Akhirnya saya menemukan kalimat yang rasanya pas untuk mesin espresso Expobar Office Leva : “fun to play with”. Selama beberapa hari saya mencoba mesin buatan perusahaan Spanyol, pengalaman pertama dengan mesin espresso di luar buatan Italia dan Jerman. Terakhir, malam tadi dengan Adi W. Taroepratjeka dan Mirza Luqman yang juga menjajal kemampuan mesin ini dengan berbagai blend espresso. Ini hasil percobaan kami dengan mesin Expobar Office Leva tipe EB-61 1 group, dua boiler.

Instalasi :
Setelah mesin duduk dengan cantik di dapur kopi, masukan air ke dalam tangkinya yang berkapasitas tiga liter. Dengan sistem pengaman “auto shut-down” tidak usah khawatir bila jumlah air berkurang karena Leva secara otomatis akan memutus aliran listrik bila suplainya berkurang. Dari hasil percobaan, listrik langsung terputus pada saat jumlah air tinggal setengah liter dan mengakibatkan “caffeine interuptus” (Terima kasih Kang Adi yang telah menemukan istilah ini 🙂

Setelah memastikan lever berada di posisi off (ke bawah) dan mengunci semua sumber keluaran air baik di steam maupun air panas, maka sambungkan Leva ke sumber listrik, nyalakan mesin dengan menekan ke atas tombol switch-nya. Aliran daya 1200 watt akan mengalirkan air bersih ke dalam dua boiler dengan  mengambil masa 15 detik. Bila perlu, tambahkan air kembali ke dalam tangki air untuk mengganti air yang sudah masuk ke dalam boiler. Suara pompa vibrasi memang agak sedikit lebih keras dibandingkan dengan rotary, namun tidak sampai menggetarkan konstruksi mesin yang kokoh ini. Selanjutnya duduk manis menunggu mesin panas hingga siap digunakan.

Mahluk apa sih PID (proportional, integral, derivative) itu ? Singkatnya sebuah alat yang terus menerus memonitor suhu air untuk brewing dan melakukan koreksi apabila suhunya berubah berdasarkan angka yang sudah kita tentukan sebelumnya. Temperatur pada display di PID menggunakan sistem metrik, mungkin karena dipasarkan untuk Asia, jadinya hanya menunjukan sistem Celsius dan bukan Fahrenheit.

Suhu menunjukan angka 30 derajat celsius saat mesin pertama dinyalakan, lalu perlahan mulai naik cukup cepat. Di 10 menit pertama suhu sudah mencapai 60 derajat, 10 menit berikutnya sekitar 80, lalu stabil pada suhu 94 derajat dengan total waktu 25 menit, mesin siap digunakan. Pada manometer saya mencatat kalau tekanan boiler di set pada 1.1 bar, dan pompa di angka yang cukup tinggi yakni 12 bar. Mungkin karena menggunakan pompa vibrasi sehingga mesin ini memerlukan tekanan pompa yang lebih tinggi dari 9 bar. kasus yang sama juga saya temukan pada Vibiemme Domobar pada versi pompa vibrate saat tekanannya tercatat di angka 12.

Fitur PID dapat diprogram dengan menekan tombol bagian kiri hingga muncul “PrG”, lalu kita bisa menaik turunkan suhu yang di set pada angka 85 hingga maksimal 105 derajat celsius. Mesin kembali akan menyesuaikan suhu saat kita memprogram pada suhu tertentu. Menurut Expobar, suhu pada PID adalah working temperature saat brewing. Memang bukan seperti mesin super high-end sekelas Synesso yang perubahan suhu brewing-nya bisa diatur hingga 1/10 derajat, tapi untuk keperluan di rumah, fitur ini sudah sangat bagus.

Satu hal yang saya dapatkan dengan adanya display suhu di PID pada Office Leva antara lain kita menjadi tahu walaupun tekanan pompa dan boiler manometer sudah menunjukan tekanan yang ideal ternyata tidak berkorelasi dengan suhu yang sudah kita set sebelumnya. Misalnya saat suhu di PID di set 94 derajat, pada menit ke-15 saat mesin pertama dinyalakan, manometer sudah menunjukan angka 1.1 (boiler pressure) dan 12 bar (pump pressure), sedangkan suhu masih 70 derajat. Dengan kata lain mesin belum siap digunakan walau tekanan di boiler dan pompa sudah mencapai angka ideal.

