Tidak mudah memilih penggiling kopi ketika harus dihadapkan pada banyak pilihan dari berbagai merek yang harganya rata-rata di atas lima juta rupiah. Bila Anda tidak berkeberatan untuk sedikit berkorban dari sisi kualitas bahan dan ukuran grinder yang relatif kecil, Grinta dari Nuova Simonelli bisa dilirik. Dari sisi harga untuk pabrikan Italia, Grinta bisa jadi penggiling kopi termurah. Tiga juta rupiah. Tapi sebelum Anda memutuskan, ada baiknya melihat pengalaman saya mencoba Grinta.

Anda tentu sudah mahfum jika saya sangat mementingkan penggiling kopi. Malah sebaiknya, miliki dulu sebuah grinder yang bagus sebelum menginvestasikan jutaan uang Anda untuk sebuah mesin espresso atau alat kopi apapun. Bila diibaratkan dalam dunia audio, pentingnya sebuah grinder mungkin bisa disamakan dengan kualitas speaker, atau lensa dalam fotografi. Jadi jangan pernah khawatir menghabiskan uang yang lebih banyak untuk alat yang satu ini, pun bila dibandingkan dengan mesin kopi. Count on me on this !

Tapi kadangkala rencana tidak selalu sesuai dengan anggaran yang ada, sementara di luar sana grinder untuk espresso bisa dibanderol dengan harga rata-rata di atas lima bahkan puluhan juta untuk sebuah Mazzer Robur eletronik yang doserless. Banyak pembaca melalui surat elektronik menanyakan kepada saya pilihan grinder lain dengan harga di bawah lima juta rupiah. Sekaligus menjawab pertanyaan tersebut, Grinta dari perusahaan Nuova Simonelli bisa dijadikan bahan pembanding dan siapa tahu Anda cukup tertarik apalagi harganya tiga juta rupiah dengan spesifikasi sebagai berikut :

RPM : 1350
Production rate : 3.6 kg/jam
Ukuran : 42 (T) x 14 (L) x 21 (P)
Berat : 3.6 kg
Ukuran burr : 50mm
Noise : 73 desibel
Daya / Voltase : n/a / 220 V

Pandangan pertama
Saya menyadari betapa ringan dan kecilnya grinder ini saat dikeluarkan dari kardusnya yang dillindungi oleh dua lapis styrofoam. Kelengkapan standar Grinta hanya berupa manual multi bahasa dan kartu garansi. Terdiri dari beberapa warna seperti merah, perak, dan hitam seperti yang sedang saya bedah di sini.

Doserless
Grinta menggunakan sistem doserless atau tanpa penampung bubuk kopi (doser). Kelebihan doserless adalah lebih menghemat kopi dan relatif gampang dibersihkan, tapi biasanya menghasilkan clumping sebagai penaltinya. Clumping adalah kopi yang berbentuk bola atau gumpalan yang terjadi saat bubuk kopi keluar dari chute. Ini hal biasa pada sistem doserless yang biasanya tidak terjadi pada grinder dengan yang dilengkapi dengan doser karena bubar disapu sweeper.

Step
Bagi yang baru pertama kali membaca artikel tentang grinder, step adalah mekanisme perubahan halus-kasar bubuk kopi yang dilakukan dengan menggeser jarak burr atau penggiling kopi dengan kedudukan yang sudah ditentukan. Kebalikannya, pada sistem stepless, pengaturan halusnya bubuk kopi yang dihasilkan bisa digeser sedikit demi sedikit tanpa ada batasan sama sekali. Sistem mana yang lebih bagus ? Keduanya menawarkan kelebihan, walau secara pribadi saya lebih menyukai stepless. Apakah harganya yang murah menyebabkan Grinta menggunakan sistem ini ? Tidak selalu. Anfim Barista yang 18 juta menggunakan sistem step walau memang harus diakui banyak grinder hardcore menggunakan stepless untuk mendapakan ukuran kehalusan kopi yang sesuai.

Ukuran Burr
Sama dengan Rancilio Rocky, grinder Grinta menggunakan ukuran burr 50mm, namun dengan material besi dan bukan brass seperti pada Rocky.

On demand
Fitur lain seperti penampung kopi (bean hopper) bisa diisi setengah kilogram biji kopi dengan material plastik sebagaimana keseluruhan casing Grinta. Grinta yang saya coba bertipe “on demand” (AMMT) dengan pengaturan waktu giling yang bisa ditentukan di bagian bawahnya.

Test Pertama
Spesifikasinya menyebutkan kecepatan putar motornya 1350 rpm dan bisa menghancurkan biji kopi menjadi bubuk halus selama 10 detik untuk satu shot ukuran 10 gram. Jika Anda tertarik dimana posisi Grinta dalam hal kecepatan menggiling kopi, di bawah sedikit perbandingan dari beberapa grinder yang pernah saya tulis.

Ditting = 2 detik
Latina = 5.5 detik
Anfim = 8 detik
Heycafe = 8.5 detik
Compak K3 Touch = 8.5 detik
Vario = 9 detik
Grinta = 10 detik
Ascasso = 17 detik

Pengaturan Waktu
Di bagian bawah terdapat sekrup kecil yang bisa diputas kiri kanan untuk menyesuaikan waktu giling kopi. Nah di bagian penting ini saya sedikit bermasalah dengan sangat sensitifnya perubahan waktu yang dihasilkan walau hanya digeser sekian milimeter. Lonjakan perubahan bisa berubah dari 5 detik hingga 25 detik walau sekrup hanya digeser sedikit saja.

