Bentuk rancang bangun sebuah grinder yang sedang pembaca lihat pada artikel ini memang berbeda dengan sebuah alat giling kopi yang biasa saya tulis di sini. Inilah NICHE Zero Coffee Grinder, sebuah penggiling kopi yang kehadirannya banyak diperbincangkan beberapa waktu ke belakang. Baru kali ini bisa mendapatkan barangnya saat rekan saya Albert Gustavo memberikan penawaran untuk menghadirkannya dalam sebuah tulisan yang tentu saya sambut dengan baik. Di Indonesia produk ini bisa didapatkan melalui perusahaan PT Espresso Italia dengan perkiraan harga 13 jutaan pada saat artikel ini dipublikasikan. Seperti apa kinerjanya secara keseluruhan, ikuti terus tulisan saya di bawah ini.

Dikirim ke rumah saya dalam kemasan yang masih disegel dalam kardus yang berukuran relatif kecil dibanding  paket atau kemasan grinder yang sering saya terima. Langsung saja dibuka dan Niche terlindungi dengan baik oleh busa styrofoam untuk menghindari kerusakan terutama dari goncangan.

Setelah kardus dibuka, di dalamnya selain unit grinder, Niche juga menyertakan kuas pembersih, serta sebuah obeng untuk membuka mur yang mengunci burr. Inilah Niche yang sekali lagi dengan bentuk cukup berbeda bila dibandingkan dengan grinder lainnya. Kebetulan juga yang dikirimkan kepada saya berwarna putih walau juga tersedia warna hitam, hanya dua warna itu yang tersedia.

Selanjutnya kita akan menyimak awal mula kelahiran Niche. 

Martin Nicholson. Di benak Martin Nicholson yang berkebangsaan Inggris dan pendiri perusahaan yang memproduksi Niche, jauh sebelum ia memutuskan untuk membuat prototip grinder kopi, ada banyak hal yang sudah mengganggu pikirannya sejak lama.

Pertama, menurut Martin, sebuah grinder kopi kelas profesional harganya sungguh tak terjangkau bagi banyak kalangan khususnya bagi yang ingin menikmati kopi di rumah. Pemikiran yang cukup logis karena harga sebuah grinder bisa mencapai angka puluhan juta terutama dari pabrikan ternama.

Kedua, bentuknya yang besar membuat sebuah grinder kopi untuk espresso seringkali bukanlah sebuah ide yang pas untuk diletakan di dapur bersamaan dengan peralatan rumah tangga lainnya.

Berikutnya teknologi yang tergolong ketinggalam jaman tapi masih digunakan oleh penggiling kopi yang sejatinya memang belum banyak berubah sejak setengah abad yang lalu. Pemikiran inilah yang antara lain terus mengusik Martin yang juga pemegang paten beberapa alat pengolah makanan. Ia memikirkan sebuah grinder yang bukan saja lebih bersahabat dengan setiap orang dari segi harga, tapi juga memiliki kualitas yang tak kalah dengan alat serupa yang jauh lebih mahal.

Belum lagi permasalah umum yang sering ditemui pada sebuah grinder, dari mulai sisa kopi terdahulu yang banyak menempel di ruang giling dan lubang keluaran kopi (chute) serta sedikit banyak akan berpengaruh terhadap rasa kopi. Alasan lain adalah suara grinder yang cukup mengganggu, belum lagi dengan penggunaan material kualitas rendah

Terakhir, desain grinder yang biasanya yang lebih codong ke arah industrial adalah beberapa hal yang menjadi alasan Martin untuk menciptakan sebuah grinder yang akhirnya melahirkan Niche. 

Desain dan Spesifikasi. Sebagaimana yang sudah saya sebutkan di awal tulisan di atas, memang bahwa secara desain rancang bangun Niche cukup berbeda dengan dengan alat giling kopi pada umumnya. Tapi harus diakui juga bila produsen grinder bermerek Baratza dari Amerika  pernah mengeluarkan konsep desain yang tak kalah menarik pada tipe Sette yang pernah saya tulis di awal tahun 2017.

Dengan konstruksi kemiringan sekitar 80 derajat secara keseluruhan desain Niche cukup menarik yang dipadukan dengan garis-garis tegas dan elemen material stainless, alumunium dan kayu. Faktor yang mungkin menjadi daya tarik utama selain desain adalah bentuknya yang tidak mengintimidasi, kompak dan sungguh  berbeda dengan bentuk grinder yang biasanya singgah di rumah saya.

