Modal kepepet, tapi ngebet pengen bisnis kopi ? Simak dulu pengalaman Torry, yang nama lengkapnya Yoseph Apolonius Torry Osa, salah seorang pebisnis kopi yang menggunakan metode seduh manual. Kedai kopinya “Torry Coffee” sudah menuai sukses setelah berjibaku sejak enam tahun lalu dan pembelajaran Torry jatuh bangun di bisnis ini bisa jadi pembekalan bagi siapa saja yang ingin belajar arti sebuah entrepreneurship khususnya membangun kedai kopi tanpa mesin.

Di bagian pertama seri tulisan saya dan kedua saya sudah mengulas mengenai mesin espresso bagi yang ingin membuka cafe. Tak murah bukan ? Belum lagi keterampilan teknis sebagai barista yang harus dikuasai sebelum bisa mengoperasikan mesin ini dengan benar berikut perawatan berkala yang harus Anda lakukan.

Jangan berkecil hati, tanpa mesin kopi pun Anda masih bisa menangkap peluang dari industri kopi yang semakin menjamur khususnya di kota-kota besar. Malam tadi sengaja saya menemui Torry di kawasan kedainya Jl. Kalimalang Jakarta Timur dan memintanya untuk berkisah mengenai bisnis “Torry Coffee” yang ia rintis sejak tahun 2005 tanpa menggunakan mesin espresso. Dari jalan Jatiwaringin, arahkan kendaraan Anda ke kiri dan kira-kira satu kilometer sudah tampak lokasi Torry Coffee yang bersebelahan dengan Bank BNI 46 di sebelah kiri jalan.

Torry Coffee bukan hanya berada di Kalimalang, tapi sudah menyebar di kawasan Tebet, Kalibata, Cawang, hingga Cipete, kesemuanya di Jakarta. Di kedai kopinya yang selalu ramai itu, Torry meracik berbagai menu kopi dari tubruk hingga minuman yang dicampur susu seperti cappuccino dan latte. Ya, tanpa menggunakan steam untuk membuihkan susu karena cukup dengan frothing cara manual dengan alat french press. Anda bisa mencoba sendiri metode sederhana ini dengan memasukan susu segar, lalu naik-turunkan plunger-nya berkali-kali untuk membuat efek busa pada susu. Dengan cara itulah Torry Coffee menyajikan milk based coffee.

Torry memang bertahan dengan metode tersebut hingga sekarang dan enggan berpaling, apalagi konsumen tidak pernah protes dengan rasa kopi yang mereka nikmati. Kalau Anda ke cafe-nya di Kalimalang, banyak pengunjung yang betah berlama-lama dari berbagai kalangan usia sambil menikmati beragam menu yang juga ia racik sendiri.

Tentu tidak semudah itu Torry menggapai sukses saat pertama mulai menjalani kehidupan sebagai seorang pengusaha. Selama tujuh bulan dengan modal 40 juta ia melengkapi mobil Daihatsu Espas menjadi warungnya tempat ia menjajakan dagangan kopinya. Sebelumnya Torry sudah berkarir di kapal pesiar, hotel, lalu perusahaan kopi dengan gaji yang sangat mapan. Tapi semuanya kandas manakala ia harus “diberhentikan” dan memulai lagi semuanya dari nol. Ia membuang gengsi, penampilannya tidak lagi serapi saat masih kerja di kantoran dan mulai menumbuhkan kecintaan terhadap kopi.

Di sebuah komplek perumahan di Jakarta Timur ia harus angkat kaki karena “diusir” secara halus, lalu pindah ke lokasi lain. Tujuh bulan ia banting tulang tanpa pemasukan karena semua biaya habis untuk menutupi ongkos produksi.

Torry adalah jebolan Uji Cita Rasa Puslit Koka di Jember dan merasakan betul manfaat kursus tiga hari yang ia peroleh saat mulai  terjun ke bisnis ini. Ia mulai meracik kopi dan berbagai menu lainnya yang dijual dengan harga relatif terjangkau untuk pasar anak-anak sekolahan. Strategi harganya mulai menunjukan hasil dan bukan itu saja, semua karyawannya ia ajarkan hospitality business berdasarkan pengalaman panjangnya di kapal pesiar dan industri  perhotelan.

Nah, sepenggal kisah Torry semoga membuka mata bagi yang ingin memulai bisnis ini yang sering dikira bisa dijadikan tempat nongkrong sang pemilim. Menurut Torry, boro-boro bisa santai karena seharian ia harus terus mengawasi operasional cafe-nya dan memastikan semua tamunya puas.

Memang benar pada awalnya Torry bermodal nekat karena kebutuhan supaya dapurnya tetap berasap, tapi ia juga membekali dirinya dengan pengetahuan akan produk yang akan ia lempar ke pasar selain jeli melihat peluang cafe yang terjangkau kalangan anak-anak muda. Dari kesemua itu, kisah Torry mengungkap bahwa seorang entrepreneur harus punya mental baja, tidak pernah sekalipun patah semangat walau harus jatuh bangun sebagaimana yang ia alami selama merintis usahanya. Jadi kalau Anda sudah siap menjalani kesulitan yang mungkin dialami saat memulai bisnis ini, Anda bisa kembali mengunjungi halaman-halaman cara seduh manual seperti :

Ini tulisan terakhir tentang mesin atau alat kopi yang cocok bagi Anda yang ingin membuka kedai kopi. Semoga bermanfaat dan mengosongkan kotak surat elektronik saya dari pertanyaan : mesin apa yang cocok buat warung kopi saya” 🙂

 

 

22 replies
  1. sutrisno
    sutrisno says:

    @ kudos: googling aja broo…

    @Pak TW: buat saya,kalau dengan espresso machine,saya lebih pilih BTC pak.hasil lebih konsisten.memang jadi menghilangkan fungsi barista,hanya rasa dan campuran jadi lebih konsisten sih.hehehe.saat ini lagi matangkan konsep untuk cafe seduh manual juga di mataram.ntar saya tag di FB yah..hehehehe

  2. Dee
    Dee says:

    alhamdulillah nggak jadi nanya pake mesin apa yg cocok. 🙂

    kudos to you om!

