pandava coffee

Jika epik Mahabharata mengenal Pandava (Pandawa) terdiri dari lima tokoh kesatria yang dipersatukan oleh perempuan cantik bernama Drupadi, tapi lain halnya dengan Pandava Coffee yang hanya terdiri dari tiga anak muda yakni Daryanto Witarsa (27), Aston Utan (29), dan Yoshua Tanu (27). Tentu berbeda dengan tokoh pewayangan tadi,  ketiga orang ini dipertemukan bukan untuk memperebutkan seorang wanita cantik, tapi mereka adalah pengelola sebuah coffee shop yang baru saja diresmikan hari Jumat, 14 Desember yang berlokasi di Epiwalk Kuningan, Epicentrum Superblock, Jakarta.

Slayer

Masih ingat mesin espresso Slayer yang saya gunakan untuk keperluan Quiz di awal November 2012. ? Nah, sekarang piranti ini sudah duduk dengan manis di bar  Pandava Coffee, sebuah “artileri” terbaru yang kali pertama digunakan di medan Kurukshetra perkopian Indonesia. Sebuah mesin espresso flagship yang menjawab kebutuhan para barista untuk berkreasi dengan salah satu fitur utamanya yakni tekanan (variable brew pressure) saat air dipompakan ke kopi dalam proses brewing.   Walau Slayer datang agak terlambat setelah rekan sekalibernya seperti Synesso, Kees Van der Westen, La Marzocco Strada, hadir terlebih dahulu, tapi mesin yang dijajakan dengan harga enam digit angka ini menambah jumlah cafe yang memiliki “mainan” aduhai khususnya untuk publik pecinta minuman bekafein di Jakarta.

Pandava Coffee

Daryanto dan Aston sudah bersahabat baik saat mereka menuntut ilmu di Boston College, Amerika, bersama Yoshua yang juga masih kerabat Aston. Kebetulan saya pernah berjumpa dengan Daryanto saat ia mengambil kursus Barista dengan Michael Gibbons di Università del caffè yang berada di bawah naungan Illy. Walau belum berencana membuka cafe, Daryanto yang keluarganya merupakan salah satu eksportir kopi di Lampung nekat juga membeli mesin espresso kelas komersial dua group dan memboyongnya ke tempat Aston yang tentu “terkesima” dengan daya listriknya yang besar.

Tapi karena sudah tak sabar ingin segera mengetes mainan barunya Daryanto dengan yakin mulai menyambungkan kabel power ke sumber listrik. Sayangnya bukan kopi yang mereka hasilkan, tapi justru alarm kebakaran yang berbunyi hingga petugas keamanan harus mengungsikan seluruh penghuni di gedung perkantoran tersebut. Penyebabnya daya listrik kantor mereka yang minim membuat sebuah panel kelebihan beban dan akhirnya terbakar.  Tentu saja kejadian tersebut berakibat datangnya pasukan pemadam kebakaran untuk menjaga api agar tidak membesar . Itulah pengalaman mereka yang tak terlupakan saat awal mulai berniat membuka sebuah coffee shop secara serius yang akhirnya terwujud dengan Pandava Coffee.

pandava coffee

Pandava memproduksi sendiri kopi yang mereka sajikan karena sebuah mesin roasting yang berada di lokasi cafe-nya sudah mulai dioperasikan dan Mandheling yang baru saja beberapa hari mereka roast merupakan keterwakilan keindonesiaan dalam secangkir kopi kental yang kaya dengan rasa rasa rempah tapi tidak mendominasi, sedikit floral, dan pahit yang pas diujungnya. Buat saya ini sudah cukup, dan semoga saja Pandava Coffee bisa terus konsisten memproduksi rasa kopi yang bisa membahagiakan para konsumen yang saat ini semakin pemilih. Tapi buat Anda yang ingin mencoba kreasi mereka yang lain, masih ada beberapa minuman panas dan dingin seperti Ferrero Frappe, atau campuran milkshake yang diberi granulasi espresso di atasnya.

Selain memiliki mesin espresso kelas die hard, Pandava Coffee juga menyediakan metode seduh manual seperti Chemex, Hario V60, atau Syphon berikut kopi lokal dan luar negeri seperti Intelligentsia yang bisa kita pilih. Jam operasional sebagaimana waktu mall Epiwalk, Pandava buka dari jam 10 hingga menjelang tengah malam dengan kisaran harga 20-40 ribuan per menu.

Untuk yang menginginkan suasana hati yang cerah ceria berikut sajian secangkir kopi, Pandava Coffee boleh jadi punya atmosfir tersebut  dengan gaya interior pop art dan warna merah sebagai dasar cafe yang luasnya kira-kira 75 meter persegi ini.

*  *  *

ASTON & YOSHUA

Pandava COffee

Pandava Coffee

10 replies
  1. Raman Mahardja
    Raman Mahardja says:

    CONGRATULATION Brother Aston & Yoshua !!! Sukses Yah Brow & Jangan Lupaaa Nanti Tolong Buka Cabang Di Daerah Kelapa Gading Juga Ya, Jadi Saya Tidak Perlu Dateng Jauh2 Kesana Brow … Kopinya Mantappp!! Sukses & GBU Brow.

  2. Leo D
    Leo D says:

    Semoga slayernya dah dimod 🙁
    Dulu saya kerja pakai slayer, heating traynya ga efektif, harus ditutupi selimut cup nya.
    Terus auto refill juga kick in tanpa nunggu shot selesai. Drip tray sisi kiri dan juga kurang bagus. Nevertheless, every shot is amazing!

    Tapi.. Mungkin semua isu 2 di atas sudah di address di slayer model ini 🙂

  3. Bayu
    Bayu says:

    berhubung saya menang quis slayer, nampaknya haram hukumnya kalo saya tidak menyempatkan mampir kesini hehehe.. liputan yg asik kang!

    Eh Mas Bayu, matur nuwun.:)

  4. Charles
    Charles says:

    Wow, mesin idola nih dari dulu.
    Keren juga ahkirnya di Jakarta ada yang pakai.

    FYI, di Sydney. Mau order coffee hasil extract Slayer Espresso, kena extra charge 2-4 dollar.

    Congrats Pandava.

  5. Sivaraja
    Sivaraja says:

    Mantap sekali, congrats buat Daryanto, Aston dan Yoshua.
    Semakin hari semakin bangga dengan banyaknya cafe cafe baru yang memang benar benar fokus untuk menyajikan kopi yang terbaik

Comments are closed.