Body Niche yang keseluruhan beratnya hanya 4 kiloan, terbuat dari alumunium yang dicat dengan menggunakan teknik powder coating dan tentunya sudah cukup solid untuk sebuah grinder dengan kisaran harga di bawah 15 jutaan.

Penutup atau Lid. Dimulai dari bagian paling atas, penutup berbentuk lingkaran dari plastik bening yang juga berfungsi sebagai saklar yang akan memerintahkan motor bekerja bila sudah tertutup rapat. Grinder tidak akan berfungsi manakala penutupnya terbuka untuk menghindari ketidak sengajaan yang bisa mengakibatkan kecelakaan saat mengoperasikan Niche.

Collar dan Grind Adjustment.Lingkaran berbentuk stainless adalah collar yang berfungsi untuk mengatur besaran partikel kopi (coarse-fine) dengan cara memutarnya ke kiri (halus) dan kanan (kasar). Pada bagian ini terdapat sebuah titik yang menonjol sebagai penunjuk ukuran atau grind size yang akan dipilih.

Stepless. Walau menggunakan sistem stepless atau collar bisa bergerak bebas tanpa hambatan, namun Niche menempatkan 50 penanda atau titik sebagai indikator besaran partikel kopi yakni Espresso dan Filter Drip.

Chute dan Doser. Tempat kopi keluar setelah digiling atau Chute berupa silinder plastik berwarna hitam dengan diameter 2 cm. Selanjutnya tepat di bawah chute diletakan sebuah doser dari bahan stainless mengkilap yang bisa memuat 50 gram kopi. Doser yang berdiameter 58mm ini memang sengaja dibuat dengan ukuram tersebut agar kopi bisa langsung diletakan di porta filter.

Selanjutnya terdapat material kayu untuk membantu ketinggian doser agar berdekatan dengan chute terbuat dari kayu oak yang warnanya serasi dengan body putih Niche.

150 watt dan 300 RPM. Saya belum menemukan penjelasan berapa kecepatan putaran burr maupun daya listrik yang digunakan. Bagusnya surat elektronik yang saya kirimkan untuk menanyakan hal ini langsung dijawab oleh mereka.

Niche hanya mengkonsumsi listrik sebesar 150 watt dan motornya berputar di angka 300 RPM (Revolutions Per Minute) saat dioperasikan. Putaran sebesar 300 RPM tentunya sangat rendah karena Mazzer Kony saja yang diklaim sebagai grinder dengan putaran motor terendah membukukan catatan 600 RPM.

Sebuah tombol di pinggir kanan beserta lampu LED berwarna merah akan langsung menyala saat kabel tersambung dengan power outlet.

Burr. Berukuran 63 mm, cukup besar untuk ukuran sebuah grinder sebesar Niche yang materialnya terbuat dari baja dan sudah melalui proses pengerasan. Menariknya, burr ini dipasok oleh perusahaan Mazzer sebagaimana yang tertera pada bagian atasnya. Bagi yang belum mengetahui, Mazzer adalah pabrikan pembuat grinder sejak tahun 1912 yang berpusat di kota Milan, Italia dan memiliki reputasi sebagai salah satu produsen alat giling kopi terbaik.

Fitur Lain ? Hanya itu, jadi kalau diibaratkan sebuah perangkat audio seperti amplifier (maaf hanya itu yang saya cukup tahu), yang tak dilengkapi dengan koneksi digital pun pengubah sinyal digital ke analog (DAC). Niche juga bisa dinisbahkan seperti itu, purist, tanpa ada pengatur waktu atau berapa berat bubuk kopi yang dikeluarkan sebagaimana pada beberapa tipe grinder seperti Wellhome Z270W, Sette 270, Mahlkonig atau Baratza tipe Vario hingga yang terakhir yang pernah saya ulas Mazzer ZM.

Padahal beberapa di antara grinder tersebut harganya terpaut cukup jauh dengan Niche. Bahkan untuk fork atau tempat menggantunkan porta filter pun tak dimiliki oleh Niche. 

Mencoba Niche. Ini bagian yang paling ditunggu-tunggu setelah sekian waktu saya memperhatikan Niche untuk mengenali seluk beluk grinder ini. Tapi sebelum membahas itu, ada baiknya saya sedikit mengulas indikasi kualitas alat giling kopi Niche. 

Salah satunya adalah bagaimana tingkat presisi ulir pada collar yang tersambung dengan body pada saat saya akan mengakses ke bagian burr-nya. Kedudukan yang harus pas dan tak boleh sedikitpun miring pada saat collar kembali akan dipasangkan sudah menjadi penanda awal bahwa Niche difabrikasi dengan kualitas yang bagus.

