Dalam jagat seduh espresso manual atau tanpa yang harus menggunakan tenaga listrik, Cafelat Robot merupakan produk yang baru diluncurkan kurang dari 1 tahun lalu. Prototipnya sudah ada sejak tahun 2016 dan ini adalah versi yang sudah disempurnakan. Apa keunggulannya ? mudahkah digunakan ? bagaimana bila dibandingkan dengan kompetitornya seperti Flair atau ROK Presso ?

Tentang Robot dari Cafelat di bawah ini.

Bagi pembaca yang sudah atau sedang menggunakan Flair atau ROK Presso, dua alat tersebut merupakan terobosan bagi siapa saja yang ingin menyeduh espresso tanpa harus memiliki mesin konvensional.

Tak perlu menggunakan daya listrik dan hanya dengan sedikit latihan, keduanya bisa menghasilkan espresso  yang berkrema tebal untuk bahan minuman latte atau capuccino. Malah sebagian dari teman yang saya kenal bisa mengajak alatnya untuk berjualan kopi.

Nah, bagaimana dengan si Robot dari Cafelat ?

Robot ituuu. Demi keperluan tulisan ini, saya meminjam Robot dari Philocoffee sebuah gerai yang menjual peralatan kopi dan beragam pernik lainnya.

Selama kurun 1 minggu, Robot hampir setiap hari digunakan sembari memperhatikan dengan seksama cara kerjanya. iI bawah ini beberapa kesan singkat saya tentang Robot yang saat ini djual di rentang harga 5.5 jutaan pada saat tulisan ini dipublikasikan.

Tak ada bahan plastik. Konstruksinya tak berbelit dan cukup solid dengan bahan material besi di bagian rangka dan stainless untuk portafilter serta plunger atau piston. Sekilah seperti ROK Presso dengan 2 tuas untuk melakukan tekanan pada saat proses menyeduh berlangsung.

Kelengkapan. Dalam paket pembelian, Anda akan mendapatkan satu unit Robot dengan : portafilter, basket, dispersion disc, mat silikon, dan tamper stainless.

Porta dan Dispersion Disc. Portafilter-nya berdiameter 58mm seperti pada produk untuk mesin komersial dengat berat total beserta basket 500 gram lebih.

Dispersion disc yang sepertinya berfungsi untuk menahan kopi pada tempatnya agar tidak terjadi agitasi yang bentuknya serupa dengan yang digunakan pada Vietnam Drip. 

Tak ada plastik. Di klaim tak menggunakan bahan plastik apapun, kecuali silikon untuk bantalan di bawah porta dengan berat keseluruhan 2.8 kg. Jadi cukup mudah untuk dibawa kemanapun.

Regular  dan Barista. Ada 2 versi yang dijual, yakni “Regular” dan “Barista” dengan perbedaan pada “Pressure Gauge” pada versi Barista dan lebih mahal 60 dolar.

Pressurized. Demikian juga dengan basket yang tersedia 2 jenis, yakni yang biasa dan kedua sistem pressurized. Basket yang menggunakan sistem “pressurized” akan memudahkan untuk menghasilkan kopi dengan ketebalan krema yang diharapkan.

Non-Pressurized. Bagi para pembaca yang baru saja singgah, ada baiknya saya jelaskan bahwa “Pressurized Portafilter/basket dibuat untuk memudahkan pengguna mesin kopi dalam mengakumulasi krema.

Hal ini dimungkinkan dengan mekanisme pada sistem “pressurized” yang membantu untuk mengumpulkan tekanan hingga angka 8-9 bar, rentang angka untuk menghasilkan espresso pada mesin komersial.

Mesin espresso domestik atau untuk keperluan di rumah biasanya sudah dilengkapi dengan sistem “pressurized”, jadi penggunanya menyerahkan kontrol sepenuhnya kepada mesin. Praktis bukan ?

Sebaliknya, sistem portafilter atau basket tanpa tekanan, menyerahkan pengaturan tekanan kepada Barista yang bersangkutan tanpa intervensi dari porta-nya sendiri.

Pada salah satu tipe mesin espresso komersial seperti La Marzocco Strada misalnya, Barista bisa melakukan manipulasi tekanan dari angka 0 hingga 9 bar dengan menggeser pedal pada “group head”-nya.

Pressurized  juga biasa terdapat pada mesin espresso domestik dimana bentuk portafilter atau basket-nya dibuat sedemikian rupa sehingga kopi yang dihasilkan hampir pasti disertai dengan krema yang bagus.

