b6

Waktu baru saja menunjukan pukul 4.30 pagi, tapi beberapa peserta Barista Boot Camp (BBC) sudah mulai berdatangan di tempat keberangkatan, Getback Coffee ITC Dutamas Fatmawati. Inilah kegiatan ketiga yang diadakan oleh cikopi.com setelah sebelumnya menyelenggarakan perhelatan Latte Art Throw Down dan Jakarta Brew Champ.

Kami tak menyangka jika kegiatan Barista Boot Camp yang pertama kali diadakan banyak mendapatkan respon positif dengan membludaknya pendaftaran on-line yang sayangnya hanya dibatasi untuk 25 orang peserta saja. Laporan selengkapnya di bawah ini.

barista boot camp

Boot Camp !

Sebagaimana yang sudah kami sebutkan bahwasanya kegiatan Barista Boot Camp bertujuan untuk mengenalkan medan yang dihadapi para petani di salah satu perkebunan kopi Jawa Barat yang berlokasi Rantaya, Desa Lamajang, Pangalengan, Kabupaten Bandung.

Jauh-jauh hari sebelum hari keberangkatan, para peserta yang mendaftar telah kami berikan gambaran akan beratnya lokasi yang akan dihadapi dengan tanjakan yang derajat kemiringannya 30 dan di beberapa tempat hingga 40 derajat.

Panitia meminta peserta untuk menyiapakan perlengkpan yang harus dibawa serta tidak ada gangguan kondisi kesehatan yang dapat menimbulkan resiko yang tak diinginkan. Bila peserta sudah yakin bisa mengikuti kegiatan ini, barulah mereka mentrasfer biaya pendaftaran.

Setelah semua peserta diabsen, tempat pukul 5.30 bis bermerek buruk besar perlahan meninggalkan pelataran ITC Dutamas Fatamawati dan berbelok menuju toll Jakarta Outer Ring Road.

Bis berpendingin udara dari salah satu perusahaan transportasi ini menelusuri jalan toll yang cukup lengang di Sabtu pagi hari kota Jakarta. Toll Cipularang yang juga tak terlalu ramai dan bisa dilewati dengan leluasa oleh bis peserta Boot Camp. Setelah tiba di Bandung. bis berbelok di pintu keluar Pasteur menuju Morning Glory Coffee untuk menjemput peserta lain yang berkumpul di sini dan menikmati sarapan.

barista boot camp

Pangalengan

Setiba di Morning Glory Coffee , Setrasari Plaza, Unit C2 – 31, Jl. Prof. Drg. Surya Sumantri Bandung, semua peserta dipersilakan menikmati sarapan pagi dengan menu kupat, salah satu kuliner khas kota ini.

Empat orang peserta dari Singapura dan satu yang berasal Amerika tapi telah bermukim lama di Indonesia ikut bergabung bersama rombongan. Setelah pemberian taklimat dan beberapa penjelasan mengenai lokasi yang akan ditempuh, kami mulai melanjutkan perjalanan menuju Pangalengan.

b4

Rombongan mulai kembali memasuki toll dan kurang dari lima belas menit tepatnya pukul 8.45 kendaraan harus keluar di pintu toll Kopo yang langsung disambut oleh pengawalan dari kepolisian tesempat. Kawasan ini terkenal dengan kemacetan panjang dan peserta bisa terjebak berjam-jam bila tidak dibantu oleh dua orang polisi patwal yang berusaha membukakan jalan menuju ke arah Selatan.

b5

b14

Tanjakan Rantaya

Satu jam kemudian semua peserta sudah tiba di lokasi, namun bisa tidak melanjutkan perjalanan dan harus diganti dengan kendaraan yang lebih kecil menuju ke base camp atau rumah pengelola perkebunan di kawasan ini.

Penderitaan itu akan segera dimulai saat rombongan mulai berjalan meniti jalan kecil yang langsung menanjak di tengah siang hari saat puncak terik matahari.

Jalan sempit ini merupakan jalur pintas menuju pemukiman penduduk Desa Lamajang, Pangalengan di kaki pegunungan yang sudah mulai kami daki.

Setiap beberapa puluh meter, beberapa kali rombongan yang mulai terpecah beristirahat sejenak untuk mengambil nafas dan mengistirahakan badan yang dibanjiri oleh keringat. Rute yang terus mendaki dengan ketajaman 30 derajat tanpa turunan sama sekali tentu tak mengenal ampun, apalagi menurut Natahanel panjangnya mencapai 3 kilometer.

Jalan menanjak rasanya tak kunjung selesai, namun hampir seluruh peserta tak pernah kehilangan semangat untuk terus mencapai lokasi perkebunan di ketinggian 1700 meter di atas permukaan laut.

Saya berharap dan yakin pada titik ini semua peserta yang belum pernah melakukan perjalanan ke kebun kopi mulai terbuka wawasan mereka tentang kondisi yang biasa dihadapi oleh para petani kopi di Pangalengan khususnya.

Dua orang “Drill Seargeants” atau pelatih jasmani dari Pusdik AD,  yang membantu Barista Boot Camp terus memantau peserta dari kejauhan. Mereka sengaja kami datangkan karena sudah terlatih untuk melihat tanda kelelahan yang mebahayakan dan punya keahlian memberikan pertolongan pertama bila diperlukan.

barista boot camp 2013

b18

Makan siang itu begitu istimewa

Setelah 90 menit melakukan pendakian akhirnya semua peserta tiba di garis akhir lalu beristirahat untuk makan siang di tengah perkebunan kopi. Sajian menu yang disiapkan oleh penduduk setempat berupa ikan lele goreng, tempe, tahu, sayur mentah, dan sambal pedas yang rasanya sangat istimewa.

