Saat pertama ke Caffeine di bulan Januari lalu (Steampunk hadir di Caffeine) alat ini masih belum bisa difungsikan karena kendala teknis. Tapi kini Anda bisa menyaksikan sendiri cara kerja mesin bak sebuah perkakas fiksi ilmiah saat era indutrialisasi abad ke-19, sebagaimana arti harfiah Steampunk sendiri.
Sebagaimana yang telah saya sebutkan pada artikel terdahulu, Steampunk dioperasikan dengan menggunakan aplikasi khusus pada tablet layar sentuh yang berbasis Android. Aplikasi inilah yang diibaratkan sebagai dapur tempat Barista mengolah berbagai resep baik untuk kopi maupun teh. Variabel yang bisa diatur dalam menu aplikasi tersebut antara lain suhu, tinggi air saat dilakukan agitasi di dalam chamber, berapa waktu pre-infusion. Masing-masing resep sesuai dengan jenis roasting kopi bisa disimpan di dalam aplikasi tersebut untuk kemudian digunakan kembali.
Caffeine adalah tempat yang pertama menggunakan Steampunk di Indonesia sekaligus menjadi agen perusahaan yang memproduksi alat ini, Alpha Dominche. Untuk sebuah alat menyeduh kopi harga Steampunk tentunya tergolong tinggi karena piranti ini tidak diproduksi secara massal, sebuah artisan product. Versi terbarunya yang diberi nomor seri 4.1 dengan dua tabung silinder dibanderol dengan estimasi harga 250 juta berikut perangkat lunaknya yang disebut dengan Mincher.
Jadi bagaimana cara alat ini difungsikan ? Walau saya cukup terintimadasi dengan desain produknya, pengoperasiannya cukup sederhana. Langkah awal adalah menentukan dulu suhu air, waktu pre-infusion, serta tinggi air di dalam tabung pada saat ekstraksi. Semuanya dilakukan pada aplikasi Mincher pada tablet yang terintegrasi dengan mesinnya.
Lalu bersihkan tabung (rinse), setelah selesai siapkan filter kertas yang terpasang pada silinder stainless berbentuk lingkaran dengan ketebalan kira-kira 2 cm yang ditengahnya terpasang pipa kecil untuk memasukannya ke dalam tabung.
Setelah filter kertas dibasahi, lepengan metal ini dimasukan ke dalam tabung sebagai dasar untuk menahan kopi yang diletakan di atasnya. Sedikit tamping untuk meratakan permukaan kopi lalu kunci penutup atasnya. Tinggal sentuh lambang atau ikon “BREW” pada tablet dan secara perlahan air mulai melakukan pre-infusion dalam waktu yang bisa ditentukan sebelumnya.
Kopi yang sudah di pre-infused kemudian mulai dialiri air dalam rasio sesuai dengan resep. Sebuah mekanisme otomatis membuat kopi dan air tercampur dalam sebuah ritme tertentu. Berapa lama waktunya ? Sekali lagi semuanya bisa diprogram pada tablet Google Nexus 7.
Bila sudah selesai, kopi akan mengalir ke bawah melalui sebuah pipa kecil dan memenuhi tabung yang terdapat bukaan seperti keran air. Kopi siap disajikan. Kira-kira begitu proses yang saya sudah lihat saat diperagakan oleh Barista Caffeine yang juga akan menjadi salah seorang peserta IBC 2014.
Menikmati kopi yang disajikan dengan Steampunk saat ini hanya terdapat di Caffeine yang beralamat di Fondry 8, kawasan SCBD, Jl. Jend. Sudirman, Jakarta.
* * *
Malam Kamis kemarin saya ke Kaffeine, sempat ngobrol banyak dengan Mas Boedhi, sang barista.
Sebagai orang yang setiap hari bergelut dengan IT, menurut saya mesin Steampunk ini keren sekali. Bisa melakukan “manual brewing” sebanyak mungkin dengan hasil yang konstan.
Gara-gara ngobrol ini, malah gak dibolehin mbayar kopinya :))
mungkin “wah”nya perangkat ini lebih ke sisi cafe-nya, bukan konsumen…kalau dilihat dari artikelnya, sangat memudahkan apabila jam sibuk, beban kerja barista bisa berkurang lumayan signifikan.
Artikelnya menarik, tapi sayang om, ga ampe climax bacanya… Masi penasaran mesin dgn harga fantastis apa bedanya dengan yg lain
Waw kayanya ribet ya dan mahal… Da ba ternyata rasanya kaya v60 doang … Agaknya aku milih v60 aja
Usagenya sih lumayan gampang karena interfacenya user-friendly. Tapi hasilnya sih memang kayak manual brewing, cuman hasilnya hampir selalu perfect dan bisa massal.