Sore yang cerah dan ratusan undangan dari komunitas dan pelaku industri kopi mulai memasuki pintu utama Istana Kepresidenan di kota Bogor. Hari itu, Minggu, tanggal 1 Oktober ratusan orang penggiat industri kopi di Indonesia mendapatkan kehormatan diundang oleh orang nomor 1 di Indonesia dalam acara “Ngobrolin Kopi Sambil Ngopi Sore bersama Presiden di Istana Bogor”. Dalam sejarahnya, rasanya baru kali ini penggiat kopi di Indonesia diundang ke Istana Negara.

Jam 3 semua peserta sudah duduk di kursi masing-masing sambil menggu kedatangan Presiden yang hadir 45 menit kemudian. Mengenakan kemeja putih Jokowi menyalami hampir semua undangan terutama yang berada dibarisan tempat duduk pertama dan kedua.

Menguatkan Nilai Tambah Komoditas Kopi. Acara langsung dibuka oleh Kepala Staf Kepresidenan, Teten Masduki yang mengutarakan tujuan acara di sore itu. Dalam kata sambutannya Presiden langsung mengemukakan harapannya agar pelaku industri kopi jangan sampai terjebak pada usaha budi daya pertaniannya saja, walaupun itu penting.

Tapi Presiden berharap bila proses bisnis harus juga dikuasai dengan memberikan contoh saat ia berkunjung ke Aceh di mana petani hanya menjual biji kopi saja. “Mengapa tidak ada step di atasnya lagi, di atasnya lagi atau di atasnya lagi”.

Membangun paska panen, packaging, melalui barista, toko on line, untuk bertarung di pasara internasional. Presiden membandingkan rasa kopi yang sudah punya merek internasional dengan merek yang sudah ia coba seperti kopi TUKU. “Apa bedanya ? Lebih enak yang di sana (TUKU), ujar Presiden yang disambut tepuk tangan riuh para undangan.

Jokowi memberikan semangat agar merek-merek lokal jangan takut untuk berkompetisi dengan merek luar. Hanya perlu keberanian untuk memanfaatkan peluang untuk loncat ke negara-negera terdekat dulu.

Dialog. Dalam kesempatan dialog, beberapa peserta diberikan kesempatan untuk bertanya kepada Presiden. Dari perwakilan petani, Eko Purnomo Widi memberikan gambaran kepada Presiden tentang situasi pertanian kopi di Indonesia tentang tingkat produksi kopi Indonesia yang masih dalam kisaran 11 juta goni (1 goni = 60kg) selama lebih dari satu dekade.

Namun yang menggembirakan, menurut Eko, terdapat kenaikan konsumsi kopi lokal sebesar 20% yang antara lain dikonsumsi oleh banyak kedai-kedai kopi. Eko berandai-andai, bila saja, 1 kedai kopi mengkonsumsi 10 goni/600 kg kopi pertahun maka bisa dikatakan bahwa konsumsi kopi lokal akan terus menaik seiring pertumbuhan bisnis kedai kopi khususnya di kota-kota besar. Eko menghimbau agar semua pihak bisa bersatu untuk memajukan industri kopi di Indonesia.

Franky Angkawijaya, pemilik sekolah Barista Esperto dan importir mesin kopi bermerek Conti yang sudah diberikan lisensi untuk merakit mesin espresso ini. Bahkan menurut Franky, ia sudah melakukan beberapa kreasi yang membuat performa mesinnya jauh lebih baik dibanding dengan rakitan negara asalnya. Secara singkat, Franky hanya meminta kepada Presiden Jokowi agar mempermudah proses pemberian ijin import atau ijin industri.

Dialog terus berlanjut dengan beberapa komunitas kopi lainnya yang diakhiri dengan foto bersama dan waktu telah menunjukan pukul 17.30.

Terima kasih Presiden Jokowi sudah mengundang teman-teman ke Istana Bogor yang tak pernah kami mimpikan. Harapannya tentu saja semoga perkembangan kopi Indonesia terus tumbuh ke arah yang positif.

 *  *  *

 

 

6 replies
  1. Irawan halim
    Irawan halim says:

    Sekitar 8 thn saya bekerja sbg teknisi di perusahaan kopi yg megang market leader di Indonesia,satu kali pun gak pernah diajak ngobrol apalagi ngopi bareng dan mendengar curhat serta keluh kesah.Alhamdulillah sekarang malah diajak Ngopi Sore Bareng Presiden..dan bertemu rekan2 seperjuangan dari hulu hingga hilir..bravo mr.President..haturnuhun pak Toni liputannya..??

  2. Bayu Wardoyo
    Bayu Wardoyo says:

    sudah diduga kang toni pasti diundang hehehe.. presiden kita memang antimainstream ya kang.. semoga ini jadi penyemangat teman2 di dunia hitam perkopian!

Comments are closed.