    Sama2 … 🙂

  3. bagus
    bagus says:

    mohon dijawab om…dimana tempat terpercaya saya bisa beli alat-alat yang om sebutin di atas tadi(presso, dkk)???insya Allah saya sedang dalam tahap merintis usaha ke warung kopi. terima kasih sebelum dan sesudahnya om atas jawabannya. 🙂

  4. abi
    abi says:

    mantab..sederhana tapi menciptakan kopi bercitarasa tinggi..he3x
    saya udh perna coba buat kopi ala vietnam drift clasic,menjadi sebuah kopi espresso yg mantab.
    tapi saya juga ingin banget klu ada kursus peracik kopi klu ada utk wilayah sumsel,tp ga ada..he3x
    bravo torry coffe..buat pak toni,artikel nya keren banget..

  5. W_D
    W_D says:

    artikel diatas sangat menginspirasi orang yang membacanya, dengan ‘perjuangan’ si pemilik dari 6 tahun yang lalu.. sudah tak terasa saya pun sudah 5 tahun menjadi ‘penikmat’ torry coffee.. produknya menarik..mantap.. tak kalah dengan kafe2 yang menggunakan mesin.. two thumbs up buat torry coffee

  6. Vandoti
    Vandoti says:

    Setelah membaca artikel diatas…saya baru sadar ternyata itu tempat sudah pernah saya singgahi pada waktu baru berdiri sekitar 6 taun yang lalu…pemiliknya hitam manis sperti coffee….baru kali ini saya melihat pengusaha yg sangat menyatu dengan warna produknya…hihihihi…bravo torry coffe….jgn takut dengan pesaing karena kita akan makin besar dengan adanya persaingan…maju terus kopi indonesia…jadilah raja di negeri sendiri….

  7. bodats
    bodats says:

    kalau gak salah, pak torry ini dulu punya warung namanya, WARUNG KOMBI. Tempatnya enak, luas, mengambil lahan parkir bengkel besar. Makanannya mantab rasanya, dan selalu penuh di akhir pekan. Tapi sayang, lokasinya pindah, sehingga kurang ‘sreg’ lagi. Ok pak tony, nanti malam saya coba mampir ke torry coffee…

  8. MasSeto
    MasSeto says:

    Torry Coffee… traditional style production namun high quality result… Luar biasa… bravo torry coffee… Menjadikan sebuah inspirasi bahwa tidak selalu butuh modal uang dan prestis untuk bisa sukses… konsep sederhana tapi manis dan menjunjung tinggi customer service menjadi harga jual yang luar biasa… Good coffee, great time, great place… spend your great leisure time @torry coffee

  9. Widi Arie
    Widi Arie says:

    betul pak toni setuju, gak harus pake mesin untuk bisa buat kopi yg “nikmat”.. untuk memulai bisnis warung kopi atau coffee shop pun pakai mesin bukanlah harga mati, masih banyak metode lain yg bisa menghasilkan kopi yg gak kalah mantap…
    saat inipun saya jg menjalankan sebuah coffeehouse di daerah jateng tanpa mesin dan menggunakan grinder manual + french pot (meski sebenarnya pengen mesin jg hehehe5x…) dan ternyata banyak juga “penggila/penikmat” kopi yang tetap suka dengan racikan non mesin..
    terimakasih pak toni untuk artikel ini yg semakin memantapkan dan menambah semangat menjalankan “warung kopi” saya..
    you’re kind of einstein of coffee from indonesia pak.. hehehhe5x…

    ” you’re kind of einstein of coffee from indonesia” :), love the statement, though it’s overrated 🙂

  10. wallflowers
    wallflowers says:

    Inspirational sekali ulasannya kali ini om Ton,..heheee sore2 baca artikel ini sambil menyruput caffe latte dr Silvia saya..

    betul-betul menyegarkan… kreativitas dan kemauan kuat serta kerja keras.. pasti akan ada hasilnya..

  11. Lulu
    Lulu says:

    Sebuah penutup yang benar-benar manis, bagaikan kue renyah setelah menenggak doppio espresso. Bravo kang Toni, semoga tulisan ini mencerahkan para pembaca cikopi 🙂

  12. Philocoffee Project
    Philocoffee Project says:

    Semoga bermanfaat dan mengosongkan kotak surat elektronik saya dari pertanyaan : mesin apa yang cocok buat warung kopi saya”

    Nah, itu bagian paling puncak dari semua tulisan seri ini 😀

    Karena Torry Coffee ini masih menyajikan milk based, barangkali akan indah jika ia dilengkapi dengan tulisan kafe yang sama sekali tidak menyajikan kopi campur susu, seperti coffeewar yang sudah berjalan 3 tahun itu. Kalo Kopi Javva kan masih ada menu kopi pakai susu, jadi masih semirip dengan Torry Coffee 🙂

    Syaikh, melalui tulisan seri ini, diri Syaikh resmilah bisa ditabalkan sekarang sabagai Mama Ajengan Peracun Perkopian Indonesia.

    Karena sejarah adalah cerita yang ditulis, maka dari itu nanti kami tulis ah Syaikh di blog kami. Kan selama ini yang nulis Syaikh sebagai tokoh belum ada toh 😀

Comments are closed.