Brewing
Setiap mesin pasti selalu di test di pabrikan dan menyisakan air yang entah berapa lama tersimpan di dalam boiler hingga sampai di tangan konsumen. Jadi saya selalu membiasakan untuk flushing sebanyak mungkin dan terus menambahkan air ke dalam tangki air hingga yakin tidak ada perubahaan warna apapun. Hal ini dilakukan sekaligus untuk membersihakan dan memanaskan group head berikut portafilter-nya.

Kita bisa memilih single maupun double portafilter karena Leva melengkapi mesinnya dengan dua handle. Beberapa mesin domestik lain seperti Rancilio Silvia hanya memberikan satu handle porta filter dan dua basket single dan dobel.

Santino Coffee mengirimkan blend Espresso Bar-nya untuk saya coba dengan mesin ini, kopi dengan rasa kacang2an yang cocok untuk milk based. Digiling dengan Compak K3 Touch, saya menyiakan dosing pada basket double portafilter sebanyak 18 gram, tamp, lock-in di group head dan naikan lever ke atas dengan sudut 90 derajat. Lima menit berlalu, preinfusion elektronik sedang bekerja, lalu perlahan buntut tikus atau mouse tail muncul diiringi crema dari kopi Espresso Bar Santino. Volume 30 ml diperoleh dalam waktu 27 detik dan tentu saja bisa disesuaikan dengan kembali men-setting grinder apabila kita ingin men-tweak ekstraksinya.

Tidak terbatas pada blend dari Santino, saya juga mencoba beberapa jenis kopi lain dan Expobar Leva selalu memberikan hasil yang konsisten selama grinder adjustment sudah dilakukan dengan benar.

Steaming / Milk Frothing
Dengan satu lubang saya mencatat untuk jug 8 oz diperlukan waktu minimal 45 detik untuk membentuk microfoam. Expobar memang memerlukan waktu yang agak lama dibanding dengan Giotto dan Vibiemme yang dua lubang serta La Spaziale yang punya empat lubang  dan lebih “galak” saat melakukan milk frothing. Namun menurut Adi dan Mirza, steam dengan Leva sangat sesuai untuk pemula karena lebih mudah dan jarang gagal.

Pada mesin dengan tenaga yang lebih besar seperti untuk kebutuhan komersial, kedudukan steam tip yang salah pada milk jug seringkali agak susah diperbaiki karena sudah terlanjur membentuk gelembung. Tidak menutup opsi untuk mengganti steam tip dengan dua atau empat lubang sesuai dengan kebutuhan.

La Spaziale Vivaldi II
Saya adalah fans-nya jajaran mesin La Spaziale, jadi susah untuk tidak membandingkan Expobar Office Leva dengan mesin dari Italia ini.  Beberapa karakteristik yang menonjol pada Expobar dan tidak didapatkan dari La Spaziale khususnya pada tipe Vivaldi II antara lain  :

  • Display elektronik yang dengan jelas menunjukan setting suhu, La Spaziale hanya menggunakan lampu LED yang berkedip.
  • Drip tray yang sangat besar pada Expobar dan opsi untuk menjadikannya sistem plumbing bagi saya sangat menarik. Sebagian besar mesin domestik mengharuskan untuk “buang air” dulu saat kapasitasnya sudah penuh, tapi saya menggunakan Leva dengan tenang hingga tidak merasakan kalau ini bukan mesin plumbing.
  • Non burn steam wand yang tidak ada pada La Spaziale.
  • Terakhir dan paling penting tentu saja group head E61 karena secara pribadi saya selalu menyukai kemampuannya yang terdapat pada jajaran mesin ECM La Scala, Isomac, Vibiemme dan masih banyak lagi.
  • Expobar membanderol harga sangat kompetitif, bukan hanya pada mesin Office Leva, tapi juga pada mesin komersial yang lain.

Di lain pihak beberapa keunggulan La Spaziale yang tidak terdapat pada Expobar Office Leva misalnya :

  • Steam power, La Spaz lebih berjaya dalam hal yang satu ini, sekian detik, woosh, sudah mampu membuat microfoam yang membuat susu mengkilat seperti cat emulsi. Maklum selain tenaganya yang besar, steam tip-nya diulengkapi dengan empat lubang dengan diameter 1.1 mm.
  • Volumetric dosing, buat di cafe, fitur ini penting.
  • Opsi untuk mengaktifkan satu boiler untuk brewing saja  (800 watt) yang akan menghemat listrik dibandingkan dua boiler sekaligus (1250 watt untuk steam) yang totalnya 2000 watt lebih.
  • Update : Satu lagi yang ketinggalan, La Spaziale Vivaldi II dilengkapi dengan pompa rotary, bersuara lebih halus dan tentu saja lebih punya otot karena bentuknya yang jauh lebih besar dibanding vibrasi.

