Aceh harus bangga punya salah satu kopi terbaik di dunia yang tumbuh di dataran tinggi Gayo, sebuah kopi yang punya kompleksitas rasa yang begitu kaya. Biji kopi yang sama dengan sistem pengolahan pasca panen yang berbeda, misalnya olah kering atau basah (wet/dry hulling) akan menyajikan rasa yang jauh berbeda. Menurut Q Grader, Mahdi Usati dari Takengon, yang tergabung dalam Gayo Cuppers Team,  tak ada kopi yang bisa mengeluarkan cita rasa buah tropis seperti a rasa kopi Ethiopia sekaligus juga dianugerahi kekayaan wangian rempah atau coklat sebagaimana rasa kopi dari Amerika Selatan. Bersama Gayo Cuppers Team saya berbagi kisah tentang keistimewaan kopi ini dihadapan para pengunjung Aceh Coffee and Food Festival (ACFC)  yang baru saja berlangsung akhir pekan kemarin.

Perhelatan ACFC diikuti oleh 38 peserta perusahaan kopi dan kuliner khas Aceh berlangsung di Taman Sari yang berdekatan dengan lokasi Masjid Baiturrahman yang megah. Penyelenggaranya adalah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kotamadya Aceh yang bekerjsama dengan 15 orang panitia dari EXO Productionyang dikomandani oleh Windi Lestari. Kepada saya ia menyatakan bahwa pameran kali ini diikuti oleh 38 stand yang disediakan secara cuma-cuma untuk para warung kopi tradisional, kopi spesial, kuliner khas Aceh, dan pengrajin setempat. “Kali ini temanya adalah edukasi tentang kopi Aceh yang terlihat dari perkembangan industri ini yang semakin semarak khususnya di kota Banda Aceh”.

Acara yang dikemas selama empat hari penuh diisi berbagai event unik seperti lomba minum kopi panas, makan siang bersama gulai kambing bersama chef  Mahli bersama host kuliner Benu Buloe yang juga merupakan orang Aceh.  Sementara Adi W. Taroperatjeka menjadi pembicara dalam “Barista Workshop” saya kebagian tugas menjadi pembuka acara saat Gayo Cuppers Team mengenalkan cara cupping atau mencicip kopi Gayo.

Di stand Solong Coffee saya berbincang dengan Syarbaini (30), salah seorang Barista yang di Aceh dikenal dengan sebutan wing kupi. Tangannya begitu terampil membolak balik teko besar yang terbuat dari alumunium saat menyeduh kopi Ulee Kareng dengan menggunakan penyaring khusus dari bahan polyester. “Tangan ini harus kuat dalam saat mengangkat saringan agar kopi tak tercecer keman-mana selain bubuk kopi yang tidak tersaring sempurna” katanya dengan logat Aceh yang kental.

Saat mengadakan acara Food Photography, Syarbaini berbaik hati dan menyetujui usulan saya untuk menjadi objek para fotografer Aceh dalam memamerkan aksi teatrikalnya dalam menyeduh kopi khas Aceh.

Masih banyak cerita lain yang akan saya sambung lagi, tapi keunikan Festival ini terletak pada paduan acara hiburan dan edukasi sekaligus menyampaikan pesan sebagaimana yang diinginkan oleh panitia penyelenggara yakni lebih memasyarakatkan budaya kopi dan kekayaan rasa kopi Gayo khususnya kepada masyarakat banda Aceh.

Jadi tak salah bila saya sedikit memodifikasi ungkapan tentang kopi Aceh menjadi :

Gohlom truh u Aceh meunyoe gohlom jep kupie Gayo
“Belum ke Aceh kalau belum menikmati kopi Gayo”

*  *  *  *  *

19 replies
  1. Burhan
    Burhan says:

    Dalam waktu dekat, akan dibuka poeloet atjeh di ulee-lhee…
    pasti enaeknya………segera berkunjung khas makanan atjeh…

  2. Tommy_Komo
    Tommy_Komo says:

    aihh .. KOMO’s Coffee cuma kebagian penampakan banner nya yang sebagian :p

    * di sebelah HR Coffee 😀

  3. koetaradja
    koetaradja says:

    wah, sayang banget kemaren waktu ACFC gak bisa bertemu dengan mas Toni Wahid 🙁

    Padahal 3 hari ngider di venue 🙂

  4. Andreas
    Andreas says:

    Malam pak Toni ..
    baru beberapa bulan ketemu tulisan bapak, lewat tweet mas Adi W saat bahasan lelang kopi surabaya.
    saya suka tulisan dan ulasannya, sebagai penikmat kopi baru, tulisannya nambah wawasan.
    tulisan tentang Atjeh ini mengingatkan saya saat berkunjung kesana tahun lalu. orang lokal menyarankan Sanger olahan kopi tradisional Atjeh sblm mencicipi kopi Atjeh hitam.
    Foto pantai Lampuuk nya juga bikin saya ingin segera kesana lagi, ..
    Salam pak ..

    Selamat malam pak … terima kasih.
    Saya memang baru pertama kali menginkakan kaki ke Banda Aceh saat berlangsungnya acara ini, tapi sebagaimana yang dikatakan, “saya ingin ke sana lagi”

  5. Iskandar
    Iskandar says:

    Makasih kang toni wahid ud publis acr Aceh coffee n food, and telah berbagi ilmu motret coffee saat acr berlangsung. Sukses truss Cikopi bravo…

    Sama2, sukses juga untuk Aceh Fotografer, mohon maaf atas segala kekurangan saat presentasi saya kemarin.

  6. wallflowers
    wallflowers says:

    CIAMIKKKKK..!!!!!! paling demen nih liputan2 kaya gini… tp foto yag paling bawah itu lho… koq,..hmmmm… 😀

    Sesekali jadi alay 😀

  7. ricky bergendaal koffie
    ricky bergendaal koffie says:

    Mantapss om tony. Mudah2an ini merupakan awal yang baik untuk merepresentasikan kopi gayo ke seluruh dunia supaya tambah lebih booming n don’t forget adviceny supaya festival kopi aceh bisa kita wujudkan didaerah asalnya:GAYO..

    Harus terwujud tahun 2013 nanti … ayo segera susun konsepnya, saya dukung sepenuhnya.

  8. Tommy_Komo
    Tommy_Komo says:

    liputannya the best !!

    semoga Om Tony cs bisa mampir-mampir ke Banda Aceh di lain kesempatan ..

    Banda Aceh dan Takengon, the heartland of Gayo coffee 🙂

  9. Joni M
    Joni M says:

    Terima kasih om Tony, sudah menurunkan berita tentang kunjungan ke Aceh. Kami, termasuk “Abu”, dengan setia menunggu berita selanjutnya yang berkaitan berbagai impresi om tony berkunjung ke Aceh. Salam.

    Pak Joni, senang sekali bertemu dan terima kasih sudah mengantar saya dan rekan ke Abu. Terima kasih sekali lagi.

  10. Endang
    Endang says:

    Menyambung komen saya di status pak Toni di facebook, saya sekali lagi menyatakan keinginan saya agar pak Toni juga mengulas (tulisan berikutnya) mengenai mengapa di banyak kedai kopi di Aceh yang disajikan adalah kopi robusta, padahal kopi Aceh yang terkenal dan menginternasional adalah kopi arabika Gayo. Bahkan saya pernah menonton di salah satu acara mengenai kopi di salah satu stasiun tv beberapa bulan lalu, ketika pembicaraan sampai mengenai kedai kopi di Aceh, disebutkan disitu bahwa kopi yang digunakan adalah robusta karena Aceh banyak menghasilkan kopi robusta. Saya tahu bahwa Aceh juga menghasilkan robusta, tetapi menurut hemat saya seharusnya acara tv tsb menyebutkan perihal kopi Gayo. Bagaimana hal ini menurut analisa pak Toni sendiri, barangkali bersedia menuliskannya di blog ini. Trimakasih, wassalam.

  11. soelthan koffie
    soelthan koffie says:

    Dahsyatt Kang…saya secara pribadi, putra Aceh, sangat berbangga hati atas liputan Kang Toni ke Aceh Food & Coffee Festival 2012. Trimeung Genasih Kang..

  12. sutrisno
    sutrisno says:

    Kebesaran nama Cikopi.com dan virtual Barista Toni Wahid memang nomer wahid..mantap kaang!!!!

Comments are closed.