Baik kita langsung akan mencoba mainan baru ini dengan menyambungkan kabel power-nya yang bisa ditarik dan dimasukan kembali agar tetap terlihat rapi.

Lampu indikator di atas tombol langsung menyala berwarna hijau, tapi yang disayangkan warna LED tidak berubah saat tombolnya dinaikan ke atas. Tapi tak mengapa, bukan masalah yang cukup penting. Perlu juga diketahui bahwa lampu ini akan terus menyala selama koneksi listrik tersambung walaupun grinder tidak dioperasikan.

Pengaturan Setting dan Tingkat Kebisingan. Saya langsung mencoba menyalakan grinder dengan posisi lid yang harus tertutup, karena bila terbuka, Niche tidak akan bisa dioperasikan Kesan pertama adalah suara putaran burr yang begitu halus saat catatan pengukur kekuatan suara yang saya pasang hanya mencatat angka di 62 desibel. Mengesankan.

Single Dose dan Waktu Giling. Saya sering terlupa bahwa hopper Niche hanya bisa menampung 20 gram kopi, lebih dari itu kopi akan berhamburan keluar dikarenakan konstruksinya yang miring. Jadi grinder ini lebih ditujukan kepada penggunaan single dose atau seduh tunggal, kecuali bila pengguna mengulangi prosesnya dari awal.

Waktu giling relatif cepat terutama untuk filter yang hanya mengambil masa 10 detik untuk 10 gram kopi. Waktu tersebut tentunya hanyalah indikator awal karena tergantung dari faktor lain terutama roast profile. Semakin gelap biji kopinya tentu akan semakin cepat karena sifat brittle yang lebih mudah untuk dihancurkan oleh burr demikian juga sebaliknya.

Filter. Foto partikel kopi di bagian atas masih terasa cukup halus walau setting-nya sudah masuk ke area filter. Anda bisa melihat secara sekilas bagaimana kualitas Niche dengan tingkat keseragaman yang menurut saya sudah sangat baik walau sifatnya masih subjektif karena tak ada alat ukur laser refractometer untuk melihat kurva distribusi partikel kopinya.

Partikel Masih Kurang Kasar. Tapi perlu dicatat bahwasanya pada setting yang paling kasar sekalipun, hasil giling Niche masih agak halus hingga saya untuk beberapa orang mungkin hasil gilingnya masih belum terlalu pas untuk digunakan alat seduh semisal French Press.

Kini ke bagian yang paling menarik, Niche akan saya gunakan pada mesin espressso.

Espresso. Untuk memilih kehalusan espresso collar saya putar ke arah yang paling halus atau ke arah kiri. Sebagaimana yang sudah saya singgung di atas, tak perlu tenaga berlebih untuk memutar collar guna mendekatkan jarak burr. Mudah dan tak memerlukan tuas atau pengungkit apapun.

Hasil giling di angka terendah menghasilkan bubuk kopi yang sudah menyerupai kehalusan untuk cara seduh Turkish, sangat halus dan membuat mesin espresso Rocket Evoluzione gagal melakukan tugasnya. Baru pada percobaan ketiga kali, setelah memutar burr ke angka 20 atau sudah mendekati ke bagian filter barulah cairan coklat keemasan itu muncul pada porta filter. 

Niche sudah melakukan tugasnya dengan sangat baik dan membuktikan bahwa grinder ini tergolong penggiling kopi kelas sapu jagat yang bisa digunakan untuk beragam keperluan atau cara seduh.

Waste / Retention. Poin plus untuk Niche, mekanisme burr yang langsung menggiring kopi agar keluar membuaat retensinya sangat minimal dan tidak signifikan untuk ditimbang karena hanya merupakan sisa partikel halus.

Statis. Ini masalah yang cukup mengganggu pada sebuah grinder saat sisa partikel kopi enggan meninggalkan doser dan harus dibubarkan dengan cara diketuk-ketuk. Saya masih melihat partikel kopi yang menempel pada doser walau jumlahnya tak begitu banyak.

Penutup. Saya tak akan mengambil sebuah keputusan yang bersifat final karena bagaimanapun sebuah alat harus melalui uji coba jangka panjang untuk melihat bagaimana durabilitas dan konsistensinya terutama pada penggunaan dengan frekuensi tinggi. Cukuplah tulisan ini sebagai catatan sementara atau kesan awal terhadap Niche.

