Mypressi Twist adalah alat yang menyenangkan untuk digunakan karena mudah dioperasikan, cepat,  ringan untuk dibawa, serta bentuknya yang futuristik persis seperti senjata dalam film2 sci-fi.  Karena keterbatasan jumlah charger, Mirza dan saya baru beberapa kali menggunakan alat penyeduh kopi espresso ini dan di bawah adalah pengalaman kami “threesome” dengan Mypressi.

Tahapan2 yang ada dalam foto ini diupayakan mengikuti petunjuk yang diberikan oleh manual-nya. Misalnya jumlah grind kopi untuk standard basket, Mypressi menganjurkan 18-21 gram walau dikesempatan lain saya bereksperimen untuk mengurangi “dosisnya” dan hasilnya memang sedikit “ancur”.

Pertama yang dilakukan adalah melakukan flushing sekaligus menghangatkan chamber di bagian atas dengan air 98 derajat Celsius. Tahu persis suhu air karena kami men-setting suhu di 98 derajat pada boiler air Zojirushi.

Kami tidak tahu berapa jumlah air yang harus dimasukan karena Mypressi tidak memberikan petunjuk, jadi hanya menggunakan perkiraan agar tidak terlalu penuh. Setelah jumlah air diperkirakan cukup, lalu kami menutup dan membiarkannya hangat kira2 lima menit.

Sambil menunggu Mypressi di hangatkan, rekan saya Mirza kemudian menggiling biji kopi yang sudah di setting untuk kehalusan espresso lalu melakukan tamping atau memadatkan kopi di dalam basket. (Basket juga perlu di flush dan dihangatkan yang bisa dilakukan terpisah atau bersamaan pada main unit. Dalam hal ini kami lakukan terpisah untuk keperluan peragaan kepada pembaca.

Nah setelah Mypressi dirasa cukup panas dan memang thermal stability yang terdapat pada bagian dalam di upper bowl mampu membuat saya kaget memegangnya, karena panas yang belum turun. Buang air dengan menekan trigger di handle, dan jossssssh, gas NO2 akan mengalirkan air dengan suara mendesis.

Itu kalau mengikuti petunjuk buku manual-nya, tapi supaya gas NO2 di cartridge hemat, cukup buang air dengan membuka tutup upper bowl. Lumayan satu shot dihemat kalau hanya sekedar untuk membuang air.

Pasang basket pada unit termasuk bagian atasnya, kunci hingga terdengar klik, terakhir tutup setelah upper bowl-nya diisi kembali dengan air panas tentunya. Jangan sepelekan Mypressi yang beratnya satu kilogram, sama dengan satu lensa Canon 24-70mm milik saya.

Mudah untuk memegang dengan satu tangan, tapi cobalah sambil menekan trigger dan memaksa tangan tetap stabil dalam posisi Mypressi yang datar selama ekstraksi berlangsung selama 20-30 detik. Kalau agak susah, ada baiknya untuk menggunakan dua tangan agar posisi Mypressi tetap stabil dalam posisi rata untuk even extraction.

Selanjutnya lihatlah Mypressi beraksi di bawah.

Sebuah klik pada trigger melepas gas NO2 yang menurut Mypressi menghasilkan tekanan 135 psi, setara dengan 9 bar untuk sebuah ekstraksi espresso yang ideal. Untuk percobaan ini kami menggunakan kopi 5Senses dan properti cangkir dari pembaca (Terima kasih Pak Albert … kopi 5 Senses-nya sudah saya coba dengan berbagai alat seduh dan rasanya tidak pernah mengecewakan)

Di atas adalah percobaan dengan menggunakan pressurized basket, dengan grind kopi yang sedikit lebih kasar dibanding untuk espresso. Kalau saya perhatikan hasilnya tidak terlalu berbeda jauh dengan basket standard biasa, terutama dari ketebalan krema.

Di pasaran harga satuan charger atau cartridge NO2 untuk membuat Mypressi bisa berfungsi adalah 8 ribu. Dengan kata lain satu shot espresso adalah 2 ribu karena gajet ini hanya bisa “menembak” empat kali per cartridge-nya untuk setiap double shot atau tinggal dikali dua untuk single shot (30ml).

Tentu saja harga tersebut, belum termasuk kopi yang harganya bisa bervariasi, jadi katakanlah hitungan kasar saya harga total per cangkir espresso bisa 3 hingga 5 ribu rupiah.

Di bawah hanyalah kesimpulan sementara, dan mohon jangan dijadikan rujukan utama, tapi menurut saya Mypressi cukup memberikan “penawar” bagi Anda yang tidak ingin menghabiskan uang puluhan juta untuk sebuah mesin espresso kelas komersial.

Build quality, performa, dan harganya adalah faktor2 yang membuat alat ini cukup menggoda dompet Anda. Selebihnya, your call.

