yg ready saya minat..call 087829723208 trims.

  5. neila rafa huwaida
    neila rafa huwaida says:

    saya sedang nyar mesin roaster kopi nih kalo mesin roaster yang harganya 7 juta, berapa kilo per proses yah?
    terus mau pesen gimana caranya?

  6. Didi Tarhadi
    Didi Tarhadi says:

    saya lagi nyari mesin roaster. tapi yang 2-3 jutaan ada ga? biarin second juga ga papa.saya pengen usaha kopi nih.

  7. ferry
    ferry says:

    kalo pesan untuk dikrm kemedan-sumut berapa jd biaya keseluruhannya pak….,n gmn cara pemesanannya thanks….

  8. Nanang SAE
    Nanang SAE says:

    Kang Toni, saya punya binaan petani kopi di Kab. Garut Jawa Barat dan sebagian kecil saya beli hasil panennya dan diolah sendiri juga memasarkannya sama temen2 KPK (Komunitas Penkmat Kopi). Hasilnya alhamdulillah bisa buat nambah penghasilan meskipun cara pengolahannya masih jadul. Bisa bantu pemasarannya ? mereknya Kopi BUHUN, tolong minta alamatnya biar saya kirim sample berasnya (Bean) untuk diroasting sendiri sama akang. hatur nuhun

    Menunggu kopi kirimannya … 🙂

  9. Name (required)
    Name (required) says:

    Maaf baru dibalas komentnya berhubung persiapan utk Malang Coffee Festival.

    @gem untuk pengiriman ke aceh tidak masalah, selama ini kita sudah kirim 4 unit ke aceh dan sedang ada beberapa jg yg pesan. And thanks jg atas apresiasinya

    @yustinus terima kasih sebelumnya atas sarannya, apa bs dilengkapi dengan foto ya? Biar bisa kita pertimbangkan. Thanks.

  10. yustinus sutama
    yustinus sutama says:

    Sekedar Saran kecil yang mungkin membuat mesin roaster ini semakin menarik, Gantikan sekrup yang terpasang dengan sekrup hexagonal cap head yang bisa dipasang/lepas dengan kunci letter L.
    tx.

  11. Gem
    Gem says:

    kalo kirim ke banda aceh gimana mas.. ?

    oh iya, salam kenal untuk komen2 om2 di atas..

    apa [un ceritanya, ide kreatif dan hasil karya anak indonesia patut di ancungi jempol… 🙂

  12. Wiliam Edison
    Wiliam Edison says:

    Harganya 7,5juta mbak, itu diluar ongkir ke bandung. Namun kita sudah beberapa kali kirim ke bandung tidak mahal kok. Bisa hub saya kalau msh ada pertanyaan. Makasi.

    • Budiman Kasan
      Budiman Kasan says:

      Mau tanya pak….kalau mesin sangrai kapasitas 3-5kg ada gak? Harga nya berapa ya? Terima kasih.

  13. Wiliam Edison
    Wiliam Edison says:

    Untuk pemesanan bisa langsung hub saya di 081236395588, dan bisa ketemu di pameran ICF Ubud – Bali 15-16 sept ini. See u all.

  14. Goentoer
    Goentoer says:

    Hehehe kacian deh oom Davide. Biarian ajah deh oom yg penting niatnya baik buat mengingatkan kalo itu dianggap dosa, biarlah. Kita maklum kok yg dipake kan standar SCAJ:
    kalo nyeduh pake french press ngapain nunggu 4 menit, 1 menit aja biar cepet.
    kalo bikin espresso itu gak perlu 30ml, 300ml aja biar penuh kyk starbook.
    kalo bikin turkish coffee, gilingannya gak perlu halus2, kasar aja biar cepet, diulek jg ok.
    kalo brew pake hario, gak prl kompor, pake air dispenser aja kan airnya dah panas juga tuh
    gak usah repot beli msn, beli ini aja http://bit.ly/NNqUT5 yg penting ada foamnya 🙂

  15. sutrisno
    sutrisno says:

    @davide: anda ngelihat dari persepsi dan pemahaman komersil
    @daniel: anda melihat pembahasan dari persepsi untuk konsumsi pribadi.jadi ya ngga ketemu..yang komersil kudu konsisten..yang konsumsi pribadi,lebih mengarah ke keinginan sendiri..
    Untuk saya,lebih pasrah ke kenikmmatan roasted kopi yang saya beli aja deh..dari berbagai roaster ngga masalah..dari yg pakai roast machine sampai yang tradisional,karna kenikmatan kopi hasil brewing uga banyak faktor kan..dan sangat dipengaruhi yang nyeduh..buat saya,kalau saya seduh sendiri,ya saya nikmati sendiri..tapi kalau saya nyeduh untuk saya jual,ya saya dengar testimoni dari pembeli..karna saya sadar,nggga bakalan bisa (atau ngga mudah) untuk memuaskan semua orang..kalau untuk bisnis,yang penting good value aja deh..
    @davide dan daniel: saya sangat bersyukur bisa buka lagi bahasan ini dan baca komentar dari anda ber2..thank you..membuka pemahaman saya bahwa roasting tidak terlalu sulit (kalau dinikmati sendiri) dan tidak juga bisa dikatakan mudah (jika untuk mencari konsistensi)..awalnya sih pengen belajjar roasting..tapi sepertinya masi jauh..hehehe

