Satu minggu sebelum pertandingan final Indonesia Brewers Cup berlangsung, Ryan Wibawa (23) terbang ke Singapura dan mencari sendiri kopi yang akan ia presentasikan di hadapan para Juri nantinya. Ia sudah punya kandidat varian kopi yang akan digunakan, Panama Geisha yang ia dapatkan dari salah satu roastery di Singapura. Saat babak terakhir, di hadapan para Juri, hampir 10 menit ia berbicara fasih tentang kopi yang diseduh dengan teknik pour over dan tiket ke Dublin berhasil diraihnya sebagai wakil Indonesia pada kejuaraan yang sama, tapi kali ini tingkat dunia. Ryan Wibawa dari Starbucks, Juara Pertama Indonesia Brewers Cup tahun 2015.
Lajang kelahiran Jakarta ini sudah berkarir selama 4 tahun sebagai Barista sekaligus menyandang posisi sebagai Coffee Master yang ia dapatkan di tahun 2013. Coffee Master yang bisa dikenali dengan apron berwarna hitam adalah karyawan (Starbucks menyebutnya sebagai partner) yang telah melalui program khusus sebagai model terbaik yang menguasai teknis dan detail penyajian kopi di perusahaan ini.
Kalau pengunjung punya pertanyaan spesifik tentang kopi tertentu yang disajikan di gerai Starbucks, Coffee Master-lah yang akan berusaha memberikan penjelasan selengkap mungkin. Setidaknya, itu sebagian dari tugas pasukan apron hitam ini.
Lalu bagaimana asal muasal ia tertarik dengan teknik seduh pour over ? “Sekitar satu tahun yang lalu saya mulai melirik dan mendalami alat ini. Apalagi saya ditugaskan sebagai Barista di Starbucks Reserve, Grand Indonesia yang salah satu menu kopinya adalah manual brewing” ujar Ryan yang lulusan Bisnis Internasional di GS Fame Institute of Business, Jakarta.
Dengan mentor Mirza Luqman, Training & Development Mgr. Starbucks ia mulai diarahkan untuk terus belajar teknik seduh ini. Ryan dibebaskan untuk melakukan berbagai “manipulasi” dari ukuran bubuk kopi, mengubah suhu air, jenis air, hingga penggunaan berbagai jenis filter kertas.
“Saya memilih V60, karena dirasakan lebih punya kompleksitas tersendiri serta rentan terhadap perubahan rasa. Misalnya perubahan suhu 1 derajat, perbedaan filter yang di bleach dan tidak, banyak mempengaruhi hasil akhirnya” kata Ryan yang sejak bekerja di Starbucks harus terlatih mengajak pengunjungnya berbincang tentang kopi.
Setelah dirasakan siap, ia mendaftar sebagai salah satu peserta perwakilan Starbucks di Indonesia tanpa pernah ditargetkan untuk menang. Mirza hanya berpesan agar menjadikan event ini sebagai pengalaman berharga agar merasakan bagaimana tampil di muka umum dalam sebuah pertandingan skala nasional.
Di panggung babak final ia menggiling 18 gram kopi Panama Geisha Finca St. Theresa dan diseduh dengan 240 gr air yang bersuhu 84 derajat. Ia menjelaskan kepada dewan juri bahwa akan terdapat aroma strawberry disertai dengan manisnya plum di awal dan disertai dengan asamnya strawberry dana roma melati yang terus akan menguat pada palete.
Kini ia sedang sibuk mempersiapkan pertandingan selanjutnya di bulan Juni mendatang dan Ryan berencana akan mempresentasikan salah satu varian kopi Indonesia pada kejuaraan dunia di Dublin, nanti.
* * *
Kalp baristanya begini mah mau nya ngopi terus
mantap infonya..
sukses dan selalu dimudahkan
Cheers!! Sukses Untuk Bro ryan… Mantab Rubiknya Pak Tonny.
Salut ! Klo Panama Geisha yg membawanya mjd Juara Indonesia Brewers Cup…..semoga di Dublin nanti bisa mjd juara dgn kopi asli Indonesia……