(Harga jual 1.4 juta per unit, alat ini bisa di dapatkan di Kopi Bali House)

___________________________

Update : Dua orang teman saya Enrico dan Ryan  penasaran dengan Mypressi dan mencobanya malam tadi dan membiarkan mereka mengambil kesimpulan tentang alat ini yang antara lain :

  • Ternyata alatnya berat,
  • Build quality bagus sekali, kokoh
  • Awal mencoba masih kagok
  • Krema masih tipis pada shot pertama, shot kedua dan seterusnya … indah.
  • Perlu memperhatikan tamping dan berat kopi untuk tweak
  • Lebih enak memegangnya dengan dua tangan
  • Cocok untuk dibawa bepergian
  • Harga reasonable untuk alat sebagus ini

19 replies
  1. Irwan
    Irwan says:

    Halo Mas Adi & Enrico,…

    Berdasarkan pengalaman pribadi saya menggunakan PRESSO (bukan Handpresso lho)bila tekanan terasa berat berarti bubuknya kurang kasar nge-gilingnya.
    Memang ke unikan menggunakan PRESSO adalah pada kadar halus kasarnya nge giling biji kopinya.

    Memang musti dipacarin dulu presso dan grindernya,.. baru ketahuan selahnya.

    🙂

  2. Enrico
    Enrico says:

    Mbak Elly, silakan kontak beliau langsung, halaman website kang Adi :
    http://www.secangkirkopi.com

    Link ke kontak beliau :
    Contact Us

    jl. sangkuriang f-2 bandung 40135

    ph. (022) 700.52088 fax (022) 250.4206

    Apartemen Sudirman Park

    jl. kh.mas mansyur kav 35 jakarta pusat 10220

    ph. (021) 9551.1788 fax (021) 5794.2896

    info@secangkirkopi.com

    Mudah2an cepet direply, daripada naro di comment situs orang, belum tentu orang berkunjung lagi kan ke page yang sama 🙂

  3. karya elly
    karya elly says:

    Pak Adi,

    sbg Q-Grader, apakah saya dapat minta tolong kepada bapak untuk meng-cupping kopi luwak yang saya miliki, kopi saya jenis robusta sumatera, 100% original alam (bukan hasil ternak) dan organik.

    mohon bantuannya, kalau bapak bersedia maka kopi luwaknya yg masih dalam bentuk biji (coffee bean) dan juga dapat saya sediakan dlm bentuk kopi yg sudah siap di-roast akan saya kirimkan kpd bapak.

    tujuan saya adalah untuk mengetahui sejauh mana mutu dari kopi luwak milik saya,dan kalau kopi luwaknya bermutu baik maka saya bermaksud akan menjualnya.

    besar harapan saya bapak dapat membantu saya.

    demikian atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.

    salam
    Karya Elly
    email : karya_elly@yahoo.com

  4. Barry
    Barry says:

    Just sharing guys, bahwa ada satu lagi opsi alat pembuat espresso tanpa listrik dan tanpa gas, tapi bentuknya lebih besar.

    Dan cukup menggunakan 14 gram kopi sudah bagus hasilnya.

    Namanya : “PRESSO” Espresso Machine.
    Plus manual Milk Frother dari Presso.
    Jadi bisa bikin Cappuccino juga.

    Cukup tuang air panas, sudah siap bereksperiment dengan Espresso Shot di mana saja =)

    Terima kasih dan Salam Espresso!

  5. Adi W. Taroepratjeka
    Adi W. Taroepratjeka says:

    Halo pak Frans 🙂
    handpresso jadi pajangan karena dirumah kalau pengen espresso ada ekspobar saya, atau kalau gak, tubruk/drip sudah cukup membahagiakan

    Secara hasil handpresso vs mypressi hasilnya emang masih menang mypressi. cremanya lebih tebal. tapi cartridge NO2 itu buat saya yang jadi kelemahan, karena supply tidak mudah (gak bisa beli di supermarket hehehe) dan bingung kalau mau dibawa travel (berat euy)

  6. frans
    frans says:

    wah bang adi, setau saya klo dimesin espresso pro saja jika level kopinya miring, ekstraksi yang keluar gak imbang kiri-kanan, ya apalagi klo ‘port’nya dipegang pake tangan selama ekstraksi. Handpresso jadi ‘pajangan’ krn penggunaan ribet harus maenan pompa dulu, mypressi kan enak tinggal pencet terus keluar ekspresso 2 shot…… uenak tenan.

  7. Adi W. Taroepratjeka
    Adi W. Taroepratjeka says:

    dapet pinjaman alat ini dari Kang Toni, dan siang ini sempat bermain-main dikit.
    Dalam kondisi kosong alat ini cukup berat dan ketika dah diisi, nambah beratnya di tangan kerasa lumayan juga.

    Penggunaan cartdridge NO2 tampaknya akan memaksa pengguna alat ini untuk tidak berpergian menggunakan pesawat membuat alat ini kurang asoy buat mereka yang doyan terbang sana-sini. Tapi buat yang doyan ngider naik mobil atau motor, alat ini masih cukup menyenangkan.