  16. daniel
    daniel says:

    @Davide,
    lho…? kagak nyambung coy…
    koq malah bahas teknik roasting?

    Topiknya mengenai kopi yang akan diekstraksi dgn metode espresso, emangnya knp kalo light roast coffee dibikin espresso?

    berarti kalo dark roast juga ngga boleh diseduh dengan cara pour over?
    Cape Deh…

    Mau minum kopi aja koq repot jd banyak aturan?
    I prefer My Coffee My Way…:)

  17. Davide
    Davide says:

    Loh, logikanya kok jungkir balik? Bukannya itu lumrah kalo bukannya wajib dilatih?
    Sama spt barista yg terlatih bisa mengenal shot yg bermasalah dari warna ekstraksi espresso?

    Roaster yg terlatih pasti mengandalin 3 panca indra utama: mata, telinga dan hidung.
    Justru ajaib kalo ada roaster yg lbh ngandalin indra pengecap dan peraba selama proses roasting. Bisa melepuh dek. (Catatan: msn roaster komersil biasa jg dilengkapi sensor utk membantu monitoring)

    Memang ada proses cupping tapi itu lebih untuk sourcing & QC.
    Jarang seorang roaster bergantung hsl cupping krn itu sudah terlambat
    (nasi sdh jadi bubur – kopi sdh jadi arang) 😀

    Sekalian undur diri, maaf kalo salah masuk
    Tdnya berharap bisa diskusi faktual tp kok kesannya serba emosional ?
    Td berharap ada yg cukup dewasa berdiskusi.
    Ada yg bisa ngomong “saya roasting spt itu krn ….”
    (… krn saya pengen aroma floralnya lbh keluar ,atau)
    (… krn saya pengen rasanya lbh snappy ,atau)
    (… krn saya pengen body lbh terasa, atau)
    (… krn kopi yg saya pake DP )
    (… atau …)
    Tp wow jawabannya cuma mykopymyway 😐

    Obrolan ini jd spt kejadian my 5 yrs old girl dgn ibunya.
    “sayang, kamu pake sepatu merah ini yah, buat ke ultahnya rina”
    “gak mau, aku maunya pake yg coklat”
    “tp kp pake gaun merah dibeliin mama kan”
    “iya”
    “loh kan kalo gaun merah gak gt pas sama coklat”
    “gak, maunya yg coklat”
    “kenapa?”
    “pokoknya gak mau, maunya yg coklat”
    “…..???”

    Sedih :’)

  18. mirzaluqman
    mirzaluqman says:

    Seru lihat master-master kopi beradu argumen disini, maju terus kopi indonesia…kang toni maaf lahir batin yo

  19. daniel
    daniel says:

    @Davide,
    saya setuju dengan pendapat anda, memang pendapat Novyanto tidak melenceng karena memang belum dark roast.
    Tapi yang melenceng adalah SIKAP-nya yang “SOK TAU” dan meremehkan hasil usaha orang lain.
    Masa cuma dr foto bilangnya pasti kecut dan asam? Coba dulu hasil roastingnya baru comment.
    Lagipula pak Toni juga bukan master roaster untuk komersial, beliau hanya sharing hasil coba2 alat roasting tersebut. Apakah akan dijadikan espresso, drip, french press atau cuma buat di cium-cium doang wanginya kan sah-sah saja. “My Coffee, My Way” Betul ga Pak Toni? 🙂

    Apakah coffee yang akan dijadikan espresso harus medium-dark to dark roast? Ketentuan dr SCAA atau SCAI atau dr siapa?
    Apakah saudara Novyanto waktu baru-baru belajar dan nyoba roasting hasilnya langsung “perfect” dan selalu consistent? Saya rasa tidak…

    – Iya ini hanya berbagi pengalaman mencoba roasting sendiri, terlepas dari apapun hasil akhirnya dari sisi rasa dan aromanya. Buat saya sudah cukup bahagia bila satpam komplek setiap malam bisa menikmati kopi hasil dari mesin roasting ini 🙂
    Sekalian ingin berbagi bagaimana kelucuan yang terjadi saat roasting, misalnya kopi yang sudah dikeluarkan dan diketahui kalau warnanya kurang sesuai, langsung dimasukan kembali ke drum dan dengan santai di roast kembali 😀
    Atau pada mesin Hottop, hampir saja me-roast kopi yang masih ada parchment-nya 🙂

    Buat saya, kopi adalah eksplorasi tanpa henti dan saya cuma ingin mengirim pesan bahwa jangan takut untuk mencoba termasuk kegiatan roasting ini. Biarlah saya belajar dari kesalahan dulu dan tak malu berbagi kreativitas atau lebih tepatnya “kekonyolan” yang saya terjadi 🙂

    Karena bukan untuk komersial, jadi pakem-nya tak berubah, it’s my coffee, my way, indeed.

