Monolog itu membiarkan pikiran kita terbang sekaligus berkontemplasi, berdialog dengan diri sendiri, dan tempat yang rasanya cocok untuk melakukan aktivitas tersebut mungkin di Monolog.  Publik kopi khususnya di Jakarta, saya perkenalkan Monolog, dengan tag line quality coffee yang baru beberapa hari buka di Palm Gate Entrance, Plaza Senayan, Jakarta. Good coffee, food & vibe : Monolog.

Monolog merupakan salah satu cafe terbesar yang pernah saya kunjungi dengan luas lebih dari 300 meter termasuk area luar yang berkapasitas 125 oran. Buka sejak jam 7 pagi karena mereka menyediakan menu untuk sarapan hingga berakhir pada jam 10 malam.

Salah seorang pemiliknya adalah finalis Indonesia Barista Competition yang baru saja berakhir bulan April kemarin, jadi berharaplah Anda akan disuguhkan kopi berkualitas seperti Schibello yang diracik dengan mesin espresso Conti tipe Twin Star.

Satu lagi, itu grinder koq samaan dengan saya yang digunakan di rumah, Anfim Titanium 75mm, mesin penggiling kopi yang pernah saya gunakan.

Sengaja membuka di lokasi mall premium seperti Plaza Senayan karena traffic yang cukup tinggi dengan pasar kelas menengah ke atas. Kisaran harga dipatok dari 22 hingga 36 ribu rupiah untuk berbagai menu kopi dari ristretto hingga flat white dan beberapa jenis minuman dingin lainnya.

Demikian juga menu makanan seperti sarapan saya yang 60 ribuan dan semuanya sudah termasuk pajak, no hidden cost. Satu hal yang menarik, selain regular coffee, mereka juga menyajikan kopi decaf bagi pengunjung yang ingin mengurangi asupan kafein.

Di salah sudut cafe, mereka juga menyediakan alat untuk home brewing dari Hario yang bisa dibeli oleh pengunjung seperti syphon, fretta untuk es kopi, berikut grinder Skerton.

Monolog belum melakukan roasting kopi, tapi mungkin dalam waktu yang tak terlalu lama mereka akan segera memfungsikan sebuah mesin Diedrich yang berkapasitas 2.5 kg.

Mengapa harus ke Monolog ? Bila ingin merasakan Melbourne style cafe, mereka total menyuguhkan konsep ini karena pemiliknya pernah lama tinggal di sana dan ingin mengenalkan kultur kopinya untuk publik di Jakarta. Coffee, food, & vibe : Monolog.

* * * *

 

12 replies
  1. Theo
    Theo says:

    Beberapa hari lalu nyempetin kesini pas maen ke jkt.. full bgt! pas jam pulang kantor pula.. mantab deh tmpt nya..

  2. Bob
    Bob says:

    pas baru2 buka memang enak..tapi kok sekarang kualitas menurun jauh ya?? btw kalo ke melbourne, cobain cafe brother baba budan di lt bourke..the best coffee in Melb!!

  3. Yugo Isal
    Yugo Isal says:

    Melbourne style cafe? Persis… Itu yang saya rasakan saat strong latte yang saya pesan disajikan dalam gelas kaca yang khas, yang selalu saya dapatkan sewaktu di Melbourne. Menyeruput strong latte hangat sambil menikmati hangatnya sinar matahari pagi/sore di cafe2 yang banyak tersebar di kota Melbourne, terutama saat musim semi atau gugur, memang merupakan pengalaman pribadi yang menghantarkan saya jadi penikmat dan pengapresiasi kopi…

  4. Bayu Wardoyo
    Bayu Wardoyo says:

    laporan sedikit kang:

    saya jumat (16sept) kemarin berencana mampir ke monolog. reserve tempat untuk 8 orang & kebagian jam 20:00. tepat pada waktunya saya datang & ternyata hanya tersedia 1 meja & 4 kursi. mereka berkilah tempatnya rame terus, padahal saya telpon jam 4 sore. padahal ada sekitar 10 kursi yg kosong (digunakan untuk menaruh tas mahal milik beberapa sosialita) tapi waiter/floor manager enggan untuk mengambil kursi tersebut.

    kasus klasik dari sebuah tempat yang sedang ‘hype’ tapi tidak bisa memeberi servis yang bagus. sangat mengecewakan!

    – Monologue Management, please respond to valuable consumer feedback.

  5. Nadya
    Nadya says:

    Hello bang. I like your post. Izin mau copy link abang ke blog aku yah.. Terima kasih 🙂

    – Sure thing …

  6. zaki sungkar
    zaki sungkar says:

    Semakin banyak pilihan menikmati kopi berkualitas. Nice post Mas Tony.. 🙂

Comments are closed.