    Satu hal yang menyebalkan buat saya adalah ketika saya mencoba membuat 2 espresso ke dalam 2 demitasse. Bila memegangnya tidak rata benar, maka demitasse yang satu akan lebih cepat penuh dibanding yang satunya. Udah gitu berat juga ya nahan alat ini bila berusaha mendapatkan ekstraksi 20-30 detik.
    Besok2 kalau ada waktu iseng ah nyoba perbedaan ekstraksi menggunakan alat ini menggunakan kopi dan setelan yang sama, tapi pada detik-an yang berbeda

    Apakah saya ingin memiliki alat seperti ini? diawal sempat pengen banget, tapi kalau dipikir-pikir, tampaknya alat ini dalam periode sekian bulan akan menjadi pajangan saja (seperti handpresso saya hehehe)karena ritual dan olahraga yang arus dilakukan kala hendak menyeduh menggunakan alat ini.

  8. Budi
    Budi says:

    Pak Toni dan mas Enrico, dalam pengalaman saya mypressi bisa digunakan untuk 5x penggunaan alias 10 shot espresso. Asal tahu kapan harus berhenti menekan trigernya. Standar dosis 18-21gr untuk dopio, saya pikir wajar untuk standar Amerika. Karena mereka bahkan sering gunakan dosis 12g utk solo, alias 24g dopio. Berbeda dengan Italian yang suka sekitar 8g. Maklum Pak, selera Amerika memang suka big size di segala bidang… kecuali handphone yang maunya kecilll

    Nah saya nge-shot keasyikan neken trigger kali ya he he he.
    Anyways, thanks for valuable feedback. Enrico in reading, mari kita coba untuk lima shot per charger.

  9. Enrico
    Enrico says:

    Ga keras2 amat sih. tapi pas coba, ga semudah yang dikira. yang kepikiran itu, pas baca2 referensinya di internet, akan ada beda hasil dengan perbedaan cara nekan. masalahnya pas saya nekan, kerasa kalo ini sulit utk secara halus ngatur nekannya. harus sering2 neken (artinya banyak bikin kopi geje heheheh)

  10. adi
    adi says:

    ^ thanks bro..buat penjelasannya..btw, apakah presoo memang lumayan keras untuk menekannya? sama seperti pompa sepeda motor gitu ya bro 😀 hehehe

  11. Enrico
    Enrico says:

    sepengetahuan saya tetep manual karena kan de facto ga butuh colok listrik. kalo dengan presso… setahu saya si mypressi twist ini tekanannya lebih besar dari si presso. dan kembali lagi, dengan cartridgenya, dia lebih enak dalam hal ga butuh tenaga neken keras2 hehehe, cuma pijit tombol pak.

  12. adi
    adi says:

    alat ini digolongkan manual atau semi ya? kalo dengan harga segitu bisa nda dibandingkan dengan presso?
    dari sisi harga cukup kompetitif dengan paket yang ditawarkan.

  13. Enrico
    Enrico says:

    hasilnya? ga bagus juga pastinya dibanding yang udah biasa make heeeheeeheee…

    sesuai diskusi tadi malem, walaupun portable dan kecil, tetep semua “disiplin” yang biasa nongol pas berurusan dengan mesin espresso, harus dilakukan ketika berurusan dengan Mypressi Twist 😀

  14. Albert G
    Albert G says:

    Halo mas Toni, mantap bener nih liputan mypressi nya. you’re welcome untuk kopi 5 Senses nya. baru ini sih beli yg 24/7 roast and baru pake untuk di espresso machine and yeah it’s gooood 😀

    btw gelas yg di foto di atas, biasa di pake untuk piccolo latte, kira” 150ml. dan yg satu lagi 90ml. variasi di ukuran piccolo soalnya kurang ada standard yg jelas, sama seperti cappucino n latte i guess.

    @ Budiono Kwee, setau saya sih di Artha Gading pernah liat toko Zojirushi, atau kalau saya pake merek Tiger utk panasin susu bayi biasanya beli dari toko elektronik di ITC Mangga Dua

    – Dibuat espresso sungguh cakep ekstraksinya seperti foto di La Spaziale di atas. Diseduh dengan dripper V60 aromanya tambah keluar, smell so good ! Jadi kopinya saya hemat ah 🙂
    Anyway, thanks again.

  15. Budiono Kwee
    Budiono Kwee says:

    Pak Toni, diulasan diatas Anda menggunakan Water Boiler merk Zojirushi yang bisa disetting temperaturnya. Dimana ada jual boiler tersebut pak? Thank you.

    – Sudah di jawab sama Albert ya Pa Bud. 🙂 Zojirushi juga dijual di Grand Lucky, SCBD Sudirman, Jakarta.

  16. Enrico
    Enrico says:

    @kang lulu
    kayaknya sih kaset eh cartridgenya ga bisa direfill… lagian utk alat sekecil ini, saya pikir agak rentan utk kita akalin kayak kita akalin infus tinta komputer.

  17. Lulu
    Lulu says:

    Bener-bener mesti dicobain nih 🙂
    Foto-foto “threesome”-nya sangat menggoda hehehe
    Btw kang, harga 8 ribu teh untuk cartridge-nya atau refill?
    (asumsi cartridge-nya bisa direfill)

    – Cartridge nya aja, kalau gak salah berat gasnya sekitar 8 gram.

Comments are closed.