  20. Davide
    Davide says:

    Tanpa mengurangi rasa hormat.
    Untuk orang awam mungkin tdk ada perbedaan yg serius.
    Tapi dari pengalaman dan teori roasting, hasil roastingnya memang masih dikategorikan “light roast”.
    Pendapat ini bukan asal bunyi, karena bilangan Agtron-nya masih sekitar 70-60.
    Sedangkan “medium” menurut SCAA, mulai dari Agtron sekitar 55.
    (Catatan, ini dibandingkan dengan foto diatas)
    Jadi menurut saya pendapat novyanto tidak terlalu melenceng.

    Kalo ada yg berpendapat berdasarkan merek “X” “Y” “Z” yg mengklaim roastingnya medium, sah sah saja.
    Tapi saya berani bertaruh kalo X, Y, Z tadi dijejer berdampingan derajat warna pasti berbeda.
    Lagipula itu seperti saya berlogika: Mercedes, BMW, Toyota, Honda adalah mobil bagus
    karena rodanya empat, maka Tata Nano juga mobil bagus karena rodanya juga empat.
    Gak kebayang, omelan Bonbin apa yg saya terima dari guru matematika saya 🙂 .

    Saya setuju ttg rasa & selera, terutama kalo buat konsumsi pribadi, pasti tidak menjadi masalah.
    Tapi kalo sudah bekerja di roaster komersial, mungkin ini menjadi masalah terutama soal konsistensi.
    Karena selera saya belum tentu sama dengan maestro saya. Selera saya belum tentu sama dng selera pasar.
    Saya tidak bisa bicara ttg selera Jakarta. Tapi secara umum selera pasar Italia cenderung “medium-dark” ~ “dark” ( Agtron 50-40).

    Sebenarnya mau ngasih komentar ttg msn roasting nya.
    Tapi biarlah yg basic & ringan saja dulu:-)

    – Thanks Davide, saya sependapat jika pengukuran tingkat roasting sebaiknya dikuantifikasi oleh spectrophotometer seperti angka “Agron” hingga terdapat kesamaan persepsi ketimbang deskripsinya hanya bersifat kualitatif. Sayangnya saat itu tidak bisa dilakukan karena ketiadaan alat tersebut sehingga terpaksa saya mencomot istilah umum yang biasa digunakan. Spektrum warna sangat kaya dan diperlukan ketajaman mata untuk melihat secara akurat “wavelength” dan Agtron (Pantone di dunia desain) adalah konsesus di dunia kopi yang selama ini dijadikan acuan agar para roaster menggunakan bahasa yang sama.

    Very welcome bila ingin memberikan masukan apapun dan berbagi di sini hingga saya khususnya dan pembaca bisa lebih memahami bidang yang satu ini.

  21. Aditor
    Aditor says:

    Ini mantap sekali Kang Toni, suhu biji bisa terpantau ya? Yes ATG :)) Hidup Nahdliyin 🙂
    Nanti saya nyantri ke sana lagi ya kang.

  22. Farukfahrany
    Farukfahrany says:

    Salam kang, wah bisa belajar bareng nih kalo gitu, jadi pusingnya bisa dibawa sambil nikmatin kopi roastingan sendiri kang. Mantablah.
    Kapan kita roasting bareng ya. Kita kulik bareng hehehe.

  23. Wiliam Edison
    Wiliam Edison says:

    @Willy Thanks sudah menjawab pertanyaannya.

    Sepertinya harus banyak belajar masalah roasting di tempatnya Pak Toni nih. banyak para suhu roaster disana…

  24. HoneyFlower
    HoneyFlower says:

    @Qertoev Coffee gayo,

    boleh tanya kenapa jangan lebih dari 12 menit, apa ada alasan khusus ? 🙂

    Thanks
    muliawan

  25. hideo
    hideo says:

    barusan ngeliat hasil roastingan pak tony.
    hasilnya bagus, sama sekali ga gosong.