Di tengah perkebunan kopi yang rindang dan semilir angin dalam cuaca yang sejuk kawasangan Pangalengan semua peserta lahap menikmati sajian makan siang di tengah alam terbuka. Suasana tiba-tiba mendadak sunyi senyap.

BARISTA BOOT CAMP

barista boot camp3

Setelah selesai menikmati makan siang peserta mendengarkan pemaparan Didi, seorang petani kopi tentang suka dan banyak duka yang ia alami dalam merawat lahan kopinya. Dengan keluguannya Didi pernah diberikan bibit kopi yang ternyata mati di tengah jalan setelah menunggu empat tahun tanpa hasil.

Dengan luas perkebunan kopi arabika yang 150 hektar, sejak dua tahun lalu petani kopi di kawasan ini mulai secara serius melakukan pembenahan untuk meningkatkan kualitas panen mereka yang dibantu oleh  Morning Glory Coffee yang melakukan program pendampingan terutama pada proses pasca panen untuk hasil terbaik.

“Bila kita melihat betapa susahnya kehidupan mereka, sudah selayaknya para petani kopi itu  mendapatkan harga terbaik terlepas dari perubahan harga komoditas kopi yang fluktuatif dan seringkali merugikan mereka” ujar Nathanael yang juga banyak membantu petani kawasan lainnya di Jawa Barat.

barista boot camp

Kompetisi Roasting

Kami melengkapi rangkaian acara Barista Boot Camp dengan mengadakan lomba roasting menggunakan tembikar sebagai medianya. Cara ini masih banyak digunakan khususnya di pedesaan saat biji kopi digongseng seringkali hingga berwarna kehitaman lalu hasilnya ditumbuk dan disaring.

Lima kelompok peserta diberi 250 gram biji kopi yang dihasilkan dari perkebunan kopi Rantaya dan ditugaskan untuk me-roasting-nya dengan bahan bakar kayu yang tentu saja akan menghasilkan asap yang cukup pekat.

Dengan bersemangat mereka mulai proses roasting dan berdiskusi hasil akhir yang harus dicapai. Sebagian besar bereksperimen dengan light roast, kelompok lain dengan warna yang lebih gelap. Kepulan asap dari bahan bakar kayu dan biji kopi cukup pekat, tapi semua peserta berusaha sekuat tenaga untuk menampilkan kemampuannya dengan segala keterbatasan yang ada.

Hasilnya lalu dinilai oleh tiga orang juri melalui uji cita rasa untuk memutuskan satu pemenang yang di luar dugaan kami mampu memberikan aroma dan rasa yang terbaik.

b9

b10

Merasakan menjadi petani

Bagaimana rasanya mengangkut kopi dengan beban 30 kilogram untuk pekerja pria dan 15 kilogram untuk perempuan ? Kami mengajak semua peserta mencoba memanggul dan merasakan beban tersebut dan berjalan sepanjang 10 meter saja. Pada jarak sedekat ini tentu beban tersebut masih dalam tahap toleransi, tapi pada kesehariannya petani di sini harus mengangkut kopi sebanyak itu dari atas gunung hingga ke tempat penampungan yang jaraknya lebih dari tiga kilometer.

barista boot camp cikopi

Penutupan acara

Secara simbolis acara ditutup dengan menyerahkan pin Barista Boot Camp kepada seluruh peserta yang tanpa lelah dan rasa bosan telah mengikuti rangkaian acara yang sudah disiapkan oleh panitia. Saat ditanya hampir semuanya menyatakan tidak kapok dan merasakan kesan yang mendalam, sebuah “eye opener” kata salah satu peserta dari Singapura. Pin diserahkan oleh dua orang pelatih dari Pusdik TNI AD yang sebelumnya mengucapkan selamat kepada semua peserta yang telah berhasil mencapai garis akhir dalam medan yang cukup berat.

Unless you puke or feint, keep going ! 

*  *  *

b20

b12

barista boot camp indonesia

b19

 

 

7 replies
  1. Agoes.S
    Agoes.S says:

    wah..mantap kali… Selamat ya buat para peserta. Jempol pula buat pa Toni & panitia. Semoga utk acara camp berikutnya ga cm buat barista nya aja, tp juga buat para “penikmat si racun hitam”. Apa artinya barista hebat kl ga ada yg menikmati hasil tangan mautnya hehehe.. Sekaligus juga spy para pecinta kopi tahu & lbh menghargai jerih payah para petani (lokal khususnya) utk menghasilkan biji kopi yg baik. Ga cm bs ngedumel kl suruh bayar 15-20rb utk secangkir kopi lokal yg maknyussss, Tp dgn entengnya membayar puluhan ribu utk kopi2 dr luar negeri yg saat ini seringkali di siapkan dgn apa adanya. BRAVO KOPI & BARISTA INDONESIA !!!

  2. Nur
    Nur says:

    makasih juga buat Pak Gani, mas zamzam, mas Aga..btw v-60 nya mana ya? wkkkkkk…

    Hi Nur, panitia akan segera menghubungi para pemenang roasting di Barista Boot Camp.

  3. buwana
    buwana says:

    Kereenn pak Toni ,,, salut utk petani kopi indonesia, semoga kesejahteraannya semakin meningkat …. satu yg bisa kita teladani dari petani kopi di rantaya adalah “kerja keras !”

Comments are closed.