SAN9A

Ssesekali Faruk Fahrani (34) datang ke rumah saya yang jaraknya cukup berdekatan karena kami berdua tinggal di kawasan yang sama . Sebelum terjun total dibidang roasting kopi dengan bendera San9a (dibaca Sanga), Faruk sudah mendalami pastry dan bakery serta kini piawai mengolah menu makanan. Perkembangan roastery-nya terhitung cepat karena diam-diam San9a terus meningkatkan kapasitasnya seiring kepercayaan pelanggannya yang semakin meningkat

Pastry dan Bakery

Bagi pembaca yang belum mengenalnya, saya pernah menulis tentang Faruk yang lulusan Fakultas Hukum,  Universitas Indonesia di sini dan di sini. Pertemuannya di dibidang F&B dimulai sejak ia mengikuti kursus membuat roti di salah satu sekolah di Jakarta.

Sejak saat itu Faruk bukan hanya piawai menguleni adonan roti, tapi lebih jauh ia juga mulai terjun ke dapur dan menciptakan beragam menu di Gudang Roti, Jatibening saat ia masih tergabung di sana.

Roaster tentunya diharapkan punya sensitivitas rasa yang peka untuk bisa menangkap flavor dan aroma kopi yang ia sangrai. Tapi hal tersebut tentunya bukan sesuatu yang sulit dilakukan oleh Faruk, pria kelahiran  Karawang, Jawa Barat lebih dari tiga dekade lalu. Dengan berbekal indera perasa dan pengalamannya yang cukup panjang di bidang tersebut, ia bisa memenuhi rasa kopi sesuai dengan permintaan pelanggannya.

50 kg untuk besok

Tepat satu minggu berlalu sejak terakhir saya singgah di San9a dan melihat aktivitas roasting yang tengah ia kerjakan. Tak mau mengganggunya, saya membiarkan Faruk tenggelam dalam kesibukannya dan memperhatikan kedua tanggannya yang tak pernah berhenti melihat catatan, mengatur besaran api serta hampir setiap saat mengintip biji kopi yang tengah dipanaskan dalam suhu tinggi sambil membuat catatan.

Ia mengaku tak punya teori pasti tentang roasting karena semuanya dilakukan berdasarkan pengalamannya pribadinya serta banyak menimba ilmu ke sana-sini.

Tak lama kemudian Faruk membuka pintu kecil untuk mengeluarkan kopi yang telah disangai. Selesai sudah pesanan satu cafe yang sudah menjadi pelanggan tetapnya. Pesanan dengan jumlah 5 kg tentu tak seberapa, tapi Faruk mengaku pernah melakukan roasting secara marathon sebanyak 50kg  saat salah satu pelanggannya mengiba agar pengiriman bisa dilakukan secepatnya. Untungnya ia berhasil memenuhi permintaan yang di luar kebiasaan tersebut walau harus bekerja keras di depan mesin roasting buatan Turki berwarna merah ini.

San9a

Pada awal pendirian San9a, Faruk ingin menjadikan tempat ini sebagai wahana untuk mengenalkan kopi-kopi terbaik dari Indonesia kepada para pelanggannya. Tapi kini tempatnya sudah berkembang menjadi sebuah bistro yang banyak didatangi pengunjung khususnya dari kawasan sekitar Bekasi sambil menikmati kopi hasil roasting yang dilakukan oleh Faruk sendiri.

Saya cuma melirik satu perangkat alat pengeras suara untuk memutar musik di sudut bar yang tengah memainkan genre jazz, blues, dan sesekali orkestra terdengar dari sepasang speaker berbentuk telur.

Sebagai penutup, saya mengingat San9a yang memulai perjalanannya dengan sebuah mesin roasting kecil dan kapasitas yang terbatas. Pengalaman berkesan dengan Faruk tentu saat melakukan sangrai kopi di ruang tamu rumahnya, juga di Bekasi Barat. Saya hanya ingin menyatakan bahwa Faruk adalah aset dunia roasting di Indonesia.

*  *  *