Starbucks baru saja meluncurkan logo barunya dalam sebuah jumpa pers yang bertempat di Mall Grand Indonesia, Jakarta pada 8 Maret. Identitas barunya memangkas lingkaran yang bertuliskan “Starbucks Coffee” dan membuat Siren, si putri duyung berekor kembar “terbebas” dari lingkaran tulisan “Starbucks Coffee”. Menurut Anthony Cottan, Direktur Sari Coffee, dalam sambutannya mengatakan bahwa logo baru tidak lagi membatasi sebagai perusahaan penyedia kopi, tapi juga inovasi dalam produk non-kopi berikut makanan. Bersamaan dengan logo baru, Starbucks juga meluncurkan minuman terbaru yang antara lain Cocoa Cappuccino dan blend terbaru Strabucks Tribute Blend racikan yang terdiri dari biji kopi Papua Nugini, Colombia, Ethiopia dan aged Sumatra.

 

Ada satu yang menarik pada acara peluncuran logo baru Starbucks : “Barista in Batik” sebuah seragam baru dengan aksen motif batik di pundak mereka yang akan dikenakan selama bulan Maret ini. Motif batik didesain oleh Iwet Ramadhan dari TIKshirt yang diberi nama Sekar Jagad. Motifnya berupa kesatuan flora, fauna, yang mencerminkan lokalitas budaya Indonesia dalam sebuah nilai perusahaan multinasional.

Nah ini yang seriusnya.  Logo baru selalu menimbulkan pro dan kontra, apalagi korporasi ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari keseharian masyarakat Amerika. Reaksi penolakan terhadap logo baru Starbucks khususnya di Amerika berkisar pada penghilangan lingkaran yang bertuliskan “Starbucks Coffee” sebagai sebuah identitas yang paling banyak dikenal. “I have never heard this story of the Siren. I’ve never seen it in a Starbucks ANYWHERE” kata salah seorang pemberi komentar pada blog Starbucks yang dipenuhi oleh berbagai komentar penolakan dan persetujuan termasuk di halaman Facebook mereka.

 

Kasus yang sama baru saja terjadi pada brand Gap, perusahaan retail yang menjual pakaian di Amerika bulan Oktober tahun lalu. Logo baru yang hanya bertuliskan Gap dengan font yang berbeda langsung menuai protes dari konsumen. Hanya berumur seminggu saat pimpinan Gap memutuskan untuk menarik kembali logo tersebut dan kembali ke “fitrah” lambang mereka kotak biru bertuliskan Gap, dan protes pun reda. Tapi berbeda dengan kasus Gap, sangat kecil kemungkinan Starbucks akan kembali ke logo yang lama.

Logo bisa berubah, tapi rasanya Starbucks tetaplah punya “ruh” tersendiri, sekaligus pengakuan bahwa mereka telah menciptakan “something special & compelling products” sepanjang 40 tahun perusahaan ini berdiri. Dalam rentang tersebut, Starbucks telah memahat sebuah kultur kopi di suluruh dunia dan menjadikan Sirene, putri duyung berekor kembar menjadi salah satu ikon yang paling banyak dikenali. Tapi mari kita lihat bagaimana respon Starbucks terhadap reaksi publik terhdap logo baru mereka dan tentu menarik untuk melihat bagaimana perusahaan ini melakukan engagement dengan mereka.

Brand is culture, culture is brand (Bill Taylor, Harvard Business Review).
Dirgahayu Starbucks yang ke-40 tahun !

* * * *

 

 

 

6 replies
  1. elim
    elim says:

    nice report pak Toni!
    barusan mencoba tribute blend & dapat free tall cocoa cappuccino, aromanya unik mungkin karena blend dari 3 region (asia pasific, africa & latin america). sementara jadi salah satu whole bean favorit saya dari starbuck selain guatemala casicielo & verona. sayang di surabaya launching tribute blend yg bertepatan dgn 40 tahun starbuck tidak seheboh di jakarta?

  2. zam
    zam says:

    Mas Toni, ini yang berubah logo Starbucks di Indonesia saja atau di seluruh dunia?

    – Di seluruh dunia tentunya …

  3. Indrahalim
    Indrahalim says:

    Pak Toni..ini liputan yang mantap….plus ada beningnya itu haha..canda deh. pak toni kok bisa punya akses ke perusahaan perusahaan kopi yang ada di seluruh indonesia..mantap banget pak 🙂

    – Hi Indra, thx so much. Akses diperoleh karena proses alami, tapi Starbucks memang menjalin hubungan baik dengan orang2 di social media, walau memang ada beberapa perusahaan lainnya yang belum melihat dampak positif dari sebuah blog.

  4. prast
    prast says:

    meski bukan jamaah starbucks, saya selalu salut dengan perjalanan, filosofi & budaya bisnis yang mereka bangun sejak awal…goodluck!

  5. Hery Ishak
    Hery Ishak says:

    Naahhh…, boleh juga…(“bening” tuh he he he ). Ini yang ku suka dari Kang Tony…

Comments are closed.