Suatu hari I Kian Ging (55) sedang menyeduh kopi dengan menggunakan mesin espresso Rancilio Silvia yang menarik perhatian Hendrik Halianto anak kedua dari tiga bersaudara. Ia baru saja “dipulangkan” dari sebuah sekolah perhotelan di Australia di sekitar tahun 2010 setelah menimba ilmu sebagai chef selama setahun. Peristiwa ini menjadi titik awal Hendrik yang seakan mendapat bisikan untuk menggali lebih jauh dunia kopi yang kini sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari dirinya, ia sudah memasuki pusaran tak berbatas.

Sebagai langkah awal ia memutuskan untuk terlebih dahulu ngaji di Espresto, sekolah barista milik Frangky Angkawijaya, tempat saya pertama kali berkenalan dengan pria kelahiran Jakarta 30 tahun lalu ini. Pernah membuka sebuah cafe dalam format island di sebuah gedung perkantoran di Jakarta, namun tak bertahan lama karena kendala teknis pihak gedung walau penjualannya terus meningkat. Sambil terus mempelajari teknik meramu kopi, Hendrik mencurahkan minatnya terhadap bidang roasting dan mulai mencari biji kopi terbaik di berbagai daerah. Mesin Gene Cafe miliknya sudah diangkut ke berbagai tempat penghasil kopi untuk saat ia melakukan sample roasting sebelum melakukan pembelian biji kopi langsung dari para petani.

Gong nya di akhir November kemarin saat ia meresmikan Giyanti Coffee Roastery  yang berlokasi di Jalan Surabaya no. 20, kawasan Menteng, Jakarta Pusat. Sebuah roastery dengan interior rustic dengan langit-langit berwarna hitam, sebagian dinding berwana bata merah yang di-exposed dengan cat putih dan sejumlah lampu gantung yang memendarkan warna kuning untuk menambahkan kehangatan di ruangan dengan luas sekitar 50 meter persegi. Di bagian bar Hendrik menempatkan sebuah mesin espresso Victoria Arduino tipe Athena Leva yang menggunakan sistem piston dengan tiga lever yang menjulang tinggi. Berbalut warna tembaga kemerahan, mesin ini telah di tweak sedemikian rupa agar ekstrasi kopinya maksimal.

Di sudut depan berdekatan dengan pintu masuk Hendrik menempatkan mesin roasting Petroncini dari Italia yang berkapasitas 10 kilogram dan tentu saja menjadi salah satu mainan kesayangannya. Baru pertama kali ini melihat mesin merek Petroncini yang kualitas fabrikasinya cukup mengesankan walau sayangnya hari tersebut mesinnya masih diliburkan untuk dioperasikan pada khususnya pada hari Minggu.

Anda yang berniat bertandang ke sini harus memperhatikan jadwal bukanya yang hanya dari Rabu hingga Sabtu, dari pukul 9.30 hingga 17.30 dan selain hari tersebut Hendrik harus retreat untuk melakukan kegiatan lain terutama roasting.

Sebagaimana beberapa rekan yang merekomendasikan saya untuk mengunjungi dan mencoba kopi di Giyanti, tentu tak ada salahnya jika Anda juga boleh menjajal kopi hasil roasting Hendrik Halianto atau  Cheng te Chin hasil pencarian ilmu yang diraihnya secara otodidak.

Giyanti menambah satu lagi jumlah coffee shop di Jakarta dan yang ini tentu saja spesial. Recommended !

*  *  *

18 replies
  1. Elim
    Elim says:

    Kalo gak salah kita pernah ketemu di esperto waktu masih di stc? saat itu saya dari surabaya mampir ke jkt dulu sebelum berangkat ke ho chih min, sempet cerita2 pengalaman ngopi di vietnam. Apa no hp masih *******062 bos?

  2. Hendrik
    Hendrik says:

    @Andi Sanaf , makasih untuk kesempatan untuk cerita…..

    BTW this is a DREAM Come True untuk sharing…

    Ditunggu ya bro..

  3. Andi Sanaf
    Andi Sanaf says:

    Terima kasih mas Hendrik sudah menerima saya dengan obrolan hangatnya. Tipikal pemilik cafe seperti mas Hendrik ini yg saya suka, yg mau diajak ngobrol dan ngerti seluk beluk kopi. Mau ngasih masukan tentang cara nyeduh kopi secara manual. Bagi orang awam kayak saya yg sedang terus berusaha menggali bagaimana cara menyeduh kopi yg benar, tentunya moment ini sangat spesial dan berharga sekali. Next time boleh mampir dan ngobrol lagi ya ….

  4. pian
    pian says:

    penuh dengan keunggulan rasa kopi arabika yang enak, yang disuguhkan dengan penyajian kopi espresso ditambah dengan suasana yg unik…

  5. buds
    buds says:

    pemilihan namanya keren Giyanti Coffee Roastery, saya coba klik ke web Giyanti tp belum bs diakses lbh lanjut.

    Pertanyaan saya apa makna dibalik pemberian nama Giyanti. karena kata Giyanti mengingatkan saya pada Perjanjian Giyanti.

    Apakah pemberian nama Giyanti Coffee Roastery ada korelasi dengan moment Perjanjian Giyanti yang memiliki nilai Historis itu.

    Saya selalu tertarik melihat sejarah, karena pada dasarnya keunggulan Kopi Indonesia terletak pada aspek Historis. Jauh sebelum Colombia dan Brazil menanam Kopi, Jawa sudah menyuplai 2/3 kebutuhan Kopi untuk Eropa pada tahun 1727.

  6. anto
    anto says:

    Tempat ngopi yang asyik, Mas hendrik orangnya juga asyik diajak ngobrol , kopinya juga Jos TOP BGT.

  7. Java Raung
    Java Raung says:

    Semakin menjamurnya kedai2 kopi di indonesia adalah indikasi bahwa konsumsi masyarakat kita akan secangkir kopi mulai meningkat.Indonesia adalah salah satu penghasil kopi terbesar dan bukan tidak mungkin jika akan menjadi Raja Peminum kopi Dunia..

  8. koko
    koko says:

    wahh.. mesti kesana nih kalau ada kesempatan.. sekalian menambah ilmu..
    hormat dari barista medan 🙂

  9. Hendrik
    Hendrik says:

    @andreas: Iya bener bro… Tapi asyik jg ngalamiin bareng ente bro… Lets keep the great passion running….

    @abudsky: ditunggu kehadirannya bro…

    @andy: great time jamming with u bro at our espressobar….

    @Hank: cheerss brooo…

  10. Andreas
    Andreas says:

    Great job mate ….. sebuah lompatan besar (hmmmm mungkin 5 atau 10 step) dari tempat terakhir yang kudu naik 2 set anak tangga sejak parkiran itu tuh bro ….. hehehehehe

  11. Andy Kho
    Andy Kho says:

    1/2 + 1 harian nongkrong di Giyanti, belajar & diracunin soal kopinya berharga banget!

    Thanks banget bro Hendrik buat sambutan & kesempatannya. Semoga makin sukses!

Comments are closed.