Belum ke Medan kalau tidak menyambangi warung kopi Apek yang dulunya disebut dengan kedai Mieng Hao. Warung kopi ini sudah menjadi ikon di kota Medan, dan menyimpan sejarah panjang kehidupan multi etnis kota ini.  Apek (88) sang pemilik yang nama aslinya Thaia Tjo Lie merupakan generasi kedua yang terus bertahan membuka kedai kopi di  jalan Hindu nomor 37 Medan. Walau pendengaran  dan fisik Apek sudah melemah, tapi ia tetap bersemangat kalau diajak berbicara tentang kopi kebanggaannya. “Kopi kami sejak dulu dibawa dari daerah Sidikalang” katanya sambil menunjuk tempat penyimpanan kopinya di dapur.

Buka dari pagi, tapi sayangnya hanya beroperasi hingga jam dua siang dalam sebuah ruangan yang luasnya kira2 40 meter persegi. Ruang yang tak terlalu luas ini dihiasi oleh furnitur yang juga bergaya retro. Di dinding terdapat kliping tulisan harian Kompas yang berjudul “Warung Multikultur Kota Medan” yang terbit tanggal 8 Juni tahun 2008. Terdapat kliping dari koran lokal  tentang romantisme kedai kopi Apek yang merefleksikan tempat ini harus Anda kunjungi saat berada di Medan.

Di pagi hari pengunjung tidak terbatas dari kalangan etnis Tionghoa, tapi juga kalangan pribumi yang menyempatkan diri menikmati sarapan ditemani kopi hitamnya yang terkenal. Obrolan yang terdengar seperti biasa adalah kejadian terbaru di kota mereka yang diselipi sedikit bisik2 mengenai bisnis terbaru kenalan mereka. Medan memang kota besar, tapi intensitas atau hubungan personal masyarakatnya cukup tinggi. “Everbody want to know your business” sela teman saya yang harus mengalami sedikit culture shock saat baru kembali dari Amerika. Tapi justru di sinilah kelebihan warung Apek, sebuah tempat bagi masyarakat lokal untuk berinteraksi secara intens, pemandangan yang rasanya asing di temukan di warung kopi modern di Jakarta.

Bila kita memesan kopi susu, Apek akan memisahkan susu kental manisnya dalam gelas kecil dan membiarkan tamunya mencampur sendiri. Untuk sarapan, cobalah memesan roti bakar yang seperti biasa akan diolesi dengan sarikaya hasil olahan mereka sendiri. Sambil dicelup ke dalam kopi, rasanya akan memberikan kenikmatan tersendiri. Satu hal, Apek tidak akan melarang tamunya untuk memesan makanan dari warung yang mangkal di depan tokonya.

Warung kopi Apek sudah menjadi warisan sejarah bagi kota Medan, lambang pluralisme kota ini yang tertuang dalam secangkir kopi.

* * * *

12 replies
  1. coffeecangkir
    coffeecangkir says:

    sebuah informasi yang menarik dan kebetulan saya di medan, baru tau klu ada kedai kopi di medan yang sudah melegenda
    pas ni … buat jadi tempat referensi
    makash gan infonya

  2. Jafar
    Jafar says:

    memang mantab habis kedai kopi yg satu ini… tempat kumpul kita tiap pagi sehabis gowes. seberapa banyak org juga muat tuh kedai kopinya, ampe 1 meja bisa diisi 10 org.

    ada yg kalo datang pas gak ada tempat rela nunggu tempat kosong. itulah tandanya kedai kopi ini salah satu kedai kopi plg lama dan mantab di medan ini.

  3. Ardhia
    Ardhia says:

    Bang Toni, jika ada langkah ke kota Pangkalan Brandan, masih di Sumatera Utara, boleh di coba kedai kopi OYE (Bang Oyong) di simpang empat. Jangan lupa Field Report nya jika sudah mencoba.

  4. Yanti Hutabarat
    Yanti Hutabarat says:

    horas, Mr Wahid! berita ini membuat aku kangen lagi mau “mulak tu huta” di Medan ini…
    Warung Apek itu deket pula dgn rumah opungku…yg emang kopinya nikmat ;p

  5. vicly
    vicly says:

    bpk2/ibu2… tolng dong bagi2 resepnya soale saya mau coba2 buka warkop tapi saya belum tau resep campuran kopi dan kopi apa yg enak dan alamat produsen kopinya dimana aku belum tau…salam dari manado

  6. Enrico
    Enrico says:

    PERTAMAXXX!

    Ingin rasanya ikut menyelami berbagai kultur kopi di Indonesia. Moga2 dapat banyak kesempatannya nanti, hehehe.

Comments are closed.