    – Kan ilmu dari Hideo juga, asal gak gosong, toh yang minum saya juga 🙂

  26. wallflowers
    wallflowers says:

    @Zulmi ..foto terakhir itu disediakan untuk dipasangi pengukur suhu temperatur bean, jadi bisa digital maupun jarum, sesuai selera..
    maaf ikut bantuin menjawab pertanyaannya.
    mungkin om edison bisa menjelaskan lebih detail.
    Soalnya saya juga uda beberapa kali menggunakan mesin ini (biarpun belum ikut punya) tp bener2 bikin nagih 😀

    – Suwun Mas Willy … roaster dari Kediri 🙂

  27. zulmi
    zulmi says:

    pertanyaan untuk pak william edison, di foto yang terakhir itu untuk apa ya ?

    – Udah dijawab sama Masbro Willy 🙂

  28. daniel
    daniel says:

    @novyanto:
    OMG…mungkin anda yang belum pengalaman bikin espresso, coba deh Lavazza umumnya medium roast, bahkan yg light roast spt Crema e Aroma lebih enak dibuat espresso dibanding S*bucks espresso roast yg terlalu dark jd cuma berasa spt arang.
    Coba Zicaffe Linea Espresso yg light roast, sama spt Lavazza crema e aroma sama sekali ngga kecut or asam, malah full flavour dan complex, Il Tuo jg strong dan ngga asam tuch rasanya.
    Coba Illy atau Lavazza Caffe Espresso yg bungkus hitam atau Black Pearl dr Anomali Coffee semuanya medium roast dan rasanya full bodied and ngga kecut koq.
    Espresso coffee bukan artinya harus at least vienna roast or beyond full city, full city udah cukup yg penting bagaimana blend dr berbagai jenis atau daerah penghasil kopi, bahkan cinnamon roast spt lavazza rasanya mantap dan full flavour.

    @Toni Wahid:
    mantap pak sudah naik level jd home roaster, sukses selalu..:)

    – Hi Daniel, terima kasih sudah bantu jawab ya.
    Iya ini naik kelas, tapi koq jadi tambah mumet 😀

  29. faisal
    faisal says:

    mantaaaap pak bos,semoga makin sukses pengetahuaan kopi (salam hangat dari air hitam)

    Aamiin, semoga. Salam kembali.

  30. Gerardogani
    Gerardogani says:

    wah selamat Gus Toni, sudah mencapai “racun” stadium 4…
    Menikmati hasil roasting sendiri adalah kenikmatan yang tiada tara….

    – Walah, gara2 Hottop juga 🙂

  31. Qertoev Coffee gayo
    Qertoev Coffee gayo says:

    kang roastingnya jangan lebih dari 12 menit terserah mesin dan caranya………bisa berbahaya NANTINYA……hehehe sedikit menggurui demi kemanusiaan

    – Demi kemanusiaan, kapan kita diundang nih ke sana ? 🙂

  32. COFFEE BREAK
    COFFEE BREAK says:

    Sukses untuk mesin roastingnya

    Bagi yang berminat untuk mendapatkan mesin roasting murah bisa menghubungi di +6285234998808 ( YUDI – CEO COFFEE BRAEK GROUP)
    dengan harga terjangkau

    Mesin Roasting 3kg hasil karya anak bangsa Doktor Teknik Mesin dan Pertanian Universitas Brawijaya Malang dan mendapatkan penghargaan prestisius dari Menteri Industri.

  33. Wiliam Edison
    Wiliam Edison says:

    Selamat bereksperimen dengan mesin W600 nya Pak TW…

    – Mantep ! Mohon bimbingannya.

  34. Roger
    Roger says:

    Tiger striping 🙂
    Menikmati hasil roasting sendiri memang beda 😉

    Banget, walau hasinya pas2an rasanya tetep aja enak … buat saya sendiri tentunya 🙂

  35. novyanto
    novyanto says:

    OMG, groupie blh muji tiger apalah, tp dijamin rasanya pasti kecut & asam. Masa roastingan City (blm full-city BTW) dijadikan espresso. uggh

    Saya sendiri masih berada tahap di permukaan untuk masalah roasting dan selalu ingin belajar dari siapa saja, termasuk Anda. Penjelasan rekan Daniel di bawah saya harap sudah cukup menjawab. Untungnya saya penganut aliran “my coffee, my way” 🙂

  36. Andy Kho
    Andy Kho says:

    woohoo tiger striping euy…
    selamat pak TW lab-kopinya tambah komplit.
    lanjut ke project ruang lab-nya dong hihi..

    – Ruang tamu kita bongkar aja ya supaya sekalian jadi tempat nongkrong 🙂

  37. Mi'ink
    Mi'ink says:

    “Setelah dua hari”, warna hasil ekstraksi kopi itu bagaikan melihat keindahan matahari terbenam.. Sungguh menggiurkan.

    It’s heaven on earth

Comments are closed.