Adalah Salimin Djohan Wang pemilik Republik Kopi di Jl. Setiabudi Medan yang bersukacita bertemu dengan saya saat kunjungan ke kota ini. Ia merupakan pembaca setia blog ini sejak tahun 2008 hingga niatnya untuk membuka coffee shop terlaksana dengan membeli mesin kopi yang juga pernah diulas dalam salah satu tulisan di sini. Pengalaman dengan Djohan adalah salah satu serpihan cerita yang saya bawa dari Medan untuk Anda.

Di Sun Plaza, sebuah mall besar yang berlokasi Jl. Haji Zainul Arifin, saya dan rekan2 dari Jakarta memasuki Coffee Box di lantai 4 yang berada dalam dua lokasi berhadap-hadapan di blok 42-34 dan 29-30. Tidak sulit mengenali tempat ini ini dengan neon-sign besar dikedua toko “COFFEE BOX”, yang bisa terlihat dari berbagai arah.

Coffee Box sebenarnya merupakan sebuah bistro karena selain menu kopi mereka juga menyediakan berbagai makanan seperti nasi goreng, kwetiau, lontong sayur, Hainan chicken rice, dan penganan khas Medan seperti durian pancake. Di hari Minggu kemarin, suasana Di Coffee Box sangat ramai dengan pengunjung dari segala usia termasuk anak2.

Kami sebenarnya hanya ingin mencicipi kopi tiam, tapi Krisna Yanti sang pemilik menawarkan menu kopi luwak sebagai jagoan mereka. Kopi Luwak nya diseduh dengan mesin kopi Saeco sedangkan kopi tiam seperti biasa dilakukan dengan metode penyaring. Baristanya sudah sangat terlatih menarik ulur air kopi hingga tinggi, akorobat yang saya lihat saat orang membuat kopi tarik.

Harga di Coffee Box berkisar antara 10-30 ribu, Hainan Chiken Rice misalnya 26 ribu, sedangkan kopi hitam biasa 9 ribu, yang diseduh dengan mesin 10 ribu, kecuali kopi luwak yang dijual dengan harga 44 ribu. Menu paling top dan merupakan favorit kami  tentu saja pancake durian dengan tekstur yang lembut dan mantap saat dinikmati dengan kopi luwak.

Walau pengunjungnya super ramai, tapi layanan di Coffee Box tergolong cepat. Semua makanan dan minuman yang dipesan sudah datang ke meja kami kurang dari 15 menit.

Di kota Medan, Kok Tong Kopyiam membuka gerai di dua lokasi selain Sun Plaza yakni di Plaza Medan Fair.Masih di lantai 4, dengan suasana yang juga ramai walau tidak sehiruk pikuk di Coffee Box. Ini adalah tempat kedua yang kami kunjungi karena nama besar Kok Tong yang berawal dari kota Pemantang Siantar, kota kedua terbesar di Sumut. Sebagai informasi, Siantar merupakan salah satu penghasil biji kopi terututama jenis robusta.

Selain kopi, di Kok Tong kami memesan roti sari kaya, nasi perang, dan cakwe dengan varian harga 9-15 ribuan. Teman saya menyarankan untuk mencelupkan cakwe ke dlaam kopi tiam sebagai salah satu kebiasaan masyarakat di sini. Jadilah karakter asin cakwe berpadu dengan aroma kopi, sebuah rasa yang masih bisa diterima oleh lidah saya yang biasanya mencampur kopi dengan penganan manis seperti roti panggang yang diolesi sari kaya.

Macehat adalah salah satu suplier kopi luwak di kota Medan dan merupakan tempat kesekian yang kami kunjungi. Selain kopi luwak, mereka ternyata pemasok berbagai peralatan kopi termasuk mesin espresso buatan Taiwan. Ini sebenarnya sebuah rumah yang disulap menjadi cafe dan juga memasok produk susu, yoghurt, pizza dan bakery.

Khusus untuk kopi luwak, yang harganya sekitar 1.5 juta per kilogram akan  langsung akan di roast setelah terjadinya transaksi. Mereka menggunakan mesin roasting kecil buatan Taiwan yang juga dijual oleh Macehat.  Di halaman belakang, pengunjung bisa melihat secara langsung pengolahan biji kopi luwak berikuts eekor luwak yang sedang tidur kekenyangan karena disuguhi cherry.

Hanya sebentar saja di Macehat, jadi tidak banyak yang dapat saya gali  karena kami sudah kekenyangan seharian wisata kopi dan kuliner di kota ini.