Sebenarnya Grinta dengan tipe AMM bisa dioperasikan secara manual dimana grinder hanya akan beroperasi selama portafilter ditekan ke bagian sensornya. Saya belum bisa menarik kesimpulan apakah kejadian ini hanya untuk Grinta yang saya coba atau keseluruhannya. Tapi bila memungkinkan saya pribadi akan memilih tipe yang manual (Grinta AMM) tanpa harus repot melakukan penyesuaian timer.

Membuat kopi
Mesin andalan La Spaziale Vivaldi II yang agak pemilih dengan ukuran kehalusan bubuk kopi dicobakan untuk melihat kemampuan Grinta. Tanpa kesulitan dan hanya beberapa kali penyesuaian grinder ini sudah membuktikan kemampuannya membuat grind size yang sesuai untuk espresso. Demikian pula untuk setiap espresso berikutnya, termasuk penggantian biji kopi, Grinta melakukannya tanpa kesulitan walau bila sedikit digeber motor sedikit hangat.

Penutup
Saya akan mengakhiri tulisan tentang Grinta dengan sedikit catatan berdasarkan sedikit pengalaman menggunakan alat ini. Pertama, tidak banyak pilihan di sini untuk sebuah grinder espresso buatan Italia di bawah 5 juta yang biasanya diisi oleh Rancilio Rocky, Ascasso, dan terakhir Grinta dari Nuova Simonelli. Harga yang kompetitif membuat Grinta bisa dijadikan incaran bagi yang terbatas dengan masalah anggaran. Bagaimana dengan clumping ? Satu tekanan dari tamper bisa menyelesaikan masalah ini. jadi saya tidak khawatir dengan musuh yang satu ini.

Kedua, Grinta bukan jenis grinder untuk keperluan heavy duty, tapi sudah sangat mencukupi untuk para home barista atau light commercial.  Tapi, jika boleh, saya sangat merekomendasikan Anda untuk memilih yang tanpa menggunakan timer, atau tipe AMM, bila memang ini menjadi titik lemahnya.

Ketiga, harga yang relatif murah harus sedikit mengorbankan build quality, tapi bila tidak berkeberatan dengan rumah plastiknya, Grinta tetaplah mampu menjalankan tugasnya dengan baik. Rancilio Rocky baik yang tipe doser maupun doserless bisa dijadikan bahan pembanding dengan kualitas material yang lebih bagus, tapi harga yang sedikit lebih tinggi.

Satu lagi, Grinta merupakan sandingan dari mesin espresso Nuova Simonelli tipe Oscar yang dijual satu paket seharga 15 juta rupiah. Salah satu best seller yang banyak dipilih terutama bagi yang ingin memulai bisnis cafe dan modal awal 15 juta rupiah untuk kelengkapan mesin dan grinder.

Anda bisa mendapatkan Grinta di PT Bahana Genta Viktory, Jl. K.H.Hasyim Ashari No. 1D
Jakarta Pusat 10130, Indonesia, Tel : 021 63864152 / 021 63864153.

* * *  *

 

6 replies
  1. Dendi
    Dendi says:

    Sudah tanya ke distributornya, sayang sekali Grinta nggak “diketeng”, mesti paket dengan mesin espresso nya. So, the hunt continuous 😀

    Is that true Bahana ?

  2. prast
    prast says:

    Bagi peminum kopi dengan budget terbatas seperti saya selalu tertarik dengan ulasan seperti ini.

    Dari segi spec dan harga, bisa disejajarkan dengan artisan/kitchen aid?

    Saya vote untuk Ascaso Mas … karena belum coba Kitchen Aid 🙂

  3. Dendi
    Dendi says:

    Wah, akhirnya review yang saya tunggu-tunggu muncul juga, jadi nambah alternatif untuk newbie entry level coffee lover hehehehe. Mengenai masalah bubuk kopi yang tertinggal di chute nya si Grinta ini bagaimana Pak? Soalnya konon banyak yang nyangkut dan sampe mesti digoyang depan-belakang supaya keluar bubuk kopinya? Sama kebisingannya bagaimana kah? Buat head to head comparison nya donks Pak Toni antara Grinta, Rocky, Ascaso, Latina 500N 😀
    Terimakasih atas pencerahannya 🙂

    – Doserless biasanya menyisakan sedikit kopi di chute-nya, tinggal dikorek aja beres koq. Overall, Ascasso dengan Grinta setara, tapi Latina tetap pali sexy :D.

  4. Virgani Dhirgacahya
    Virgani Dhirgacahya says:

    Dear p’Toni,

    Membaca semua artikel p’Toni ada benang merah dalam hal per-kopi-an, selain biji kopi itu sendiri juga tidak kalah penting adalah alat untuk mengolah kopi menjadi final – product.

    Impian saya, kopi Indonesia dapat menjadi ritual minum bagi masyarakat Indonesia sendiri. Indah rasanya membayangkan disetiap rumah ada kebiasaan meminum kopi melalui proses:
    * Beli biji kopi yang sudah digoreng
    * di-grinder sesuai keinginan masing – masing
    * lalu diolah
    * dan diminum …

    Semoga suatu saat, ada teman2 yang dapat menciptakan inovasi peralatan mulai dari grinder s/d mesin pembuat minuman kopi dengan harga terjangkau oleh masyarakat umum.

    Terimakasih.

    Salam,
    Virgani Dhirgacahya

Comments are closed.