Espresso dan Filter. Faktor harga yang 12 jutaan membuat Niche harus berkompetisi dengan beberapa grinder khususnya untuk espresso seperti Mazzer Mini Electronic yang sudah sangat kondang dan sudah hadir terlebih dahulu. Atau beberapa merek lain yang harganya berada di bawah Niche, seperti Rancilio Rocky Doserless, Compak K3 Touch atau Eureka Zenith. Cuma sayangnya grinder-grinder yang saya sudah sebutkan tadi terbatas penggunaannya hanya untuk espresso dan tak cocok bila digunakan untuk seduh filter kecuali Baratza Sette 270,. Untuk hal ini Niche memiliki keunggulan yang tak bisa disamai oleh grinder yang lain.

Untuk Bisnis ? Biasanya ini pertanyaan yang sering diajukan oleh pembaca dan langsung saya jawab saja di sini. Bila untuk digunakan filter, Niche sudah lebih dari cukup digunakan di kedai kopi. Tapi untuk milk based saat pengguna harus melayani banyak orang mungkin sebaiknya dipikirkan kembali. Kecuali bila masih tergolong light commercial, Niche masih layak untuk digunakan.

Buat Saya. Bila harus dihadapkan dengan dua pilihan, biasanya saya lebih condong kepada hal yang terdapat unsur kepraktisan termasuk pada saat menggunakan grinder. Saya senang menggunakan grinder yang durasi gilingnya bisa diatur hanya dengan menekan satu tombol dan kopi pun sudah tergiling. Mungkin saya menganggap bahwa menimbang atau menakar kopi tak lagi jadi bagian sebuah ritus harian yang mengasyikan.

Mahlkonig Vario yang sudah dipergunakan selama bertahun-tahun sudah saya atur waktunya selama 6 detik agar bisa mengeluarkan kopi sebanyak 10 gram cukup dengan menekan satu tombol. Atau Mazzer ZM yang kebetulan sudah saya gunakan beberapa bulan terakhir ini juga punya kemudahan yang sama. Praktis.

Tapi itu saya dan masing-masing pembaca tentunya punya preferensi yang berbeda akan cara bagaimana sebaiknya menggiling kopi. Ada yang senang mengikuti ritual dengan terlebih dahulu menimbang kopi lalu memasukannya ke dalam grinder. Kadang tidak bisa dipungkiri bila ada kepuasaan tersendiri melakukan hal tersebut, tapi sekali lagi tak ada yang salah dengan semua itu selama kita bisa menikmati prosesnya.

Kesimpulan. Jadi bila ada di antara sebagian pembaca sudah memutuskan untuk memiliki Niche, sesungguhnya sudah mahfum dengan segala keterbatasan yang dimiliki oleh alat giling kopi buatan Inggris ini. Tak ada fitur volumetric dan fasilitas lainnya yang sebagian besar sudah saya singgung di atas.

Niche adalah grinder bagus dengan segala kelebihan yang dimilikinya selama Anda tak berkeberatan mengeluarkan uang 13 jutaan untuk sebuah alat penggiling kopi buatan negara Inggris. Akhirnya semoga alat ini bisa dijadikan pendamping setia dalam jangka yang sangat panjang manakala keputusan itu sudah diambil

Terakhir, terima kasih kepada PT Espresso Italia yang sudah berbaik hati meminjamkan Niche yang dalam kondisi tersegel untuk langsung saya coba dan menuliskan pengalamannya untuk para pembaca.

* * *

 

6 replies
  1. Rahmat Hidayat
    Rahmat Hidayat says:

    Tolong review Latina Komodo juga, pak. Sama-sama single dosen dan build quality. Mungkin bisa dikomparasikan

    Reply
  2. Bypapab
    Bypapab says:

    Saya pakai niche grinder, saat awal memang gilingan eapresso nya di angka 20 an, bisa coba di re-aligned (calibrate) dulu, dari yg saya dapat setting espresso antara 7-9. Untukfilter bisa buat marking manual, saya dapatkan v60 di 80 an jika kita hitung secara proporsional (max marking 50).

    Reply
    • Yan
      Yan says:

      Apakah cocok untuk manual Brew, Pour-over tepatnya?
      Kalo saya baca2 di Homebarista.com sepertinya lebih cocok ke Espreso…

      Reply
        • John
          John says:

          Bisa dong, settingnya sampai 50 itu coarse. Jadi masih bisa achieve untuk manual brew di medium. Mungkin maksudnya lbh cocok untuk espresso krn harganya yang mahal, jadi kurang worth it kalau hanya dipakai untuk manual brew, krn manual brew menggunakan grinder rumahan biasa saja juga bisa.

          Reply

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply to toniwahid Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *