au1

Minggu kemarin saya membantu salah seorang pedagang elektronik agar foto audio yang dijualnya lebih bersinar dan menarik para pembeli. Dua integrated amplifier yang terdiri dari Rotel RA-04SE dan satu lagi Primare i22, ampli yang dirancang di Swedia, tapi di manufaktur di Cina serta sepasang speaker yang kerap menjadi standard badan penyiaran BBC, Spendor. Kabar terakhir yang saya terima, sekarang teleponnya jauh lebih sering  berdering bila dibandingkan saat ia masih menggunakan foto seadanya yang kurang greget. Tiba-tiba saja jadi punya ide, dan saya yakin sudah banyak diaplikasikan, sebuah stereo set untuk cafe kecil dengan ukuran misalnya 50-75 meter persegi.

Buat sebagian orang rasanya tak lengkap menikmati secangkir kopi tanpa dimanjakan oleh background musik yang “pas”. Apalagi bila pemilik cafe adalah seorang audio junkie yang akan memilih dengan seksama perangkat penguat suara demi kenikmatan auditory para pengunjungnya.

Saking seriusnya dengan masalah musik, di tahun 2007 Starbucks rela mengakuisisi label “Hear Music”, sebuah perusahaan rekaman agar mereka bisa dengan bebas memilih playlist dari musisi yang sesuai dengan vibe gerai kopi mereka.  Tapi, sebagus apapun playlist yang diputar di cafe, tentunya harus didukung oleh sebuah sistem audio yang cukup handal agar bisa mereproduksi suara yang mumpuni.

set

Stereo Set

Saya dibesarkan dengan stereo, jauh sebelum ada pemutar musik digital seperti iPod dan teman-temannya membanjiri pasar dan menjadi perangkat must have. Bagusnya, hingga saat ini belum ada tanda-tanda kalau sepasang speaker, amplifier, pemutar cakram atau CD Player akan segera tamat riwayatnya. Malah kini piringan hitam atau vinyl sedang mengalami masa kebangkitan kembali dengan rombongan pengikut mereka yang fanatik.

Bagaimana dengan amplifier untuk bioskop rumah atau home theater ? Sebagian memang ada yang suaranya bersaing dengan stereo, tapi saya tetap memilih ampli stereo, pun untuk menonton film. Efek suara ampli home theater memang mempesona terutama suara surround dan sub-woofer yang memunculkan deep bass. Seringkali efeknya mengejutkan terutama saat menonton film horor, tapi saya beranggapan cerita film jauh lebih penting dan stereo bisa menyajikan dentuman sehebat perangkat home theater walau suaranya hanya terfokus di depan.

Demikian juga halnya untuk bekerja di depan komputer, cukup dilengkapi dengan sebuah amplifier (bagusnya ditambah dengan DAC atau Digital to Analaog Converter) dan sepasang speaker sudah membuat saya berbahagia untuk memutar koleksi musik di iTunes.

quad 11L2

Piranti Audio di Cafe

Seperti apa semestinya sistem audio yang baik di sebuah cafe ? Para pemilik kedai kopi tentu punya jawaban tersendiri dan seringkali tergantung dari pengalaman mereka “bermain” dengan peralatan bunyi-bunyian ini. Ada yang sudah berbahagia dengan memutar file audio yang sudah disunat seperti MP3 lalu dimainkan pada dvd player beserta penguat suara speaker aktif.

Sebagian mempercayakan kepada rekan atau kontraktor untuk menangani sistem audio mereka. Selebihnya tak hirau dengan masalah audio dan berpendapat “yang penting bisa mengeluarkan suara”. Karena itulah sistem audio seringkali menjadi anak tiri dan dianggarkan di bagian terakhir.

Di Seoul, Korea Selatan. saya selalu terkesan dengan sistem audio di banyak cafe khususnya yang menyajikan specialty coffee. Kehangatan suasananya ditambah dengan reproduksi audio high-end  sungguh sangat membangun atmosfir kreativitas dan suasana hati yang menyenangkan.

Dominasi musik aliran Jazz hingga Blues tetap menjadi pilihan di banyak cafe tersebut, walau sesekali ada sedikit kejutan saat tiba-tiba mereka memutar penyanyi pop opera mengalunkan aria andalan mereka. Tapi semuanya dikemas dalam sebuah playlist yang apik dan bunyi “normal” hingga para pengunjung tak perlu meningkatkan  volume suara mereka saat bercakap-cakap.

milo

Menurut pengamatan  sekilas mata, banyak cafe yang menggunakan speaker satelite yang ukurannya sekecil 10cm dengan tambahan satu sub-woofer. Pada tempat lain saya melihat penempatan speaker di plafon karena musik hanya digunakan sebatas untuk menambah ambien. Tulisan saya tidak akan menyinggung hal tersebut dan hanya akan dibatasi untuk sebuah stereo set di cafe berukuran kecil dengan besaran kira-kira 50-75 meter persegi dengan anggaran awal 10 juta.

Bila Anda memutuskan untuk menggunakan sistem stereo di cafe, tanpa bermaksud menggurui, saya akan mencoba memberikan beberapa rekomendasi peralatan yang dibutuhkan dan mudah-mudahan bisa menjadi referensi awal untuk pemilihan dan pengembangan peralatan lainnya.

rega

Jadi Anda tak perlu menghabiskan uang hingga puluhan bahkan ratusan juta rupiah demi obsesi untuk memiliki sistem audi0 sekelas Krell, Classe, McIntosh, Pass Lab, atau Mark Levinson. Tapi yakinlah, detail suara yang dihasilkan oleh perangkat yang akan saya tulis sudah layak untuk memanjakan indera pendengaran para pengunjung yang akan dibawa untuk menikmati sebuah sonic experience.

ipod shuffle

Daftar Belanja : iPod Shuffle

Pertama adalah iPod Shuffle yang berkapasitas 2GB sebagai sumber untuk playlist atau tipe iPod lainnya. Apakah harus selalu iPod ? Tentu tidak, misalnya ada SanDisk Sansa Clip Zip, Sony Walkman E Series dan merek-merek non generik lainnya yang bisa jadi pilihan selama mereka bisa dijadikan sumber playlist.

Speaker Bookshelves

Sebelum amplifier, sebaiknya mendahulukan membeli speaker  dengan, cukup tipe bookshelves yang tingginya sekitar 20 hingga 30 cm dan sebagian sudah dilengkapi dengan pengait untuk ditempel ke dinding. Beberapa merek speaker di bawah ini sudah pernah saya coba dan kesemuanya dalam doman harga antara 2 hingga 5 juta rupiah.

  1. Q Acoustic 1020 : Monitor kecil, mampu menampilkan detail yang snagat baik, tapi jangan berharap dentuman bass dari kotak kecil ini. Selebihnya inilah speaker dengan harga 2.5 jutaan dengan tinggi hanya 23 cm, tapi menampilkan suara terbaik di kelasnya.
  2. Wharfedale Diamond 10.1 : Sebuah bargain di dunia audio, jadi tak salah jika publikasi Stereophile  menyebutnya rich, uncolored midrange reproduced all vocal recordings with a sense of holographic verisimilitude. Harga berkisar 2.5 jutaan.
  3. Quad 11L2 : Saya penggemar Quad tipe 11L2, sebuah speaker Inggris dengan kualitas body yang sangat solid dan cat piano look-nya sungguh sangat menawan. Sering disebut dengan entry level speaker untuk yang mulai gandrung dengan audiophile, tapi pastikan kualitas MP3 tertinggi bila Anda ingin memainkannya di speaker yang sangat tak pemaaf ini. Harga sekita 4 jutaan.
  4. Bila ada yang masih menjual Mordaunt Short seri Avant 902 atau 902i jangan ragu untuk segera mengakuisisinya. Harga bekasnya sekitar 2 jutaan, tapi bila saya harus memilih antara Wharfedale Diamond 10.1 dengan Avant 902, pilihannya jatuh pada yang terakhir. Speaker ini sudah menjadi teman setia amplifier hifi saya hampir 10 tahun dan performanya tak pernah mengecewakan dalam mereproduksi musik jenis apapun. Bagaikan kopi yang menyisakan sweetness flavor dalam waktu yang sangat lama, mungkin itulah perumpaan yang tepat untuk speaker yang juga memiliki desain tak kalah cantik dengan warna silver di bagian depannya. Sekarang sudah diganti dengan tipe baru dengan seri Aviano dan Mezzo.
  5. Monitor Audio BX2 : Untuk suara yang transparan, detail tanpa terlalu clinical, tapi tetap bertenaga.
  6. Epos M12.2, salah satu tipe legendaris dari produsen amplifier Creek yang jago bermain di midrange. Silakan ditambah dengan list speaker lainnya yang bisa Anda rekomendasikan.

Saya berusaha untuk mendeskripsikannya sebaik mungkin, tapi tak ada cara yang lebih efektif dengan mendengarkannya secara langsung. Masih banyak merek yang lain, KEF IQ 30 adalah speaker tipe bookshelves yang patut diaudisi walau harganya sekitar 6.5 jutaan. Saya terkesan dengan sound stage IQ 30 yang luas, atau tatanan suara yang dihasilkan membuat saya lupa bila sumbernya ada di depan. Merek lain adalah Spendor yang kemarin saya coba dengan tipe S3/5R2, tapi harganya di kisaran 8 juta lebih, bersuara renyah dengan suara high yang kinyis-kinyis.

mixmatch

Integrated Amplifier

Katakanlah speakernya seharga 5 jutaan, maka sisa anggaran stelah pembelian iPod Shuffle akan kita gunakan untuk berbelanja amplifier. Dengan budget kurang dari lima juta tentu ada keterbatasan pilihan tapi bukan artinya akan mengorbankan kualitas. Amplifier yang saya gunakan sebelum dipinang rekan pemilik cafe adalah Audiolab 8200A, sayang harganya sekarang melambung jauh hingga 10 juta, jauh  melebihi budget yang tersedia.

Untuk itu saya akan merekomendasikan integrated amplifier Marantz PM 6003 atau adik kandungnya PM 6004 sebagai opsi yang bisa dicoba. Marantz dengan suaranya yang halus, hentakan bass yang tetap nyaman untuk didengarkan tanpa membuat ear fatigue, tentu sangat saya rekomendasikan. Rotel RA04 SE atau RA 10 adalah pilihan lain untuk suara yang lebih dinamis dan hentakan bass bertenaga walau selera saya masih tetap ke Marantz terlebih bila ingin mendengarkan jazz.

Mau meningkatkan lagi anggaran untuk budgetamplifier seharaga 20 jutaan ? Ada Roksan M2 Caspian, Primare I30, dan pilihan favorit saya adalah Vincent SV 237MK, hybrid amplifier yang cemerlang dan serba bisa walau diam-diam ingin rasanya meminang McIntosh MC 302.

primare i22

Penutup

Tak habis bila membahas pernik audio, mix match antara speaker dan amplifier, belum lagi yang rewel dengan masalah kabel. Selanjutnya pilihan saya serahkan kepada pembaca yang tentu masing-masing punya pendapat dan selera sendiri untuk perangkat audio favoritnya.

Tak kalah penting adalah menentukan daftar lagu yang akan dimasukan ke dalam iPod atau pemutar musik lainnya. Sebisa mungkin memilih kualitas maksimal atau 320 kbps bit rate untuk suara terbaik walau satu lagu akan memakan tempat 10 hingga 15 MB.

Bila Anda ingin mencoba playlist gabungan antara Jazz dan Blues sesuai dengan hasil Survey Genre Musik Favorit di Cafe yang saya adakan bulan Mei kemarin, boleh mencoba racikan saya : pagi hari mulai dengan lagu-lagu dengan genre electric swing yang bersemangat, siang hingga sore hari dengan smooth jazz, Brazilian Jazz, dan sesekali digabung dengan Cuban/Caribbean dan/atau Afro. Malamnya kembali memutar jazz yang lebih nge-beat dan dikombinasikan dengan adult contemporary serta mulai memainkan Soul, dan Blues yang mellow sebagai penutup.

Menjelang gelap dengan suhu hampir 0 derajat celsius, di salah satu cafe kecil di pinggiran kota Seoul saya sudah mulai mau beranjak dari tempat duduk untuk kebali ke hotel. Tapi kemudian membatalkan niat saat lirik lagu “Georgia on my mind” mulai disuarakan oleh Ray Charles.

Pemilik cafe tersenyum dan kembali menawarkan secangkir kopi lagi, “It’s on the house” ujarnya. Kami berdua kembali duduk tanpa berbicara. “just an old sweet song. Keeps Georgia on my mind.

*  *  *

 

13 replies
  1. Victor
    Victor says:

    Wahhh pas banget bacaan ini. Jd smakin tau. Bagaimana dgn harman kardon? Masuk di kelas mana ya? Hk avr 151 dgn 11bq

  2. Budi Purwito
    Budi Purwito says:

    Wahhh… pas banget.

    Lagi mulai usaha cafe butuh referensi audio buat cafe, googling terus nyangkut di sini,
    Terima kasih rekomendasinya.

  3. boy
    boy says:

    cable nya koq gak dibahas oom…padahal kalo kabel gak bagus, semuanya nya percuma 🙂

    kalo saya tetap pilih Danish Sound oom…Scanspeak, DynAudio, Skaaning 🙂

  4. Daniel Kaurranny (@danieldeka)
    Daniel Kaurranny (@danieldeka) says:

    Whatredale, Roksan, Quad, Audiolab, Mordaunt. Semuany brits Pak? 😉 Cambridge ngga sekalian hehe — meskipun pegang americans utk highend cantik macem ML atau Krell

    Saya juga suka Denon utk IA dan Martin/ B&W utk speaker.

    Kabel boleh Audioquest nggak ? :p

    #kemudianbangkrut

  5. Christian
    Christian says:

    Wah racun nih 🙂

    Bukan pak TW namanya klo gak bikin orang keracunan 🙂

    Btw kabel speaker dan interconnect belum ada tuh pak.
    Klo gak ada kabel ditunggu sampai pagi tetep gak ada suaranya :p

    Oh Tuhan …koq lupa ya bahas kabel 😀

  6. hanny julianto
    hanny julianto says:

    Sekali lagi,saya ngliad Mc’intosh di milo coffee,simply awesome
    Mesin kopi high end,roasting high end,audio juga high end,luar biasa

  7. @sikirun
    @sikirun says:

    Wuahahaha sip pak toni, sekarang custom audio kelas rumahan dan berkualitas misalkan saja ss audio pak hadi grogol, harga terjangkau dan yg pasti bisa minta custom juga 🙂

Comments are closed.