Untuk jelasnya, Anda bisa melihat tulisan awal saya tentang pressurized portafilter di tautan ini : Portafilter : Mending yang Mana. 

Menggunakan Robot. Hal pertama yang saya lakukan adalah memanaskan air, lebih tepatnya menjerangnya hinga benar-benar mendidih. Sebagian digunakan untuk menghangatkan porta dan basket. Tujuannya agar air panas yang dituangkan suhunya tidak turun drastis diserap oleh material stainless.

Air panas, rasio 1:2. Saya menyiapkan kopi sekitar 17 gram, digiling halus sebagaimana yang biasa saya siapkan untuk espresso.

Lalu memasukan kopi ke dalam basket dan melakukan tamping sebagaimana biasa hingga padat dan permukaannya halus. Lalu letakan dispersion disc di bagian atasnya.

Air yang baru saja mendidih saya diamkan hingga gelembungnya hilang untuk dituangkan ke dalam basket hampir 2/3 dari volume porta dan memasangkannya ke bagian brew head setelah sebelumnya menaikan tuas ke atas.

Menurun tuas atau lever secara perlahan yang tekanan piston-nya ternyata tidak seberat Flair atau ROK Presso. Dengan rasio 1 berbanding 2, atau 16 gram kopi bisa menghasilkan yield 32 gram. Itulah kisaran angka yang didapatkan.

Sebagaimana dengan alat sejenis, tentu perlu sedikit membiasakan dengan alat ini, tapi dengan beberapa kali percobaan, tak sulit untuk mengunakan Robot.

Kesimpulan. Kunci utama menggunakan alat espresso manual terletak pada kopi yang harus fresh, lalu grind size atau ukuran kehalusan yang pas. Hal ini juga berlaku pada kesemua alat yang pernah saya coba seperti ROK atau Flair.

Menurut saya, Robot relatif mudah digunakan bila dibandingkan dengan Flair karena faktor kemudahan dalam pengulangan proses lagi dari awal.

Bila Flair, pengguna harus menyiapkan kopi pada “brew head” yang terpisah dengan bagian porta  atau pada model Signature harus mengembalikan atau menggeser posisi bagian dalam bejana ke bagian atas kembalis esudah digunakan.

Sedangkan apda Robot, pengguna hanya membuang “puck” dan membersihkannya kembali untuk siap digunakan lagi. Lebih praktis.

Tapi mungkin itu hanya masalah pembiasaan karena apapun alat yang digunakan, ditangan operator yang piawai, alat ini dapat menghasilkan espresso yang dari segi penampakan seperti dihasilkan pada mesin komersial.

Buat siapa alat ini ? Untuk pengguna ROK Presso atau Flair, silakan dilanjut menggunakan alat-alat tersebut kecuali bila Anda akan menambah koleksi alat espresso manual. Tapi bagi yang belum memilikinya, mungkin Robot dari Cafelat bisa dijadikan pilihan yang menarik.

 

* * *

5 replies
  1. izaz
    izaz says:

    min boleh nanya, kalau rok presso kan konsistensi si barista diperlukan yee, dr yg ane simak di atas, apa bener si robot tidak begitu memerlukan konsistensi barista saat brewing?

    • samuel
      samuel says:

      saya belum pernah pakai rok, baru pernah pakai flair, espressoforge, dan robot. ketiganya sangat mudah digunakan untuk menghasil espresso yg konsisten enak. ketiganya saya perlakukan sama: preheating + air seduh mendidih + max pressure 6/7bar declining + grinder kinu m47 classic

        • Samuel
          Samuel says:

          Robot vs Flair dari sisi workflow dan cleaning menurut saya Robot jauh lebih baik.

          Robot (basket & porta selalu nempel):
          1)puckprep di basket
          2)taro shower screen
          3)tuang air
          4)pasang porta di body
          4)seduh
          5)cabut porta dr body
          6)lepas shower screen dan bersihkan
          7)buang puck dari porta dan bersihkan

          Flair:
          1)puckprep di basket
          2)taro showerscreen
          3)pasang basket di body
          4)pasang chamber di basket
          5)tuang air
          6)pasang piston
          7)seduh
          8)lepas 1 set (basket+chamber+piston) dari body
          9)lepas basket dari chamber
          10)lepas shower screen dari basket dan bersihkan
          11)buang puck dari basket dan bersihkan
          12)pisahkan piston dari chamber dan bersihkan

          Intinya ribetan Flair daripada Robot.

Comments are closed.