Menu kopi dan roti bakar yang dioles selai srikaya banyak ditemukan di kota Medan, sebuah tradisi sarapan pagi yang sudah melekat entah sejak kapan. Bukan hanya di Medan, kombinasi menu ini lumrah ditemui di berbagai kedai kopi Tiam di negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia. Bahkan saat berada di Djohor bagian paling Selatan Malaysia, saya sengaja diajak mendatangi warung kopi kecil yang termasyhur “Kluang Station Kopitiam” dan menikmati sajian kopi+roti kaya (mereka menyebutnya demikian). Tapi yang ini bukan di luar negeri atau kota Medan, cukup datang ke jalan Sabang no. 16 Jakarta dan kita bisa menikmati sajian yang sama dan tentu saja dengan kekhasan selai srikaya Medan. Sabang 16.

Dibalut dalam suasana interior yang berwarna merah maroon dan krem dengan bentuk persegi panjang, dengan luas hanya sekitar 3×10 meter. Tak heran kalau kapasitas tempat duduk yang hanya 50an terasa begitu sempit dan hiruk pikuk saat Sabang 16 dipenuhi oleh para pengunjung. Lantai kayunya menambah kehangatan atmosfir  dengan berbagai hiasan foto dan desain grafis retro di berbagai sudutnya. Dikelola oleh tiga orang sahabat, Timothy Marbun, Kennedy Muslim, dan Dicky, Sabang 16 sudah mengukuhkan diri menjadi salah satu kedai kopi terlaris di kawasan Jakarta Pusat yang dibuka setiap hari dari jam 7 pagi hingga 11 malam.

Membuka menu Sabang 16 adalah melihat harga yang ditawarkan dengan kisaran 6 hingga 20 ribuan. Jangan lupa untuk memesan roti srikaya yang merupakan menu jagoan di sini dengan harga 14 ribu.

Tekstur srikaya yang lembut dan manis berpadu dengan renyahnya roti bakar mereka akan lebih mantap bila dinikmati dengan kopi Sidikalang robusta yang pahit yang diseduh dengan french press atau menu kopi lain dengan alat Vietnam Drip atau tubruk biasa.

Sabang 16 hanya menyajikan kopi seduh tardisional tanpa mesin kopi walau menurut konsultannya, Hendri Kurniawan (espresso1st) mungkin ke depan akan menambah sebuah mesin espresso.

Satu lagi yang unik, Sabang 16 tidak ogah menyajikan menu mie goreng  atau kuah  dari merek yang biasa kita dapatkan di pasar swalayan saat perut masih menagih asupan energi. Pengunjung bisa memesan menu hingga pukul 22.30, tapi tak usah risau karena mereka masih memaklumi bila kita masih ingin menikmati menu lain di saat menjelang tutup.

Sabang 16 mencoba membawa kedai kopi tradisional dalam suasana lebih classy, tapi tetap dengan harga yang sangat terjangkau dan sekali lagi roti srikaya mereka memang jempolan.

 

* * * * *

Sabang 16 : Roti dan Srikaya
Jl. KH. Agus Salim (Sabang) No.16B
Jakarta Pusat
Telp: 021-31 926 726
Buka : setiap hari dari jam 07.00 hingga 23.00

 



10 replies
  1. dhenny
    dhenny says:

    malam Pak Toni. silahkan mampir ketempat kami di jalan raya pasar minggu . kami ada roti bakar duren . roti bakar selimut hijau dan kopi dari gayo. sidikalang dan toraja. buka 24 jam. wellcome.

  2. Carolina Chlara
    Carolina Chlara says:

    Pertama kali liat toko kopi ini langsung jatuh hati. Facade yg nggak terlalu menonjol, disain interior yang minimalis, menu2 yang dekat di keseharian … benar2 kesederhanaan yang sophisticated.
    Senang sekali dengan Sabang 16 dan mau datang dan datang lagi ke sini. Apalagi kalau habis HBKB …
    Big thankies to whoever owns the shop. You are brilliant!

  3. Timothy Marbun
    Timothy Marbun says:

    Thanks for the kind review mas Toni. Saya masih inget kunjungan Mas ke Sabang 16, sampai nambah mie nya :p Emang kita selera Indonesia gak bisa menolak mie rebus instan hehe..Hope to see u there again.

    Most welcome 🙂 Semoga Sabang 16 jadi inspirasi untuk kedai kopi lain di Indonesia. Salam.

  4. atenk
    atenk says:

    keren !

    titip info nih om, Tukang Kopi juga mau buka warung kopi dalam waktu dekat ini. Mudah”an suatu saat bisa diliput om Tony juga nih, hehehee

  5. prast
    prast says:

    one of my favorite original indonesian coffee shop, justru bagi saya lebih penting didahulukan pour over bar nya dulu daripada mesin espresso 🙂

    good luck sabang 16

  6. zaki sungkar
    zaki sungkar says:

    mantab nih kang liputannya, di aceh juga banyak menu seperti ini, hanya masih tradisional 🙂

Comments are closed.