Penutup
Kami, maksudnya Mirza, Adi, saya menyukai mesin yang dilengkapi dengan dua boiler independen ini berikut fitur PID-nya. Konsisten dalam setiap shot-nya dan menganggap harga Office Leva adalah faktor kuda hitam bagi merek lain yang tidak dilengkapi kedua fasilitas penting ini. Office Leva bukan mesin tanpa kelemahan, automatic shutdown-nya cukup mengganggu dan membuat kita harus sering memperhatikan jumlah air dalam tangkinya. Secara pribadi saya yang terbiasa dengan steam wand La Spaziale agak kesulitan melakukan manuver steam di Office Leva dan greget ingin mengganti tip hole-nya menjadi dua atau sekaligus empat lubang.

Kemampuan Office Leva dalam mengubah suhu pada fitur PID-nya sangat membantu bagi pengguna yang ingin mendapatkan hasil rasa maksimal pada blend kopi atau single origin tertentu. Beberapa racikan kopi mungkin akan lebih sesuai bila di brew dengan suhu dan Office Leva menyediakan 20 varian suhu dari 85 hingga 105 yang bisa dijadikan alat percobaan.

Menarik tentunya bila kita bereksperimen dengan mem-ekstrak kopi dark roast pada suhu yang lebih rendah dari 94, misalnya 85, atau bahkan sebaliknya dan mencari tahu hasil akhirnya. Belum lagi kita mencoba berbagai varian temperatur untuk single origin kopi dari berbagai wilayah. Apa yang akan terjadi bila kopi Toraja yang tingkat keasamannya tinggi di brew pada suhu yang tinggi ? Apakah body-nya meningkat ? Bagaimana dengan keasamannya ? dan seterusnya. Intinya tidak ada hal yang absolut dalam dunia “hitam” ini dan bisa berubah bila kita mengubah salah satu variabelnya dimana Office Leva menyediakan fasilitas untuk memenuhi rasa keingintahuan tersebut.

Sekaligus juga ingin membalas email2 yang tak terhitung jumlahnya mengenai mesin apa untuk yang akan membuka cafe kecil. Expobar bisa dijadikan pilihan bila untuk keperluan light commercial untuk maksimal 20 cup per jam nya. Di pasaran masih banyak alternatif lain seperti Vibiemme Domobar, La Spaziale Vivaldi II, atau Giotto dari ECM. Semuanya mesin yang bagus dan sudah saya gunakan serta tidak akan terkendala layanan purna jual karena distributornya menyediakan perbaikan bila terjadi kerusakan yang biasanya jarang terjadi.

Bagian ini keluhan yang sering saya bicarakan dengan para distributor. Banyak produsen mesin espresso melengkapi mesinnya dengan tamper plastik atau sendok kopi untuk mengakomodasi pembeli yang belum mempunyai tamper atau grinder. Khusus untuk tamper, pada mesin sekelas ini, rasanya sangat wajar untuk menyertakan sebuah tamper yang layak demi kenyamanan pengguna dalam paket pembelian. Sendok kopi ? kelengkapan ini saya gunakan untuk menyeduh kopi tubruk.

Terakhir, mohon koreksi bila ada penjelasan di atas yang kurang tepat dan akan saya revisi secepatnya. Maklum, ini hanya initial findings, bukan sebuah kesimpulan yang bisa dijadikan sandaran untuk pembaca. Di luar sana, banyak sumber ulasan lain mengenai mesin yang populer ini dan bisa dijadikan sebagai data data pembanding. Recommended machine !

* * * *

Selain Adi dan Mirza, saya ditemani oleh Enrico dan Ryan, sebagai tester pada malam itu …

17 replies
  1. Kevin
    Kevin says:

    Pak.. kalo beli steam tips yg 2 lubang buat LaSpaz dimana ya..? thx

    oya.. cara ngebuka lubang steam tipsny gmana? saya pake kunci pas atopun kunci inggris ga bisa.. keras sekali.. kalo dipaksakan takutny steam wandny potong..

  2. Adi W. Taroepratjeka
    Adi W. Taroepratjeka says:

    Pak Hery…bongkar2 di Internet, kalo yantg diluar boilernya masing2 cuman 975 watt kok… jadi total 1950 watt… sedikit lebih kecil, tapi tetep aja bingung kalau harus nyolok dirumah hehehe

    + ginder kecil 350 watt… pas deh sama golongan tarif R-1 PLN hehehe

  3. Hery Ishak
    Hery Ishak says:

    Info Teknis : Untuk Expobar Office Leva Double Boiler ;
    Heater (pemanas) tiap boilernya adalah 1200 watt. Sehingga total 2 boiler nya 2400 watt.
    Pemanasan awal utk kedua boiler tersebut bekerja tidak bersamaan.
    Prinsip kerja pemanasnya sama dengan Expobar tipe DIAMANT multiboiler.

    – Mas Hery, terima kasih infonya. Salam.

  4. Hery Ishak
    Hery Ishak says:

    Saya ingin meluruskan untuk poin “Steaming/Milk Froathing”.Kalau kita ingin membandingkan “lama/waktu froathing” setiap merk mesin, harus melihat data teknis dari tiap mesin.Satu hal yg harus di perhatikan oleh para pengguna mesin: Kekuatan steam dan ketahananya sangat tergantung dari VOLUME BOILER mesin yang dimaksud.

  5. Tjiputra Yapeter
    Tjiputra Yapeter says:

    “Expobar bisa dijadikan pilihan bila untuk keperluan light commercial untuk maksimal 20 cup per jam nya. Di pasaran masih banyak alternatif lain seperti Vibiemme Domobar, La Spaziale Vivaldi II, atau Giotto dari ECM.”

    Saya terpancing dengan comment diatas, apakah menurut Pak Toni, untuk type2 lain yang anda sebutkan juga cocok untuk light commercial spt 20 cup per hour?

    Mohon petunjuk

    Thx

    Tjiputra

    – Memang banyak merek lain, tapi masalahnya tidak semuanya dipasarkan di Indonesia, kecuali mau shipment sendiri yang harganya pasti jauh lebih mahal. Merek2 yg saya sebutkan di atas punya penyalur di Indonesia, yang lainnya : Nouva Simonelli tipe Oscar/Appia/Musica, Rancilio Epoca serta La Cimbali.

  6. dikdik
    dikdik says:

    pak toni contact person untuk expobar di jkt siapa ya…kalo ada store yg bisa dikunjungi di daerah mana ya pak….?

    – Hi Mas Dikdik, saya update nanti ya untuk kontak-nya. Keselip kartu namanya. 🙂

  7. Lulu
    Lulu says:

    aih aih menyesal saya tidak ikut unboxing dan merasakan “kambing naik mercy” hehehe 😀
    maklum, didaulat nyetir ke taman kupu-kupu. Tertunda lagi deh hiks hiks 🙁

  8. Arief
    Arief says:

    KUCING ALAS!!!

    baru ditinggal bentar dia dapat brewtus.. 🙁
    MAUU MAINN !!

    ahhh mesin impian ku..

    – Posting ini memang didedikasikan buat teman nun jauh di sana, Melbourne.
    #duduk manis sambil kipas2 😀

  9. Adi
    Adi says:

    cuman bisa melahap pengetahuan dari kang tony cs….belum pernah pegang mesin espresso sama sekali 🙁

    – Sudah coba biasanya susah lepas 🙂

  10. Enrico
    Enrico says:

    Beneran pak. Udah dikasih susu frothing dan dijadikan ala cappucino… TIDAK TERTOLONG. Espresso lain biasanya setidaknya tertolong sedikiiiit dengan susu. Yang ini, TIDAK.

    Pernah ngerasain tertukar minum air mentah, bukannya mateng? Dan merasakan perut seperti kedatangan cacing geliat geliat? Itulah rasanya espresso Kapal Api…

    @kang toni
    ide saha? BUKAN SAYA ATUH! :d

  11. Andreas
    Andreas says:

    Hmmm ….. menarik dan penjelasan mengenai PID juga sangat membantu …..

    Eniwei bung Enrico …. lucu juga itu analoginya …. hehehehe

    – Enrico mau desersi, dari kesatrian ke padepokan sayah 😀

Comments are closed.