Ini yang terakhir dan seru karena Djohan sang pemilik begitu antusias mendengar saya berada di Medan. dia menyampaikan pesan kepada rekan saya untuk bertemu di cafe-nya di jalan Setiabudi, sebuah kawasan tempat para mahasiswa Universitas Medan. Djohan adalah pembaca setia blog ini sejak dua tahun lalu karena “tersasar”, tapi ternyata malah menjadi “terperangkap” dalam dunia kopi. Begitu kisahnya hingga akhirnya memberanikan diri membuka usaha sendiri yang ia nami dengan Repvblik Kopi. Ah Djohan agak terlalu berlebihan kalau ia mengatakan blog ini sebagai pembuka jalan usahanya, walau kenyataannya ia membeli mesin kopi dari hasil membaca ulasan saya.

Djohan sekarang sudah memperdalam ilmu kopinya dengan berkunjung ke berbagai perkebunan di Sumatera Utara. Kopi yang ia jual di cafe-nya merupakan “signature roast” yang ia lakukan sendiri dengan “rotating drum” dan berencana untuk segera membeli peralatan yang lebih modern.

Pertemuan dengan Djohan merupakan kenangan tersendiri …. ternyata ada juga orang yang nekat membuka cafe hanya gara2 membaca blog ini 🙂 Jadi saya tinggal menunggu profit sharing saja ya pak Djohan …. 😀

Sebelum pulang ke Jakarta, Kopi Jember yang berlokasi di jalan dengan nama yang sama, tempat terakhir yang dikunjungi oleh kami. Sebuah kedai kopi tiam ala Medan yang menyediakan roti dengan selai sari kaya. Kopi jember merupakan tipikal kopi tiam seperti Kopi Apek dimana para pengunjung betah berlama-lama sambil menikmati sarapan pagi sambil berbincang dengan rekan2 mereka.

Lia Lien Phei, perempuan berusia 30 tahuan pemilik warung kopi ini adalah pembuat selai sari kaya yang piawai. Menurut saya inilah selai sari kaya terbaik dibanding dengan kopi tiam lainnya. Pantas saja, mereka memang selalu menerima pesanan bukan hanya untuk kota Medan, tapi sari kaya nya bisa dikirim ke berbagai kota di Indonesia. Untuk kopi, sebagaimana kebanyakan warkop di Medan yang seakan kompak dengan wilayah Sidikalang yang di roast dengan warna sangat gelap dan digiling kasar.

Begitulah sekilas perjalanan di Medan, minggu kemarin atas undangan dari Wak Noer’s Loewak, sebuah eksplorasi menarik tentang kultur masyarakat Medan terhadap kopi dan kuliner kebanggan mereka. Terima kasih Phenny Stephen, John Ry,  & Susanto dari Wak Noer’s yang telah memfasilitasi kunjungan saya ke Medan bersama rekan Tonny Arifin dari Toffin Products.

* * * *

24 replies
  1. the king,s coffee
    the king,s coffee says:

    Wah mas Toni nnt kalau main ke sumatera utara lagi jangan lupa singgah ke Tebing Tinggi ya mas, kalau dari kota medan menuju siantar dilewati tu kotanya,jangan lupa juga mampir ke The kings coffee,tempatnya asik banget tu mas Ton,walaupun di kota kecil namun ga kalah dengan coffee shop yang sudah anyar,
    oh iya matur suwon ya mas atas infonya, super banget deh cikopi

  2. sugenk
    sugenk says:

    Dear Mas Tony…
    sekali lagi kita harus kritis…..
    Sebagai kopi lover kita harusnya berterimakasih pada alam dan bertanggung jawab….perilaku mengurung musang bukanlah”SESUATU YANG BERTANGGUNG JAWAB TERHADAP ALAM DAN HEWAN”…..Biarkan mereka hidup secara liar….cari aja kopi luwak yg liar….itu sudah cukup….MARI BERTANGGUNG JAWAB….

