Percayalah kalau warung angkringan saja sudah mulai tertarik dengan pour over yang menurut Mas Gandung pemilik warung 509 “sungguh hasilnya sangat mantap” sambil terus bertanya tentang alat seduh buatan Jepang ini. Itu hanya sebagian kecil cerita dari liputan IBC di kota Jogja. Di bawah ini beberapa foto hasil jepretan saya sejak kedatangan di kota Jogja, Jum’at, 8 Desember kemarin yang saya abadikan melalui kamera.

Mira Yudhawati yang menjadi seksi super sibuk pada penyelenggaraan IBC sudah pernah tinggal di Jogja selama dua tahun. Jadi kami mempercayakan “nasib” para penumpang dari Jakarta ini di tangan terampilnya yang meliuk-liuk mengendalikan mobil sambil tak lupa menyampaikan pesan “rahasia” melalui gadget-nya sembari lepas tangan. Sepanjang perjalanan semua penumpang tak lupa berdo’a agar kami diselamatkan oleh-Nya 😀

Sebagai mantang Jogjagger, Mira tentu hafal dengan jajanan khas kota ini, gudeg. Jadilah kami mampir sejenak untuk mengisi “kampung tengah” yang menagih asupan nasi. Maklum pesawat pagi membuat semua penumpang tak sempat sarapan. Jadilah gudeg yang lokasi di dalam gang ini menjadi penyelamat kelaparan kami, tak lupa bersama sang supir yang sekali lagi sangat piawai mengendalikan kendaraannya di gang2 sempit dalam manuver yang membuat penumpang memejamkan mata.

Setelah menikmati makan malam bebek goreng di Cak Koting, kami berangkat menuju ke angkringan Mas Gandung, di jalan Ipda Tut Harsono no. 22, Jogja. Teman2 dari komunitas blogger Cah Andong rencananya akan bertemu saya di lokasi ini untuk ngupi bareng sekaligus ngobrol tentang dunia kopi. Saya dipesan oleh rekan Yudistira Bawono untuk membawa dripper Hario sebagai alat penyeduh kopi yang paling praktis untuk dibuat demo di depan rekan2 Jogja.

Angkringan hanyalah sebuah warung yang menyediakan berbagai penganan kecil termasuk minuman kopi dan susu. Menjadi trend pariwisata di kota Jogja, dan Mas Gandung adalah salah seorang pemiliknya yang tertarik untuk mencoba metode seduh dengan Hario dripper yang salah satunya digunakan di Intelligentsia Coffee Amerika.  Walau tidak menggunakan Hario Buono, teko kepunyaan Mas Gandung pun jadilah digunakan untuk mendemo-kan alat ini.

“Lho ini sepertinya repot, tapi hasilnya bagus sekali” itu komentar pertama yang keluar saat ia merasakan kopi hitam hasil penyaringan dengan Hario. “Berapa harganya, bisa didapatkan di mana?” serta berbagai pertanyaan antusias lain sembari berhitung seandainya angkringan miliknya menjadi pelopor penggunaan metode yang sedang menjadi trend ini.

Kami tidak tahu apakah ia akan melaksanakan niatnya untuk mencoba Hario di angkringan 505 miliknya, tapi ia sudah merancang nama kopi bila ia jadi melaksanakan ketertarikannya dengan metode ini. Mari kita tunggu, apakah angkringan 505 milik Gandung menjadi pelopor pour over di kota Jogja.

Demikianlah sekilas pengalaman saya di kota Jogja termasuk mengunjungi Kedai Kopi dan Kopi Item di ruko Babarsari Jogja. Semua obrolan tentang kopi dan selalu selesai menjelang dini hari.

Kota Joga, saya akan kembali lagi.

* * * *

13 replies
  1. Lulu
    Lulu says:

    Asyik, nambah referensi tempat yang wajib dikunjungi kalo ke jogja 🙂 nuhun kang. Makin populer aja metode pour over kalo merambah ke angkringan. Salute!

  2. Mirayudha
    Mirayudha says:

    Hahaha.. Pantesan pak toni dan yang lain kenapa “merem” aja matanya. aku kira emang masih ngantuk. ternyata serem toh 😀 *pisskalaubegitu

  3. Enrico
    Enrico says:

    @pak zamroni
    di caption fotonya sudah betul (509), namun kang toni salah ketik di paragraf tulisannya (505), heeheeeheee…

    Bilamana angkringan jogja pada pake pour over semua? Wah amerika pun ke laut aje! :))

    Semoga dengan semakin banyaknya pemesan hario v60, harganya akan jatuhnya semakin murah… nyeknyeknyek…

Trackbacks & Pingbacks

  1. […] This post was mentioned on Twitter by hermansaksono, Yudis Tukangkopi. Yudis Tukangkopi said: Pagiii.. Ada cerita bagus nih. Obrolan bersama @cahandong di depot susu segar Mas Gandung & barista @hermansaksono http://bit.ly/h478Op […]

Comments are closed.