Acrylic setebal 10mm yang tembus pandang terpasang pada 2 panel kiri dan kanan Bezzera Matrix yang dikirim oleh Rotaryana ke kantor saya di kawasan Tebet, Jakarta. Saat 12 titik lampu LED di masing-masing panel menyala, Matrik tampil lebih vibran dibandingkan dengan mesin espresso yang pernah saya coba.

Luigi Bezzera. Saat itu di penghujung tahun 1901, Luigi Bezzera sedang bergegas ke kantor paten di kotanya Milan, Italia sambil membawa berkas berupa cetak biru yang akan mengubah peta penyajian kopi khususnya di benua Eropa.

Bezzera merupakan peletak dasar pembuatan mesin espresso walau saat itu mesin yang bundar menjulang tinggi masih jauh dari sempurna karena tekanan uap yang masih belum stabil.

Sukses dipasar walau sayangnya Bezzera tak punya modal banyak untuk ekspansi hingga terpaksa melepas hak patennya yang dibeli oleh Lapavoni di tahun 1905.

Bezzera Matrix. Dengan pengalaman lebih dari 1 abad, susah untuk menafikan produk Bezzera yang dengan senang hati salah satu produknya saya tuliskan di sini, Bezzera Matrix yang berat kosongnya 35.8 kg dan ukuran panjang 47 x 31 x 42 cm (PxLxT).

Kalau disejajarkan, besarnya sama dengan mesin-mesin espresso 1 group lainnya yang pernah saya tulis seperti Rocket, Vibiemme, atau Expobar Leva. 

Dual Boiler. Interior mesin sebagaimana yang terlihat pada foto di bawah menampakan 2 independen boiler dari material tembaga yang masing-masing berkapasitas 1 liter (steam boiler) yang harus dipasok daya listrik sebesar 1.200 watt.

Boiler lainnya yang lebih kecil dengan volume 400 ml untuk menyeduh kopi yang terintegrasi dengan group head dengan elemen pemanas berdaya 800 watt.

Jadi total keseluruhan daya listrik yang harus dikeluarkan adalah 2.000 watt. Kedua boiler diberi pelapis atau insulasi untuk menjaga suhu tetap optimal.

Pompa. Dengan harga jual yang 50 jutaan, Matrix sudah dilengkapi dengan pompa tipe rotary yang biasa terpasang pada mesin komersial.

Dua Sumber Air. Untuk keperluan sehari-hari di rumah saya lebih mengandalkan tangki air ketimbang sambungan selang ke galon karena alasan praktis saja.

Matrix menyediakan 2 pilihan dimana pengguna bisa memilih menggunakan tangki air yang kapasitasnya 4 liter atau langsung menyambungkan selang di bagian bawah mesin ke sumber air lain.

Group Head. Mengadopsi tipe E61 dengan diameter portafilter 58mm yang banyak digunakan pada mesin espresso merek lainnya. Di bagian bawah grouphead terdapat 2 lampu LED yang sangat terang, tapi bisa dimatikan bila dirasa tidak diperlukan.

Layar Sentuh. Ini fitur unggulan Matrix saat pengguna bisa meregulasi beberapa parameter yang antara lain :

  1. Bahasa : Tak ada bahasa Indonesia, tapi cukup bahasa Inggris dan 3 bahasa Eropa lainnya yang saya tak paham.
  2. Penggunaan parameter suhu : Celsius atau Fahrenheit
  3. Pilihan sumber air : tangki atau sumber air lainnya
  4. Tanggal, bulan, dan hari
  5. Suhu boiler : 90 hingga maksimal 130 derajat Celsius dan bisa tidak diaktifkan saat mesin tak digunakan untuk menghemat listrik.
  6. Wetting atau Pre-infusion dengan kenaikan 0.5 dari mulai 0 hingga maksimal 5 detik
  7. Suhu seduh dari 90 – hingga 100 derajat celsius
  8. LED Body RGB : atau pengaturan penchayaan pada panel acrylic yang bisa diatur intensitas cahayanya. Terdapat 3 warna yang bisa dipilih yani merah, biru, dan hijau.

Steam & Air Panas. Dua tuas terpisah untuk fungsi steam dan air panas yang ditengahnya terdapat 5 tombol untuk pengoperasian mesin.

Drip Tray. Walau bisa menampung air maksimal sebanyak 1 liter. tapi kapasitas normal sekitar 750 ml sebelum air mulai melebar melebihi kapasitas.

Menggunakan Matrix. Saya hanya diberi waktu 10 hari untuk mencoba mesin ini, namun dalam waktu yang cukup singkat tersebut setidaknya saya akan mencoba menjelaskan kesan awal terhadap Bezzera Matrix.

Pertama, dual boiler dan regulasi suhu seduh dan steam boiler adalah fitur yang sudah ada pada mesin espresso yang pernah saya gunakan, La Spaziale Vivaldi misalnya atau Rocket R58.

Tapi yang saya suka pada Matrix, kesemua fitur tersebut cukup diakses pada layar sentuh yang nyaris tanpa cela hingga mudah dioperasikan.

Berbeda dengan Rocket R58 dimana kita harus memasang  PID Controller-nya pada port khusus di samping mesin. Demikian juga fungsi pre-infusion yang tak harus banyak menyentuh tombol seperti pada Vivaldi II, tapi kesemuanya sudah tersedia pada menu di layar sentuh.

Selebihnya untuk urusan seduh dan steam, performa Matrix tentu tidak mengecewakan. Tapi faktor terpenting adalah pada urusan harga dimana Matrix dibanderol dengan harga relatif tinggi yakni dikisaran 50 jutaan untuk sebuah mesin espresso 1 group.

Dengan banyak fitur yang sudah saya sebutkan di atas, bagi yang berminat tinggal menemukan justifikasi untuk pengeluaran anggaran sebesar itu.

Keterangan lebih lanjut dan detail bisa menghubungi PT Rotaryana,

* * *

1 reply

Comments are closed.