  3. sugenk
    sugenk says:

    Dear Mas Tony…
    sekali lagi kita harus kritis…..
    Sebagai kopi lover kita harusnya berterimakasih pada alam dan bertanggung jawab….perilaku mengurung musang bukanlah”SESUATU YANG BERTANGGUNG JAWAB TERHADAP ALAM DAN HEWAN”…..HANAY KARENA KEINGINAN RASA EXOTIC….KITA LALU MENANGKAP…MEMBURU MUSANG2 INDAH ITU DARI HABITATNYA……

  4. sugenk
    sugenk says:

    I love u all …coffee lover…
    Sekali lg saya miris melihat tingkah laku kemanusiaan kita….
    begitu banyak variasi kopi yang diberikan alam serta kreasi kita manusia…..tapi tetap saja masih harus diuji nilai keberadaban kita sbagai manusia….saya mau muntah dan menangis melihat mata musang yang ada dalm kotak besi itu….keberadaban manusia seprti apa kita ini mengurung hewan yang mestinya hidup bahagia di alam liar….bertab\nggung jawabkah kita terhadap alam…binatang itu hidup sebagai kodratnya menjadi penyebar biji dan penanam pohon yg efektif…lalu kita tangkap dan kurung…penjahatkah kita?

  5. Debbie
    Debbie says:

    Baru dari medan dan tidak sengaja menemukan kopi Repvblik.. Turkish Coffeenya mantab!! bangunannya bagus!!

  6. budi
    budi says:

    Wah , seruuu banget yah.
    sayang tahun lalu ke medan gak sempat kayak gini, cuma mampir di Kok Tong yang di pematang aja…

  7. tommy
    tommy says:

    kayak nya mantap mempunyai coffee shop dengan disign modern, masih dalm mimpi. tapi tulisan kiasan nya …….i like it.

  8. newbie
    newbie says:

    salam kenal om toni..
    artikel2nya super sekali…
    sangat banyak membantu untuk mengenal dunia kopi lebih dalam..

    oh ya om,mau nanya..
    toko macehat itu menjual peralatan kopi yang lengkap gak om?

    terima kasih om…

  9. Lukman
    Lukman says:

    “Senasib” dengan Djohan yang terperangkap tapi gak mau disuruh keluar he he he.
    Terima kasih mas Toni atas infonya

  10. frizzy
    frizzy says:

    Asik bacanya, menikmati perjalanan wisata kopi di kota romantis, medan. Jadi kepingin jalan3 kesana mengikuti tapak tilas mas toni wahid.

  11. Enrico
    Enrico says:

    Hmmm, yang jadi pertanyaan saya : ketika khabarnya robusta vietnam (yg digenjot abis2an produksinya) adalah sumber utama utk kopi2 mass production Amerika dan Eropa (Sanka, Folgers, Nescafe, dsb), apakah kita juga termasuk yang dijadikan sourcenya?

    Bisa jadi Kang, terutama untuk perusahaan raksasa seperti Kraft, Nestle, dan temen2nya.

  12. Djohan
    Djohan says:

    terimakasih kang toni wahid atas kunjungan ke REPVBLIK KOPI, informasi dan inspirasi dari Cikopi memang jempolan.
    djohan

    Makasih Pak Djohan, saya senang dengan kunjungan ke Repvblik Kopi. Sukses bisnis kopinya.

  13. prast
    prast says:

    saya suka quote di kok-tong kopitiam, dan tentu saja kopi Indo tetep nomer wahid…betul kan om ton? 🙂

    Selalu nomor wahid buat kita pecinta kopi Indonesia.

  14. leonardi
    leonardi says:

    Pak Toni, kopi robusta di siantar uda pada susah di cari. Pada hal dulu robusta di siantar ama terkenal…….sekarang hanya tinggal nama.

    Sayang ya pak, mungkin karena banyak petani kopi yang terpaksa beralih profesi karena komoditas ini kurang bisa dijadikan sandaran hidup.

  15. Andreas
    Andreas says:

    Wow ….. ini baru khasanah Nusantara utk minuman kopi dan hidangannya yang saya katanya sangat khas ….. bangga juga saya membaca ulasan pak Toni !!!! Kopi Indonesia harus bisa merajai di negeri sendiri …… keren baget dah ….. dan sangat inspiratif !!!!!! …. jadi ada ide2 segar …..

    Makanya harus ke Medan 🙂

  16. Lulu
    Lulu says:

    Two thumbs up!

    Ini kayaknya masuk salah satu liputan cikopi yang paling panjang. Menarik membaca liputannya Kang, jadi ingat dulu waktu tanggsl di Medan.

    Untuk pak Djohan, semoga usahanya makin maju. Untung dulu nyasarnya ke Cikopi hehehe 🙂

    Kapan ke Jakarta, kontak2 ya, kita ketemuan bareng Kang Adi.
    Itu yang “nyasar” ke cikopi untung usahanya cukup maju, he he he.

Comments are closed.